SEBELAS: SWEET SEAN

132 46 23
                                    

Aurel melirik benda pink yang melingkar di pergelangan tangannya. Ternyata sudah jam 6. Gadis itu kaget dan langsung bangkit dari kursinya.

Lelaki yang berada di sebelahnya pun ikut bangkit. "Lo mau kemana?" Tanya Rafael bingung.

"Gue mau pulang" balasnya dan langsung berlari tanpa aba-aba.

Tiba-tiba sebuah tangan menarik lengannya yang membuat langkah gadis itu terhenti. "Gue antar"

Segera Aurel melepas tangan lelaki itu.
"Gue pulang sendiri" ucapnya sambil meninggalkan lelaki itu.

Aurel berlari meninggalkan taman. Dan ia langsung memberhentikan sebuah angkutan umum yang lewat untuk membawanya pulang.

Didalam angkutan itu, ia mulai merasa khawatir. Pasalnya, ia tau papanya akan marah karena ia pulang terlambat. Dan entah alasan apa yang akan dibuatnya nanti agar ayahnya tidak marah.

Akhirnya angkutan yang ditumpangi gadis itu berhenti di sebuah halte dekat rumahnya.

Dari persimpangan menuju rumahnya, ia berlari secepat mungkin tanpa memperhatikan jalannya.

BRUUKK

Gadis itu terjatuh seusai menabrak seseorang dihadapannya. Sementara yang ditabrak tetap berdiri kokoh.

"Duh...." rintihnya

"Lo jalan pake mata kepala atau mata kaki sih?" Sembur seseorang yang ditabraknya.

Mendengar itu, Aurel yang masih dalam posisi terduduk pun mendongakkan kepalanya.

"Sean?!" Kagetnya.

Gadis itu pun mencoba untuk bangkit. Tetapi ia merasakan sakit di bagian pergelangan kakinya.

Ia mencoba lagi untuk bangkit, namun tetap saja tidak bisa. Karena kakinya benar-benar sakit.

Sean hanya memperhatikan gadis itu dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam kantong celananya.

Kemudian ia memutar malas bola matanya dan meninggalkan gadis itu.

Aurel yang ditinggal hanya terdiam seperti orang bodoh, dan berdecak kesal. "Dasar psikopat!" Umpatnya.
Aurel hanya memandang punggung lelaki itu perlahan menjauhi.

Tetapi detik berikutnya, ia melihat lelaki itu menghentikan langkahnya, yang membuat Aurel kebingungan.

Kemudian lelaki itu berbalik, dan berjalan mendekati Aurel. Hal ini membuat gadis itu tambah kebingungan.

Lelaki itu menghentikan langkahnya tepat di depan Aurel. Detik kemudian, ia berjongkok menatap gadis itu. Dan berhasil membuat 2 pasang mata bertemu.

Tatapannya membuat Aurel kehabisan oksigen detik itu juga. Ia menahan nafasnya, karena saat ini jarak mereka sangatlah dekat.

Lelaki itu kemudian membalikkan badannya, sehingga hanya punggungnya saja yang terlihat. "Naik!" Titahnya.

"Maksud lo apa?" Ucapnya terbatah-batah.

"Maksud gue, lo naik biar gue gendong sampe rumah lo. Paham?!" Tegas.

Merasa bahwa ia tidak akan mendapatkan kesempatan kedua, gadis itupun langsung melaksanakan perintah Sean

Ia melingkari kedua tangannya di leher lelaki itu.

"Berapa kilo sih berat lo?" Sindir nya yang membuat Aurel seketika ingin menjambak rambut lelaki itu.

"Apaan sih lo. Gue nggak berat. Lo nya aja yang lemah."

"Lo bisa diam gak? Disini gak ada orang. Dan gue bisa ngapa-ngapain lo sekarang juga kalo gue mau."

Pernyataan itu berhasil membuat bulu kuduk gadis itu merinding.

Kemudian Sean melanjutkan langkahnya.
Setelah beberapa menit berjalan, sampailah mereka ke rumah Aurel.

Sean menurunkan gadis itu perlahan-lahan.

"Makasih banyak ya udah bantuin gue. Lo mau masuk dulu atau langsung pulang?" tanyanya dengan nada canggung.

"Gue langsung pulang."

"Kalo gitu lo hati-hati" balasnya sambil tersenyum canggung.

"Hm. Kaki lo jangan lupa diobatin supaya gak main sakit"

Keduanya pun berpisah. Sean pergi meninggalkan rumah Aurel, dan Aurel berjalan memasuki rumahnya.

"Kamu dari mana? Kok baru jam segini pulang?" tanya seorang pria paruh baya yang mengagetkannya.

"Aku habis dari rumah teman pa.." Bohongnya.

"Dari rumah teman?" Tanya ayahnya dengan nada yang dingin.

Kini Aurel semakin takut dengan sikap ayahnya.
"Awas aja kamu besok-besok pulang lama. Kamu gak boleh tidur di rumah." Tegasnya.

Aurel hanya menunduk dan menahan sakit di kakinya karena berdiri normal seolah tidak terjadi apa-apa.

Ia mendengar suara pintu tertutup yang artinya ayahnya sudah masuk ke kamar. Mengetahui itu, ia langsung naik menuju kamarnya dengan sedikit susah karena kakinya.

Sampai di kamar, ia duduk di sisi tempat tidurnya, dan menghela nafasnya panjang. Kemudian ia mengobati kakinya.

'Ternyata dia baik juga' gumamnya saat ia mengingat lelaki itu menggendongnya dan membawanya pulang. Tanpa sadar, sudut bibirnya terangkat yang menciptakan senyuman manis

Tiba-tiba ia mendengar bunyi notifikasi pesan masuk dari kantong seragam sekolahnya. Dan langsung mengechek, siapa yang mengirimnya pesan.

Sebuah nomor tak dikenal muncul di layar ponselnya. Dan ia membuka chat tersebut.

Unknown number
Hai Rel. Lo udah nyampe?

Ia mengerutkan dahinya
'ini siapa ya?' Gumamnya

Unknown number
Gue Rafael. Lo udah nyampe belum?

Gadis itu sedikit terkejut. Untuk apa dia mengirim pesan? Fikirnya.

Skip
.
.
.
.
.
Up lagi😁
Jangan lupa voment
Sorry kalo belum greget.
Next diusahain hehe
See you next chapter👋
Follow akun ig saya
@ruthevinora17
💖💖💖

SEAN (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang