BAB 3 | Anak Baru

214 29 0
                                    

Matahari sudah terbenam beberapa jam yang lalu dan kini giliran bulan yang menempati langit gelap itu. Bintang mulai bermunculan satu per satu sehingga membuat seorang cewek sama sekali tidak berniat untuk beranjak dari tempatnya saat ini. Namanya Airin Sandrina.

Airin merupakan seorang cewek berkepribadian introvert. Dia sama sekali tidak menyukai tempat ramai dan lebih menyukai suasana seperti saat ini, hening dan nyaman.

Angin malam dengan lembut menyapu wajahnya membuatnya merasa lebih tenang lagi. Namun seseorang mengagetkannya dari belakang. Bukannya marah ataupun mengumpat, Airin justru menghela napas malas tanpa mengalihkan pandangannya. Seolah cahaya kecil di langit itu lebih menarik perhatiannya.

"Gak masuk?" tanya seseorang yang tadi mengagetinya. Bukan orang sih tapi sosok yang hanya bisa dilihat oleh Airin dan juga anak indigo lainnya. Namanya Leni. Cewek yang mungkin lebih tua dua tahun darinya.

Leni sudah berada di sana sejak dulu. Bahkan sebelum Airin lahir. Cewek berwajah pucat dengan senyuman manis itu memiliki perhatian lebih dari Airin. Meskipun Airin kadang cuek padanya tapi sebenarnya mereka begitu dekat. Mereka sudah saling menganggap keluarga. Bahkan Surya yang juga bisa melihat makhluk halus juga mengenal Leni dengan baik.

"Nanti," jawab Airin singkat. Dia masih menikmati posisinya saat ini.

"Nanti masuk angin loh," Leni masih berusaha membujuk Airin untuk masuk ke dalam. "Bentar lagi."

"Besok lo sekolah. Jangan sampai lo telat terus beasiswanya dicabut," ucap Leni memperingati. Airin menghela napas kesal lalu mulai beranjak. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, dia masuk ke dalam rumah untuk tidur karena Leni benar. Besok dia harus bangun pagi karena besok adalah hari pertamanya masuk di SMA Taruna.

_____

Airin keluar dari kamar dengan perlengkapan sekolah yang sudah lengkap selain sepatu. Dia hanya mengenakan kos kaki.

"Udah siap? Sini makan dulu!" Airin menghampiri Dian-sang bunda-. Wanita paruh baya itu menyendokkan nasi ke piring Surya-suaminya-.

Airin mengambil sedikit nasi dan juga telur goreng lalu memakannya dengan lahap. "Ma, doain Airin yah supaya semuanya baik-baik aja di sekolah baru," ucapnya setelah meminum segelas air. "Tentu Sayang, mama pasti doain kamu." Dian tersenyum manis.

"Kalau begitu, Airin pergi dulu." Airin mencium punggung tangan Dian dan Surya secara bergantian lalu pergi ke rak sepatu. Mengambilnya dan memakainya di teras rumah. Setelah semuanya lengkap, Airin melangkahkan kakinya kembali menuju ke sekolah.

______

Sesampainya di depan sekolah, Airin tidak langsung masuk. Dia menatap ke sekelilingnya terlebih dahulu lalu berdoa dalam hati agar semuanya berjalan lancar. Dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

Brakkk

Seseorang menjatuhkan bukunya di koridor. Airin buru-buru menghampirinya untuk membantu cewek itu. "Lo gak papa?" tanya Airin sembari menjulurkan buku-buku itu.

"Iya, makasih yah. Nama lo siapa?" tanyanya tanpa menjulurkan tangan karena sedang memegang beberapa buku. "Nama gue Airin Sandrina," jawabnya dengan ramah.

"Kalau gue Helen Carolina. Lo murid baru yah yang dapet beasiswa?" tanyanya memastikan. Airin mengangguk sembari berkata, "Kok lo bisa tau?"

"Iya dong, gue itu gak bakal ketinggalan berita sekecil apapun." Helen tertawa pelan. Sementara Airin hanya tersenyum simpul. "Sini gue bantu. Mau di bawa ke mana?" Airin mengambil beberapa buku dari tangan Helen.

"Eh, makasih. Ini mau gue kembaliin ke perpus. Soalnya ada banyak tugas jadi gue pinjamnya banyak," jelasnya yang hanya dibalas anggukan dari Airin.

Who's The Ghost? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang