Aeri baru saja sampai di Rumah bersama Yoora setelah menjemputnya dari Sekolah tadi. Putrinya itu terlihat tersenyum tanpa henti sedari tadi, Aeri kebingungan. Setelah meletakkan sepeda di Garasi, Aeri menyusul Yoora ke Kamarnya.
"Ibu! Aku menjadi juara tetap tahun ini." Pantas saja Yoora terus tersenyum, anaknya itu memang menggemaskan.
"Benarkah? Wah anak Ibu memang pintar, Ayah pasti senang mendengarnya." Aeri mengusap lembut surai hitam Yoora yang masih setia tersenyum.
Hingga suara mesin mobil membuat ekspresi keduanya semakin antusias, "Itu pasti Ayah!" Yoora segera berlari melewati anak tangga dan langkahnya terhenti begitu melihat sang Ayah sudah di Ruang tengah.
"Ayah!" Gadis kecil itu kembali berlari seraya merentangkan kedua tangannya, hingga sang Ayah memeluk dan mengangkatnya ke udara.
Aeri menghampiri keduanya, keluarganya memang sangat manis jika dilihat seperti ini. "Ayah! Yoo sangat merindukan Ayah. Kenapa Ayah sering sekali pulang malam, bahkan Ayah sering tak pulang. Yoo jadi tak mempunyai waktu bermain bersama Ayah." Ujar Yoora murung, bibirnya mengerucut mengundang gelak tawa dari kedua orang tuanya.
Taehyung menggendong Yoora, menggesekkan hidung nya dengan hidung sang Putri, "Ayah kan bekerja juga untuk Yoo dan Ibu. Agar Yoo dan Ibu bisa makan enak." Taehyung menbawa Yoora duduk di sofa, di samping Istrinya.
"Tapi semua makanan tidak enak kalau tidak ada Ayah. Yoo mau Ayah, tidak mau makanan!" Ucapan Yoora yang penuh tekanan membuat Taehyung dan Aeri sedikit terkejut. Putrinya sering sekali mengeluarkan kata-kata diluar dugaan mereka.
"Baiklah, Ayah akan usahakan pulang seperti biasa untuk Tuan Putri Yoora." Taehyung kembali memeluk sayang sang Putri, jujur dia memang sangat merindukan Putri pertamanya.
Mendengarnya Aeri hanya tersenyum miris, hanya untuk Yoora bukan untuk dirinya. Dia cukup sadar diri untuk itu. Melihat Putrinya yang begitu merindukan sang Ayah membuat Aeri terharu.
"Ayah! Yoo menjadi juara tetap di sekolah. Aku juara satu Ayah!" Yoora kembali mengoceh dengan ekspresi yang lucu. Bibir dan tangannya tak berhenti bergerak, tangannya menelusur atas bibir sang Ayah yang mulai ditumbuhi kumis.
"Anak Ayah memang luar biasa, Tuan Putri Yoo minta hadiah apa dari Ayah?" Taehyung bangga pada Putrinya yang cerdas di usianya. Yoora memang gadis kecil yang sempurna.
"Yoo mau─"
"Yoora mau Ayah pulang tepat waktu setiap hari jika keadaannya benar-benar tidak mendesak. Hanya itu saja." Aeri tak menyangka Putrinya akan melontarkan keinginan semacam itu, Aeri pikir Yoora akan meminta hadiah tas atau sepatu baru, tapi dia salah.
Tentu Taehyung terpekur, dia juga tak menyangka. Apa dia harus menjelaskan semuanya pada sang Putri agar tak menjadi serumit ini? Ini salahnya.
"Tidak bisa Yoo." Ucap Taehyung lirih hampir tanpa suara, tentu masih terdengar oleh Yoora. Tapi tidak oleh Aeri, wanita itu sedang membuat teh hangat untuk Suaminya yang pasti kelelahan.
"Kenapa? Yoo hanya ingin itu. Tidak membutuhkan banyak uang kan?" Yoora turun dari pangkuan sang Ayah, dia menatap lekat manik sang Ayah yang nampak tengah mencari alasan.
"Ayah─ Ayah tidak bisa."
Yoora tidak menunjukkan ekspresi sedih, justru ekspresinya datar dengan tatapan dingin menusuk. "Baiklah." Akhirnya Yoora memutuskan untuk diam, dia tahu apa alasan Ayahnya tidak bisa memenuhi keinginannya.
Terdengar suara dentingan sendok, Aeri yang tengah berjalan kearah keduanya sambil mengaduk gula dalam teh. Aeri menatap heran keduanya setelah dia duduk disamping Taehyung, padahal tadi suasana nya benar-benar ramai oleh ocehan sang Putri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patient Wife
RomanceAeri tahu apa yang di sembunyikan suami kesayangannya. Tapi dia mencoba untuk sesabar mungkin. Dia tak ingin kembali menjadi Aeri yang pembangkang, pendesak, dan egois. Dia sudah berubah!