11

15 1 0
                                    

Hari ini Aeri berangkat ke Sekolah Yoora. Putrinya sangat antusias, tapi Ayahnya tidak ada di Rumah. Yoora harap Ayahnya datang bersama Ibunya saat dia tampil nanti. Aeri selesai memarkirkan Mobilnya.

Dia lihat Taehyung datang bersama Jihyun, hatinya hancur. Jihyun datang dengan pakaian feminim dan elegant. Sementara dirinya, sangat tidak fashionable. Aeri hanya menggunakan hoodie dan celana jeans. Tapi dia percaya diri, inilah dirinya.

Taehyung juga terlihat tampan, dengan tuxedo putih dan Jihyun yang menggunakan dress putih, sangat serasi. Aeri segera masuk ke dalam Aula, dia tak ingin Putrinya menunggu. Begitu sampai, Aeri melihat Putrinya sedang duduk di dekat Panggung bersama teman-temannya.

Aeri melambaikan tangannya, tapi sang Putri tampak merengut. Mungkin Yoora menyadari Ayahnya tak datang, Aeri lihat anak perempuan di samoung Yoora melambai ke arah Taehyung dan Jihyun, itu Gyura. Hati Aeri semakin tergores saat melihat raut wajah Yoora yang seperti menahan tangis, Yoora tampak tak semangat.

Yoora menghampiri Aeri dan langsung memeluknya. Yoora tak sendiri, ada anak perempuan lain di belakangnya. "Bibi, Yoora kenapa?" Tanya Gaeun, dia khawatir karena sahabatnya tampak menangis di pelukan sajg Ibu.

"Tidak apa sayang, mungkin Yoora hanya merindukan Ayahnya." Ucap Aeri seraya berjongkok, menghapus air mata Yoora. "Yoo, jangan menangis. Sebentar lagi kau akan maju ke depan." Aeri memeluk kembali Putrinya yang masih sedikit terisak.

"Untuk peringkat pertama, Kim Yoora. Silahkan naik ke atas Panggung."

Begitu instruksi dari seorang MC, Aeri menepuk pelan punggung Putrinya untuk memberi semangat. "Yoo, semangat sayang." Aeri mengecup kening Putrinya.

Yoora mengangguk, tersenyum. Kemudian dia berusaha berjalan dengan semangat naik ke atas Panggung. Sampai di atas Panggung dia tak langsung membuka suara, dia menatap seseorang di pojok sana yang tengah menggendong temannya Gyura. Ayahnya sedang melihatnya ke depan membuat Yoora semakin ingin menangis.

Aeri menatap khawatir Putrinya di depan sana karena tak kunjung berbicara. "Aku berterima kasih pada Ibuku." Kalimat pertama yang Yoora ucapkan, dia berterima kasih pada Aeri.

Yoora menghela nafas, "Ibu, terima kasih karena sudah mendidiku. Aku menjadi gadis pintar, seperti Ibu. Dan untuk Ayah-" Yoora menjeda kalimatnya, bibirnya yang semula membentuk kurva kini merengut menahan tangisan.

"Aku sangat menyayangi Ayah!" Ucapnya sedikit berteriak, matanya tertuju pada Taehyung yang tengah melihatnya degan tatapan bangga sekaligus khawatir. "Tapi, Ayah sepertinya tidak datang untukku." Yoora mulai menangis, Taehyung bahkan sudah bergetar. Dia melepas Gyura dari gendongannya, sedangkan Jihyun mengusap pelan pundak Taehyung.

"Ayah bahkan jarang pulang." Yoora terisak, semua orang tua tampak prihatun pada Yoora. "Aku ingin Ayah dan Ibuku maju kesini, memelukku. Tapi kalau tidak mau, tidak apa-apa." Yoora terlihat dramatis di atas Panggung, tapi ini bukan drama. Yoora benar-benar menangis, bukan dibuat-buat.

Aeri berlari membelah orang-orang yang juga tengah menyaksikan Yoora, dia segera baik ke atas panggung meraih Putrinya. Taehyung pun sama, meski lengan Gyura menahannya tapi dia menghempaskannya dengan sedikit kasar. Membuat Gyura menangis dan mengadu pada Jihyun.

Taehyung merengkuh Yoora dan Aeri, "Ayah!" Yoora segera membalas pelukan Taehyung. Mereka bertiga menangis di atas Panggung, sementara di pojok sana Gyura tengah menangis kencang melihat Papa nya memeluk orang lain.

"Maafkan Ayah Yoo." Taehyung mencium kedua sisi pipi Yoora. Sang Putri menagngguk, tapi tak lama atensi mereka teralihkan oleh teriakan wanita dari sebelah pojok.

Patient WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang