Visesa

8 0 0
                                    

Sudah hampir setengah jam aku menunggu, tapi Mas Arkan maupun Mbak Rindu belum ada yang menampakkan batang hidungnya.
Atau dikarenakan sedang turun hujan tiba-tiba beberapa menit lalu.

Akankah ini pertanda semesta tidak mendukung? 
Isssssh... Mikirnya lebay.
Ku tepuk dahi lembut.

Setelah aku pikirkan, memang aku sih yang datang terlalu cepat. Janji temu kami baru jam 7 malam, tapi aku sudah stand by di tempat sekitar 30 menit yang lalu. Aku menertawai kebodohanku.

“Hayo.. Kok ketawa sendiri. Terakhir ketemu saya, kaya nya kamu nggak semenakutkan ini loh, echa.”
Mbak rindu datang dengan kalimat bullyan nya yang sangat menyebalkan, tapi entah kenapa aku tidak bisa marah.

Kehadiran mbak rindu lebih membuatku bahagia. Aku tersenyum.

Kali ini dia memakai mini dress ruffel simpel berwarna biru langit dengan desain rok rempel di bagian bawahnya, dipadukan dengan bandana dan syal bunga lili dengan desain berbeda, banyak motif di sana, namun bunga lili nya masih tetap menjadi daya tarik utama, warna dasarnya berwarna putih, bunga lilinya lah yang berwarna biru. Kecantikan alaminya tampak bersinar kuat.

“Hujan ya mbak. Mbak nggak kehujanan kan? Nggak tau nih tiba-tiba semesta sedang bersedih, padahal saya lagi bahagia.”

“ada-ada saja kamu. Mbak kan naik mobil. Parkirnya juga di atas, jadi nggak kehujanan sama sekali.”
Aku hanya mengangguk.

“Mbak mau pesan minum atau appetaizers dulu mungkin?”
tawar ku.

“Kebetulan mbak belum terlalu lapar dan haus. Jadi boleh kan nanti saja. Lagipula mas mu juga belum datang kan, nggak sopan nanti kalau mbak pesan dulu.”

“cieeh... Perhatian banget sih. Jadi pingin koprol deh saya sanking senengnya.”

“echa.. Echa... Dasar..”

“tau nih. Dirinya nggak suka nunggu orang kalau janjian, tapi suka banget nyuruh orang nunggu. Ish.. Sebel.”

“mungkin masih kejebak macet Echa. Lagian juga hujan.”

“ya sih....lagian kantor mas emang lumayan jauh sih dari sini.”
Aku nyengir kuda.

“Terus kenapa janjinya di sini kalau terlalu jauh dari kantor mas kamu.”

“ya biarin deh mbak, cowok kan harus mengalah. Lagian rumah mbak sama rumah kami kan lebih dekat dengan mall ini, jadi ya nggak apa-apa, sekalian mas pulang.”

“memangnya mas kamu kerja di bidang apa echa?”
aku menyunggingkan senyum dan memainkan mata, menggoda mbak rindu.

Tampak kebingungan dari wajahnya, melihat ekspresiku yang mungkin terlihat aneh dari sudut pandangnya.

“jadi.. Udah mulai kepo nih.”
Godaku padanya.

“saya baru tahu loh, kalau cuman nanya bidang kerja mas kamu, sudah dinilai se kepo itu.”
Pipi mbak rindu tampak bersemu merah.

“Cieeee...”

“echa... Echa...”
dia tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Sedang enak mengobrol tentang acara mbak rindu di panti asuhan hari ini, yang ternyata memang rutin dilakukannya setiap 2 bulan sekali, aku lihat Mas Arkan datang memasuki pintu restoran, dengan muka dan tubuh tegapnya menegang.

Lagi... Ekspresi muka itu, dia tunjukkan. Apa karena mengetahui bahwa dia sedang akan aku perkenalkan dengan lawan jenis atau lebih kepada karena orangnya itu mbak rindu?
Kalau yang kedua benar, tapi bagaimana mungkin.

Love Mission ComplitedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang