Yoora masih menangis di pelukan Aeri, mereka tengah meringkuk bersama di kasur milik Yoora. "Ibu, kenapa Ibu ingin bercerai dengan Ayah?" Yoora tahu Ibunya terluka, tapi apa alasan yang membuat Ibunya sampai memilih opini terakhir? Yoora tak paham untuk ini.
"Ayah akan menikah dengan Mama nya Gyura." Aeri rasa dia harus menjelaskan semuanya pada Yoora, Putrinya berhak tahu agar dia tak bingung akan keadaaan keluarganya. Iris Yoora membola, mulutnya menganga. "Aku tidak ingin bersaudara dengan Gyura." Ucap Yoora dengan nada merajuk.
"Jika Ayah tak memaksamu, tak apa." Aeri hanya bisa membalas ucapan Putrinya dengan pelan, dia takut salah menjawab. Selang beberapa menit tak ada lagi suara, hanya ada suara jarum jam yang memenuhi Kamar bernuansa cream itu. Aeri sadar, kini Yoora benar-benar tidur dengan tangan yang menggenggam erat jemari Aeri. Mungkin Yoora terlalu lelah menangis sampai-sampai dia mendengkur halus.
Aeri menangis diam menggenggam erat jemari Yoora yang mulai berkeringat. Aeri masih tak rela jika harus melepas Taehyung, tapi apa boleh buat. Dia harus kuat, toh Yoora juga tak melarangnya. Hanya angin malam yang menemaninya saat ini, dengan Yoora sebagai pusat kekuatannya. Aeri pikir hidupnya akan membaik setelah marga Kim lepas dari namanya. Dia mengabaikan telponnya yang terus berdering, hingga dia merasa terusik dia pun mengangkat telpon dan pergi menuju Dapur untuk melegakan rasa panas di tenggororkannya.
Aeri tersenyum perih, pasti seseorang yang menelponnya akan menanyakan keadaannya. Park Jimin menelpon, Aeri merindukan Kakaknya yang betah tinggal di Amerika bersama Orang tua mereka.
"Ya, ada apa?" Aeri berusaha menetralkan suaranya yang sempat serak, agar Jimin tak bertanya yang tidak-tidak.
"Namjoon bilang, kau menghubunginya. Ada apa? Kau dan Taehyung baik-baik saja kan?" Nada khawatir terdengar oleh Aeri, Jimin memang begitu selalu saja berlebihan seolah Aeri adalah adik kecil yang masih Sekolah Dasar.
"Aku dan Taehyung baik, kau tidak perlu khawatir." Aeri meneguk air mineral yang dia ambil dari lemari es, kemudian dia bawa langkahnya menuju Kamarnya.
"Lalu, bagaimana kabar Yoora? Pasti dia tumbuh dengan baik. Aku sangat merindukanmu dan Yoora." Kekehan Aeri lontarkan karena ucapan Park Jimin begitu lucu baginya. Park Jimin memang bukan Kakak kandungnya, tapi mereka sangat menyayangi satu sama lain hingga tak akan membiarkan dalah satu dari mereka terluka.
"Yoora sekarang sudah mulai Sekolah, mungkin tahun ajaran baru dia akan masuk Sekolah Dasar. Kau sangat berlebihan Jim. Mungkin lain kali aku akan berkunjung kesana, aku sangat merindukan Ibu dan Ayah, kau juga." Aeri tersenyum saat mengingat masa kecilnya bersama Jimin, Aeri memang tak pernah memanggil Jimin dengan embel-embel Oppa atau Kakak, lidahnya kaku untuk itu.
"Benarkah? Park Aeri merindukanku? Syukurlah. Kupikir kau sudah melupakanku karena Suamimu. Ah ya, Ibu dan Ayah bilang mereka juga sangat merindukanmu, tapi kau tahu sendiri 'kan? Ayah benar-benar sibuk. Dan satu lagi, kau tidak pernah memanggilku Oppa!" Jimin mendengus, dia baru sadar Aeri tak pernah memanggilnya Oppa. Tak sopan!
"Aku sarankan kau segera menikah jika kau mau dipanggil Oppa. Kau tahu? Lidahku kaku saat menyebut kata itu, aku tak pernah memanggil siapapun menggunakan kata itu, menjijikan!" Aeri terkekeh menggoda Park Jimin yang begitu mengutamakan kesopanan, tapi itu memang karakter Aeri yang tak bisa diubah siapapun.
"Okay, im very lazy if you speak that married! Sudahlah, aku sangat sibuk. Aku tutup dulu, selamat malam." Jimin mematikan panggilan secara sepihak karena dia jengkel dengan Aeri yang membicarakan pernikahan.
Aeri terkekeh, namun dia sadar ada hawa seseorang dibelakangnya. Dengan hati-hati dia menoleh waspada, bersiap jika saja sosok dibelakangnya adalah makhluk halus. Tapi tidak, itu Taehyung. Wajahnya tampak sangat lelah, Aeri kesal karena dia sudah terkejut setengah mati mengira bahwa Taehyung hantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patient Wife
RomanceAeri tahu apa yang di sembunyikan suami kesayangannya. Tapi dia mencoba untuk sesabar mungkin. Dia tak ingin kembali menjadi Aeri yang pembangkang, pendesak, dan egois. Dia sudah berubah!