Sampai di rumah, Sean langsung menuju kamarnya, dan menuju kamarnya. Ia membuka pintu kamar, dan langsung membanting badannya ke king size bednya itu.
Ia menatap langit-langit kamarnya, dan termenung sejenak. Lelaki itu hanyut dalam fikirannya.
Yang ada di fikirannya saat ini adalah Aurel. Ia tak mengerti dengan perasaannya saat ini. Masihkah ia membenci gadis itu?
Tiba-tiba suara ketukan pintu, memecahkan lamunannya.
Tok..tok..tok...
'Sean, ayo turun, kita makan malam.' ucap seorang wanita paruh baya di balik pintu.'Aku nggak lapar ma' ucapnya dingin.
Bisa diketahui pasti, bahwa ayahnya juga berada di meja makan. Dan Sean tidak ingin makan malam bersama ayahnya itu.
Sean sudah membenci ayahnya sejak ia masih kelas 2 SMP. Dan bukan tanpa alasan ia membenci ayahnya.
Sean pun sadar tidak ada lagi lagi balasan di balik pintu. Yang artinya, ibunya sudah turun ke bawah.
Ia melemparkan pandangannya ke foto yang ada di meja samping tempat tidurnya.
Dan ingatannya pun kembali pada kejadian yang membuatnya merasa bersalah.
Flashback on
"Ayo Na, kalau mau jadi perenang yang handal, harus banyak latihan. Sekarang kamu latihan disini ya. Nggak terlalu dalam kok' ucap Sean kepada adiknya."
"Iya kak. Tapi kakak janji ya, lihatin aku latihan. Nanti kakak juga hitung ya, berapa lama aku balik dari sini sampai ke ujung sana' balas seorang gadis kecil berusia 9 tahun."
'Byuurrr'
Gadis kecil itu menjatuhkan badannya ke dalam kolam yang kedalamannya 1,5 m.
"Satu.. dua..tiga.. empat.. lima.. enam.. tujuh.. delapan.. sembilan.. sepuluh.. sebelas.. dua belas.. tiga belas.. empat bel-" ucapnya terpotong ketika melihat adiknya berhenti di tengah kolam.
"Ayna..! Ayo lanjutin. Jangan berhenti" terikanya dari pinggir kolam.
Tidak ada respon sama sekali dari adiknya. Sean kemudian merasa khawatir kepada adiknya.
Kemudian ia menyeburkan dirinya ke dalam kolam, dan menyusul adiknya itu.
"Ayna?!! TOLONG!! TOLOONGG!!" Teriaknya panik melihat adiknya yang sudah tak sadarkan diri.
Kemudian, penjaga kolam pun langsung masuk ke dalam kolam, untuk menolong Sean dan adiknya.
Penjaga kolam tersebut membawa adik Sean ke tepi kolam, dan langsung membaringkan tubuh Ayna.
Kedua orang tua Sean berlari menghampiri anaknya itu.
Petugas kolam itu pun langsung memompa dada Ayna, untuk menyelamatkan gadis itu. Tetapi setelah beberapa kali dicoba, hasilnya nihil. Tidak ada respon. Dan napas buatan pun juga sudah diberikan. Tetapi tetap saja tidak ada respon.
Sean serta kedua orang tuanya sangat panik melihat hal itu.
Segera petugas itu menggendong Ayna menuju klinik darurat yang ada di kolam renang itu.
Ayna dimasukkan ke dalam ruangan itu, dan Sean serta kedua orangtuanya menunggu di luar.
Richard, ayahnya Sean menatap putranya itu dengan tatapan yang mengerikan.
Kemudian Richard merampas kedua bahu anaknya, dan mengguncangkan tubuh Sean.
"SEAN! APA YANG TERJADI SAMA AYNA?" Tanya Richard dengan nada membentak, dan emosi yang sangat meluap.
Sean hanya tertunduk diam, dan menangis.
"JAWAB!!!" Bentak Richard dengan emosi yang semakin meluap.
Kemudian, seorang pria keluar dari ruangan itu, dan membuat semua yang ada di luar, menatap pria itu dengan tatapan seperti menunggu jawaban.
"Maaf, putri bapak dan ibu tidak bisa selamat. Kakinya mengalami kram ketika di dalam kolam, sehingga membuat ia kehabisan nafas, dan menelan banyak sekali air" ucap pria itu dengan nada sangat menyesal
Semua yang mendengar, tidak menyangka.
Ibu Sean menutup mulutnya tidak menyangka, dan menangis sambil memeluk Richard.
Sean menatap kosong ruangan itu, dan beberapa butir air terjun bebas di pipinya. Ia sangat tak menyangka, telah kehilangan satu satunya orang yang paling berharga di hidupnya dan penyemangatnya.
Ia sangat terpukul sekali dengan kabar duka itu.
Kejadian tersebut pun, membuatnya depresi berkepanjangan, bahkan ia harus meminum obat tidur agar bisa tertidur nyenyak.
Dan akibat kejadian tersebut, ia menjadi lebih tertutup, dan mempunyai sifat yang dingin terhadap semua orang, terkecuali orang terdekatnya
Ia tahu, sampai saat ini ayahnya masih belum bisa memaafkannya. Padahal kejadian tersebut bukanlah kesalahan Sean. Melainkan hal itu adalah kecelakaan yang tidak disengaja.
Flashback off
Sean menangis, sambil menatap foto dirinya dengan adiknya sewaktu masih kecil. Air matanya terus berjatuhan.
'Besok ulang tahun kamu yang ke-12 tahun' gumamnya
Sean tahu, saat ini dirinya sangat lemah. Tidak terlihat seperti laki-laki yang kuat.
Tetapi, bukankah menangis adalah hal yang wajar bagi setiap manusia?
Kini leleki itu mulai mengantuk, dan perlahan memejamkan matanya, lalu tertidur.
.
.
.
.
.
Up lagii😁
Jangan lupa vote nya ya, dan komen kalau kalian suka.
Love you guys❤
See you next chapter👋👋
Bisa follow aku di instagram
@ruthevinora17
KAMU SEDANG MEMBACA
SEAN (ON GOING)
RomanceIni cerita fiksi remaja biasa sihh👀 👇👇👇 Menceritakan kisah 2 remaja yang dibalut rasa benci satu sama lain pada awalnya. Akankah perasaan benci itu bertahan selamanya? Hmm Jika ia benci, mengapa se-perduli ini? Buang rasa penasaranmu, dan baca c...