BAB 23

104 12 0
                                    

Airin berjalan berdampingan bersama Alfino. Sudah menjadi kebiasaan bagi warga sekolah melihat mereka berdua. Alfino menghentikan kakinya tepat didepan kelas Airin. Kemudian bergegas naik tangga menuju kelasnya. Airin sempat bilang ingin bicara nanti saat istirahat ditaman belakang. Permintaan itupun disetujui oleh Alfino dengan senang hati.

Selamat pelajaran, otaknya tidak bisa konsentrasi. Berkali-kali Helen membuyarkan pikiran Airin, dan berkali-kali juga Airin tidak konsentrasi. Entah, perasaannya sedang tidak enak saja. Terlintas soal Naya dipikiran Airin. Ia harus bicara dengan Naya, tidak hanya dengan Alfino. Bahkan, Helen kalau bisa juga dilibatkan.

Airin lengah jika menyelesaikan sendirian. Ia juga memiliki kesibukan. Kadang otaknya tidak bisa berjalan semestinya. Ditambah lagi, masalah tabrak lari kemarin. Untung saja semua percaya apa yang diucapkan Airin, sehingga masalah cepat selesai dan tidak runyam.

Airin memijat kepalanya sembari terus menulis catatan dari papan tulis. Sambil menyusun strategi untuk menceritakan tentang, Anna, yang sebenarnya masih ada namun bukan dialam yang sesungguhnya. Anna, masih bisa berbicara menggunakan isyarat. Namun, ia tidak akan bisa kembali kedunia yang nyata.

Airin menoleh kearah Helen yang kelihatannya masih fokus. "Hel," panggil Airin ragu.

"Apa?" jawab Helen tanpa mengalihkan pandangannya pada Airin.

"Nanti istirahat ketaman belakang. Temenin gue," ucap Airin, Helen menoleh bingung.

"Ngapain?" tanya Helen.

"Ada yang mau gue omongin." Helen melongo bingung.

"Kenapa gak disini aja?" tanyanya lagi.

"Gak ngomong sama lo doang. Tapi kak Alfino sama kak Naya juga." Helen mengangguk-angguk samar. Menyetujui menemani Airin ketaman belakang yang entah tujuannya apa.

Tiba-tiba secarik kertas jatuh persis disamping Airin. Teman Airin sempat menoleh, namun bersikap acuh tak acuh saat Airin mengambil kertas itu. Diam-diam Airin membaca surat itu. Yang dipastikan, ini dari Anna.

'Gue akan bantu sebisa mungkin, Rin. Makasih udah mau berusaha bantu gue.'

Airin tersenyum kecut. Sebenarnya, jika dikatakan lelah, ya lelah. Bisa-bisanya Anna selalu mengganggu konsentrasi belajarnya. Tapi apa daya, Airin memang orang yang dipilih untuk menolong Anna.

Airin memasukkan kertas itu kedalam saku, bersamaan dengan berderingnya bel istirahat. Kegiatan belajar mengajar berakhir sementara. Seluruh siswa berhamburan menuju kantin untuk sekedar mengisi perut dan meluapkan rasa bosan selama belajar.

Airin semakin takut. Entah, bulu kuduknya sering berdiri. Helen langsung menarik tangan Airin menuju taman belakang. Penasaran apa yang hendak dibicarakan.

Airin duduk bersampingan dengan Helen. Sembari menunggu Alfino dan Naya, mereka menyeruput es teh manis yang sebelumnya sempat ia beli dikantin. Langkah kaki terdengar semakin dekat. Dan, benar, Alfino berjalan berdampingan dengan Naya. Mereka tersenyum, sambil membawa jus mangga dan satu es teh manis yang dipegang Alfino.

Alfino duduk berhadapan dengan Airin, tersenyum simpul.

"Mau ngomong apa, Rin? Sampe harus kesini segala," ucap Naya sambil terkekeh pelan.

"Tau nih. Kayak rahasia banget, haha," ucap Helen disambung tawa renyah.

Alfino menatap Airin tajam, "Soal apa, Rin?" tanyanya.

Airin menarik napas dalam-dalam kemudian menghebuskannya perlahan. Sambil menyusun kata-kata yang pas supaya mudah dipahami. Airin menoleh kekanan dan kekiri, memastikan Sarah dan kawannya tidak berada disana. Airin mengangguk, memastikan bahwa dia sudah siap bicara.

Who's The Ghost? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang