Aeri mengerjapkan matanya ketika cahaya matahari menembus tirai gold nya. Dia baru menyadari kalau jari-jemarinya dengan Jungkook saling bertautan. Hingga pintu Kamarnya terbuka menampilkan Yoora yang telah siap menggunakan seragam Sekolah bersama Yeji yang juga menggunakan pakaian Kantor.
"Hai Yoo, sudah sarapan?" Aeri berusaha bangun, tapi tubuhnya ngilu. Dia merasa lemas untuk sekedar duduk saja. Yoora segera naik ke atas Kasur dan memeluk Ibunya seraya menangis.
"Yoo tidak mau Sekolah. Ibu sedang sakit." Sela Yoora ditengah isak tangisnya, dia merasakan tubuh sang Ibu begitu menyengat panas saat dia peluk.
"Kalau Yoo sayang Ibu, Yoo harus sekolah okay? Ibu tidak mau Putri Ibu jadi pemalas." Bujuk Aeri pelan, tenaganya tak terisi penuh. Sementara Yeji memperhatikan Aeri dan Yoora dengan tatapan nanar, dia merasa prihatin.
"Baiklah, tapi Ibu harus makan ya. Karena Yoo juga sudah makan bersama Bibi Yeji." Yoora menghapus air matanya kemudian mencium pipi Ibunya, setelah itu dia kembali memeluk Aeri sebelum turun dari Ranjang.
"Aku akan mengantar Yoora, Kak. Jadi kau tenang saja, nanti biarkan aku juga yang menjemput. Kami berangkat dulu, cepat sembuh ya." Yeji keluar dari Kamar seraya menggandeng tangan mungil Yoora. Yoora tak memiliki semangat pagi ini, tapi dia berusaha untuk berjingkrak-jingkrak agar Ibunya mengira dia baik.
Selepas kepergian Yoora dan Yeji, Aeri memperhatikan Jungkook yang bahkan tidak terusik sekalipun karena kebisingan Yoora. Jungkook tampak sangat letih, "Kau pasti lelah ya." Ujar Aeri pelan, dia berusaha keras untuk turun dari Ranjang dan berjalan menuju Kamar mandi.
Belum sampai pintu Kamar mandi, Aeri sudah hampir merosot jika saja Jungkook tidak menahannya. "Lain kali bangunkan aku." Ucap Jungkook kesal menopang tubuh Aeri yang masih panas.
"Maafkan aku, aku ingin mencuci mukaku. Rasanya sangat sembab, aku terlalu banyak menangis." Selesai di akhir kalimatnya, Aeri terlonjak kala Jungkook langsung menggendongnya ke dalam Kamar mandi.
"Aku akan membantumu." Ucap Jungkook mulai membersihkan wajah Aeri perlahan, sementara Aeri mengerjap. Dia tak menyangka Jungkook akan seperti ini.
Kemudian Jungkook membantu Aeri menggosok gigi, padahal Aeri sudah bersikeras untuk melakukannya sendiri tapi Jungkook terus memaksa. Jungkook kembali menggendong Aeri setelah membersihkan wajahnya, kemudian kembali menyuruh Aeri untuk tetap berbaring.
"Kau diam saja, aku akan membuat sup untukmu." Ucap Jungkook seraya memeras kain dari air es kemudian menempelkannya di dahi Aeri.
"Jungkook, kau tidak bekerja?" Tanya Aeri pelan.
"Kau sedang sakit, mana mungkin aku meninggalkanmu." Jungkook menatap manik Aeri lekat-lekat, dia khawatir sangat.
"Aku akan membuat sup untukmu, kau jangan kemana-mana." Aeri mengangguk lemah meng'iya'kan perkataan Jungkook.
Setelahnya Jungkook pergi meninggalkan Aeri yang merasakan pusing di kepalanya. Bunyi telpon membuatnya terpaksa membuka kelopak matanya yang semula memejam kuat, Aeri meraih telponnya yang berada di atas nakas.
"Namjoon-ah, aku sedang sakit. Jadi kau undur saja persidangannya ya." Ucap Aeri lemah, membuat Namjoon memekik keras disebrang sana. Pasalnya Park Aeri sangat jarang sakit, tentu Namjoon khawatir luar biasa, Aeri sudah Namjoon anggap sebagai Adiknya sendiri.
"Nona, kau sudah ke Rumah sakit? Perlu aku hubungi Tuan Jimin? Atau Nyonya dan Tuan Park?" Suara Namjoon yang terdengar sangat panik Aeri balas dengan kekehan.
"Tidak perlu, lagipula hanya demam biasa. Aku tutup ya, aku lemas." Aeri meletakkan kembali telpon genggamnya di Nakas setelah mematikan sambungan telpon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patient Wife
RomanceAeri tahu apa yang di sembunyikan suami kesayangannya. Tapi dia mencoba untuk sesabar mungkin. Dia tak ingin kembali menjadi Aeri yang pembangkang, pendesak, dan egois. Dia sudah berubah!