BAB 28 | Misi 3

117 15 0
                                    

Setelah selesai makan, Airin bergegas menuju kamarnya untuk mandi. Kemudian meraih baju simple untuk ia kenakan. Sekarang sudah hampir pukul empat sore.

Leni menoleh, "Lo yakin bisa?" Airin mengangguk.

"Gue gak bisa bantu, Rin. Maaf," ucap Leni menunduk lesu.

"Gak papa. Lagi juga gue kan gak sendiri, Len." Leni mendongak, kemudian mengangguk membenarkan ucapan Airin.

Setelah selesai, Airin langsung turun kebawah untuk menunggu yang lain disofa. Sembari menonton tv dan menyusun strategi diotaknya, Airin memakan cemilan yang disediakan bundanya diatas meja.

Airin menghela napas pelan. Masalah seperti ini memang sudah sering ia jalani. Apalagi yang berhubungan dengan misteri. Tapi masalah ini, belum pernah ia dapatkan sejak dulu.

Sekarang, yang ada dipikiran Airin adalah soal keberhasilan. Ia takut jika tidak berhasil menguak dan menolong Anna. Ia takut sekali jika ia tidak berhasil atas semua strategi yang telah disusunnya. Saat Airin hendak menelepon Helen, disaat itu juga bel rumahnya berbunyi dengan beberapa kali suara ketukan pintu dan ucapan salam.

Airin bangkit, kemudian menghampiri teman-temannya. Hari ini, cuaca cerah. Mereka sudah berpengalaman dengan kejadian kemarin. Peralatan yang dibutuhkan juga sudah dibawa, misalnya senter dan beberapa kain untuk menyimpan barang bukti agar lebih rapih.

"Gimana? Kita berangkat sekarang?" tanya Arkan, dibalas anggukan tegas oleh semuanya.

Kini Airin, Alfino, Helen, Naya, Arkan, Ricky berada dalam satu mobil. Mereka hanya ingin satu mobil saja agar tidak ribet. 40 menit berlalu sekarang mereka sudah sampai diSekolahan pukul 05.10. Karena gerbang sekolahan pasti sudah dikunci jadi Alfino meminjam kunci sekolahan tak lupa kunci perpustakaan. Lalu Alfino membuka gerbang sekolah, suasana pun berubah menjadi dingin, dan awanpun agak gelap mungkin akan turun hujan. Mereka ber 6 segera berjalan menuju perpustakaan mereka harus selesaikan misi ini tanpa diketahui oleh orang lain. Lorong demi lorong mereka lewati, tidak ada percakapan yang terjadi mereka hanya fokus dengan tujuan kesini untuk apa.

Akhirnya mereka tiba diperpustakaan lalu Alfino membuka kunci pintu Perpustakaan, entah rasa apa yang Airin rasakan ia tiba tiba mencium bau darah anyir yang menyengat hidung, namun Airin hanya diam saja ia tidak bicara karena Airin tahu bahwa teman temannya tidak mencium baunya juga, mereka juga diam saja. Lalu mereka semua masuk keadaannya gelap saat itu juga mereka merasakan bulukuduknya berdiri.

"Airin," kata Helen agak takut sambil menggenggam tangan Airin kuat.

"Nggak papa Hel, tenang aja," kata Airin tenang.

Lalu mereka semua berjalan menuju ruang yang kemarin mereka datangi dimana terdapat almari yang begitu besar dan disana terdapat barang bukti. Oh iya tak lupa mereka mengenakan sarung tangan.

"Kita geledahi lagi semua isi lemari itu siapa tahu ada barang bukti lagi," kata Airin diangguki Alfino, Helen, Naya, Arkan, dan Ricky.

Mereka sudah berada didepan lemari itu.

"Siap semua?" tanya Alfino.

"Siap!" jawab mereka berlima serempak.

Ceklekk. Alfino sudah mulai membuka lemari lalu mereka semua mengecek lagi isi lemari itu.

"Aaaaa!" teriak Helen.

"Ada apa, Hel?!" tanya Naya panik, mereka dengan kompak menoleh kearah Helen.

"Ada kecoak kak," kata Helen

"Ihh Helen, kirain apa." ucap Naya sambil memutar bola matanya.

Diatas lemari itu masih ada buku yang bertumpuk yang hampir jatuh mengenai Airin, dengan sigap Alfino melindungi Airin alhasil Alfino yang terkena jatuhan buku itu.

Who's The Ghost? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang