Makin lama votenya makin dikit aja, heran.
Happy Reading!
Saat ini, Yeri, dan yang lainnya tengah berada di salah satu Rumah sakit di Bali. Tadi, ketika Suaminya berteriak meminta tolong, Yeri bingung apa yang akan ia lakukan. Yeri terlalu takut menerima kenyataan pahit ini.
"Kak, sabar." Alice mengelus pundak Yeri. Yeni tak bisa berkata-kata lagi. Ia terlalu terkejut dengan apa yang Yeri rasakan. Yeni merasa kasihan dengan kembarannya, sebab, barusaja beberapa tahun yang lalu Yeri dihantam musibah, sekarang malah dihantam lagi. Sepertinya Si Musibah sudah nyaman berada didekat Yeri.
Chenle sedaritadi menangis histeris. Ia tak peduli kalau ada Yiren, Guanlin, Hyunjin, Renjun, Somi, dan Cici yang berada disana. Yiren menitikkan air matanya, ia memeluk Mamanya.
"Ma, Chenle kasian." Ucapnya disela-sela pelukannya dan pelukan Mamanya.
"Chenle, lo harus kuat." Hyunjin menepuk bahu Chenle. Berniat memberi semangat pada sahabatnya.
Perlahan-lahan pertahanan Yeri runtuh. Ia sungguh tak kuat menahan semua ini. Yeri menangis histeris, diikuti dengan Yeni yang ikut menangis. Bagaimanapun juga, Yeri dan Yeni adalah anak kembar. Jika Yeri bersedih, Yeni akan ikut merasakan, begitupun sebaliknya.
"Keluarga Sehun Lee dan Wonyoung Lee?" Dokter Bername tag I Putu Pastika keluar dari ruangan yang ditempati Sehun dan Wonyoung, diikuti dengan Seorang Suster.
"Saya Istrinya," Yeri maju.
"Mohon maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Akan tetapi, Tuhan berkehendak lain. Wonyoung Lee telah tiada pada pukul 15.39." Dokter Pastika menunduk, begitu pula dengan Suster yang berdiri dibelakangnya.
Tangis Yeri dan Chenle pecah lagi. Yeri kasihan dengan anak bungsunya. Anak bungsunya meninggal tepat dihari dimana dia dilahirkan.
"Lalu, bagaimana keadaan Kakak Saya?" Mark bertanya.
"Sehun Lee tidak terjadi apa-apa. Beruntung ia memiliki tubuh yang sehat." Balas Dokter itu.
°°°
Yeri termenung menatap jalanan Kota Seoul. Sehabis keacara pemakaman Si Bungsu, Yeri tak henti-hentinya melamun. Membuat Sehun dan Chenle khawatir dengan keadaan Yeri."Mom~" Chenle memanggil Yeri, akan tetapi, Yeri hanya membiarkan panggilan Chenle. Bukan tanpa sengaja Yeri membiarkan panggilan anaknya, melainkan karena ia tak sadar.
Grep
Chenle memeluk Yeri dari samping, membuat Yeri terlonjak kaget.
"Ah, ada apa Sayang?" Tanyanya.
"Mom jangan sedih terus, kasihan adek yang sudah tenang dialamnya."
Yeri menggeleng, "Mom gak sedih, Mom hanya kepikiran sama adek."
"Sama aja, Sayang. Kita pesan makan dulu, ya. Nanti makan dirumah." Kata Sehun yang berusaha tetap fokus menyetir.
"Gak mau, Mommy mau istirahat aja. Capek." Tolak Yeri, kepalanya ia sandarkan dipundak anak putranya.
Chenle mengelus surai Yeri dengan lembut, "Mom gak boleh kayak gitu. Mom harus makan dulu, nanti kalau Mom sakit, Chenle juga ikut sakit." Yeri tetap teguh dalam pendiriannya.
"Please, Mom!" Chenle mengeratkan pelukannya ke Yeri. Akhirnya, runtuhlah tembok pertahanan Yeri. Ia tak kuat jika terus dibujuk, apalagi dengan anaknya.
"Ya udah, tapi makan nasi goreng!"
Keputusan Yeri membuat Sehun dan Chenle melongo. Sejak kapan Yeri menyukai makanan khas Indonesia itu?
"Demi Mommy, apapun akan Daddy lakukan. Walaupun harus menyeberangi samudra,"
"Daddy kan bisa nyewa kapal selam." Sambung Sehun. Yeri yang semula terbang tinggi, jatuh kedalam jurang yang sangat dalam.
"Chenle kira, Dad bakalan gombal ala orang alay. Tau-taunya gombalan Dad anti-mainstream!"
PART BONUSNYA NYUSUL YAA...
Bersambung dicerita
'Dear You; Chenle'Dear Diary; Hunri [selesai]
Udah dipublish ya...
Silahkan mampir
Btw itu sinopsisnya aku ganti ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Dear Diary; Hunri [✔]
Fanfiction●BOOK 1 'Dear Diary; Hunri' ●BOOK 2 'Dear You; Chenle' -book 1- Siapa yang menyangka kalau gadis miskin 'itu' sebenarnya anak dari pengusaha terkenal se Korea? Namun, karena suatu masalah, gadis 'itu' menjadi menderita selama bertahun-tahun lamanya...