Kepalaku masih terasa berat tapi sudah tidak berasa berputar seperti tadi. Aku buka perlahan mataku, silau menusuk seketika. Ada tangan mungil yang rasanya menggenggam tanganku erat, rasanya panas. Atau badanku yang terasa panas.
“bunda.. Onty jelek bangun.”
Teriak suara yang mulai ku hafal pemiliknya.Aku dengar derap langkah berlari. Ketika ku rasa cahaya tidak begitu menyilaukan, aku membuka mata.
Mata bulat Giel tampak terlihat bersinar, tepat melihat dari atas wajahku. Ini kejadian langka. Sejak kapan dia tidak melihatku dengan aura permusuhan. Aku jadi ingin tersenyum melihat ini. Mbak Rindu berada di sampingnya dengan sorot mata khawatir.
“echa, kamu nggak apa-apa? Masih pusing?”
aku mengangguk pelan.“Masih lemats ndak onty?”
ini beneran Giel yang nanya kan?
Tunggu..
Kenapa dia jadi berubah 180 derajat begini. Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaannya.“son, biarkan onty nya makan dulu. Ayok Giel keluar dulu sama ayah.”
Aku lihat ayah Giel berdiri di depan televisi.“no ayah, Giel mau tetap di tsini.”
“sayang, nanti ya, kalau onty echa sudah enakkan baru kita tanya-tanya. Sekarang Giel ikut ayah dulu ya.”
Ku lihat Giel mengangguk setuju dengan berat.Ayah Giel menatap ku dengan intens sebelum keluar bersama Giel. Pada kenapa sih, kok jadi berubah aneh.
“mbak, kita dimana?”
“di villa ayah nya Giel, echa. Kamu makan dulu ya.”
Mbak Rindu memberikan ku semangkuk sup hangat. Aku mencoba duduk, meski kepalaku masih terasa berat.“Mau mbak suapin?”
aku menggeleng cepat.Sambil makan, aku mencoba mengingat apa yang terjadi tadi. Aku rasa tadi aku pingsan setelah menarik tangan mbak Rindu.
Lalu... Apa ya? Semakin aku mengingat, semakin tidak ada apa-apa yang menyangkut di kepalaku. Blank. Aku tidak ingat lagi setelahnya.
“Sudah selesai?”
aku mengangguk, dan mbak Rindu meletakkan mangkuk di samping nakas tempat tidur.“mbak, aku pingsan tadi?”
mbak Rindu hanya mengangguk.“berapa lama?”
“cukup lama sampai bikin mbak khawatir, jadi kita sempet panggil dokter juga kesini.”
“apa kata dokter mbak?”
“Darah rendah dan kelamaan berpanas-panasan. Kamu nggak bisa terlalu lama terkena panas.”
“oh..”
aku hanya mengangguk-angguk kecil.“sebenarnya masih banyak yang mau mbak tanyakan, echa. Tapi lebih baik kamu istirahat dulu ya. Biar cepat pulih. Itu obat dan vitaminnya, lebih baik kamu minum sekarang.”
“thank you, mbak.”
*****F.T.W*****
Malam datang. Aku terduduk di kursi tepat di sebelah kaca besar. Tampak dari luar pemandangan puncak cisarua bogor, gemerlap oleh lampu rumah warga, seperti bintang yang jatuh ke bumi. Indah.
Badanku sudah lebih baik. Setelah bangun tadi, aku langsung membersihkan tubuhku dengan air hangat. Merangsang otot-otot tubuhku jadi lebih segar.
Kepalaku sudah lebih ringan, meski sesekali terasa berdenyut. Yang ku rasa sekarang hanya lapar. Ingin keluar tapi aku masih berasa malu.
Bagaimana tidak. Bagaimana aku harus menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang ada di pikiran mereka? Bagaimana bisa aku sampai di sini.
Arrrggghhh... Aku belum siap menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Mission Complited
RomanceEcha hanya punya satu keluarga yang tersisa, yaitu kakak laki-laki nya, Arkan. Dalam hidupnya selama ini, Arkan mengorbankan kehidupannya sendiri,hanya untuk melindungi dan membahagiakan Echa. Lalu apa yang akan kamu lakukan jika menjadi Echa? pa...