Visesa

9 0 0
                                    

Mimpi indah kah ku semalam, hingga merasa tidur dengan sangat lelap.

Tampaknya pagi mulai menyongsong. Mengingat semalam aku tidak lupa mematikan lampu kamar maupun lampu nakas samping tempat tidurku, dan saat ini, meskipun aku belum membuka mata, dapat ku rasa kamar sungguh terang benderang, bahkan sangat menyilaukan.

Sepertinya mbok Rum atau Mas Arkan telah menyingkap korden kamar, hingga cahaya matahari dengan gagahnya menerobos masuk.

Aku menggeliatkan tubuh. Hmm.. Sungguh nikmat rasanya. Aku bangun dengan perasaan gembira.

Perlahan aku menegakkan tubuh dengan mata masih menutup. Melakukan perenggangngan sebentar pada tangan, kaki, kepala juga pinggang.

Setelahnya, perlahan aku mulai membuka mata, agar tidak terlalu sakit terkena cahaya.

“astaga....”
aku terpekik kaget hingga mundur ke belakang.

“iiisshhh... Bisa nggak sih...nggak ngagetin.”
Protes ku ke Mas Arkan, yang sepagi ini sudah berada tepat di depan mukaku.
Dia hanya terkekeh geli. Aku menggerutu.

“nyenyak amat tidurnya, princess. Semalem bahkan kamu tumben nggak nunggu Mas pulang kerja.”

“hello... Mas juga pulang nya jam berapa, kan udah bilang kalau Mas ada pertemuan sampai malam. Ya udah, nggak aku tunggu.”
Dia hanya mengangguk-anggukkan kepala.

“Mbok Rum bilang, semalam kamu datang langsung masuk kamar, nggak keluar lagi. Makan juga nggak.”
Kini giliranku yang mengangguk-anggukkan kepala.

“Kenapa?” lanjutnya.

“Ehm... semalem aku capek banget, mas. Sanking capek nya jadi kenyang, pengen langsung bobok ajah.”
dia terkekeh sambil diusapnya rambutku halus.

“nggak ada masalah tapi kan?”
Seperti biasa, Mas ku ini akan selalu tahu saat aku terlibat masalah. Mungkin itu namanya naluri sedarah.

Aku nyengir takut-takut. Dan masku juga sudah hafal apa arti ekspresi ku itu.

“kenapa lagi? Lupa nggak bawa dompet?”
aku terkekeh sambil mengangguk, mengiyakan.

“Dasar... Terus gimana ceritanya.”
Seperti biasanya pula, dia tidak akan berhenti bertanya jika aku tidak menceritakannya sedetail mungkin.

Akhirnya mengalir lah cerita yang aku lalui seharian kemarin sampai di tolong malaikat cantik.

“Ck.. Ck... Udah mas wanti-wanti kan tiap hari. Tapi dasarnya kamu ceroboh. Terus mas harus gimana. Kamu dikasih bodyguard juga nggak mau. Masa' mas harus ngintilin kamu kemana pun.”
Aku merengut sebal.

“Ya udah, yang penting kamu nggak kenapa-kenapa. Terus udah bilang Terima kasih sama wanita itu?”

“udah. Tapi mbak nya nggak mau, aku gantiin ongkos taxi online nya. Aku udah bilang nggak mau hutang budi, terus dia bilang, kalo kita berjodoh untuk ketemu kali kedua, baru deh dia mau aku balas perlakuan baiknya ke aku itu.”

Mas Arkan hanya mengangguk-angguk setuju.

“Tapi Omong-omong Mas, Tuhan kan nggak akan mengubah nasib kita, kalau kita nggak berusaha ini.....”
Mas Arkan mengernyitkan dahinya....bingung, tapi nampak jelas dari ekspresinya dia tahu aku akan berencana yang aneh-aneh.

“apalagi sekarang, princess.”
Aku nyengir kuda.

“Nah... Aku akan berusaha untuk bertemu dengan mbak itu, nggak nunggu takdir Tuhan dulu.”
Dipukulnya gemas dahiku.

“Princess.. Princess... Ada-ada ajah kamu. Terus kamu akan melakukan apa sebagai balas Terima kasihmu ke dia.”

“ehm... Ada deh, ntar lah aku ceritanya sama Mas. Tapi yang jelas, buat rencanaku kali ini, aku butuh bantuan mas. Dan mas nggak boleh nolak.”

Love Mission ComplitedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang