TUJUH BELAS: FELI ERICK

93 5 31
                                    

Sean berjalan mendekati mereka.  Rafael menatap Sean tajam. Begitu pula sebaliknya.

Aurel sedikit kebingungan. Tetapi, ia hanya berfikir mungkin saja leleki itu tidak sengaja meninggalkan sesuatu di sekolah, yang membuatnya harus kembali lagi untuk mengambilnya.

Tetapi, bukannya masuk ke dalam sekolah, ia malah berdiri tepat di hadapan Aurel. Tentu hal ini membuat Aurel semakin bingung. Gadis itupun mulai bertanya.

"Sean.. ngapain kesini lagi?" tanyanya.

"Lo sendiri ngapain masih disini?" tanyanya kembali.

"Nungguin papa jemput. Tapi, dari tadi belum datang-datang. Emangnya kenapa?"

"Kan Pak Deni udah bilang, kalo dia gak bisa jemput lo. Papa lo juga gak bisa."

"Pak Deni nggak ada bilang gitu." jawabnya.

"Dia tadi telpon gue. Tapi gue lupa bilang. Makanya balik lagi."

Aurel kemudian mengangguk paham. Tetapi, ada satu pertanyaan yang tiba-tiba terlintas di benaknya. Ia pun langsung mengutarakannya.

"Eh, tapi.. lo kok bisa kenal sama pak Deni? Terus, pak Deni kok nggak pernah bilang ya?" tanyanya heran.

"Nanti gue kasih tau. Sekarang, masuk." perintahnya.

Aurel langsung masuk ke mobil Sean setelah diperintahkan. Tetapi, lelaki itu masih berdiri disana menatap Rafael tajam. Lalu, setelah gadis itu berada di mobil barulah Sean masuk ke mobilnya.

Kemudian Sean menyalakan mesin mobilnya, dan mengemudi dengan kecepatan sedang.

Sementara di sisi lain, Rafael masih berada di depan gerbang. Perasaanya sangat meledak-ledak. Lalu, ia mencampakkan helm yang berada di genggamannya ke tanah dengan kasar.

*****
Di perjalanan, Aurel hanya menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong.
Ia memikirkan, mengapa ayahnya selalu begitu. Tidak punya sedikit waktu untuknya.

Tetapi, tiba-tiba ia teringat sesuatu yang ia tanyakan tadi. Ia pun segera balik badan menghadap Sean.

"Sean.." panggilnya.

"Iya." jawabnya dengan pandangan yang tak teralihkan.

"Tadi, lo kenal Pak Deni. Kok gue nggak tau ya?" tanyanya.

"Nggak. Gue bohong." jawabnya singkat.

"Hah? Maksudnya?" tanya Aurel yang masih belum mengerti ucapan Sean barusan.

"Gue gak ditelpon sama Pak Deni."

Aurel terdiam sejenak. Hatinya sedikit kaget. Lalu, ia bertanya kembali.

"Te..terus kenapa lo datang jemput gue? Maksudnya apa?" tanyanya meyakinkan.

"Supaya lo nggak diantar sama Rafael." jawabnya jujur.

Gadis itu tak menyangka. Bisa dibilang, saat ini ia sedang marah, sekaligus kecewa. Tetapi, sebisa mungkin ia tidak ingin mengungkapkannya. Lalu ia memilih diam.

Tiba-tiba, Sean kembali bersuara.
"Gue mau bilang, kalo Rafael itu gak sebaik yang didepan lo. Jangan pernah terima tawaran apapun dari dia lagi."

Aurel hanya mendengar dan tidak ingin menjawab. Ia juga tidak menoleh, dan masih diam dalam posisinya.

Beberapa menit kemudian, akhirnya mobil Sean berhenti di depan rumah Aurel. Dan Aurel pun langsung turun dari mobil Sean, sambil mengucapkan terima kasih kepada lelaki itu.

Saat masih berdiri di depan gerbang, Aurel melihat ada sebuah mobil asing yang terparkir di rumahnya. Gadis itupun segera masuk ke dalam rumah.

Di ruang tamu, ia tidak melihat siapa-siapa. Kemudian Aurel pergi ke dapur. Dan saat berada di dapur, betapa terkejutnya ia melihat seorang wanita yang sama sekali tidak dikenalnya, dan ada ayahnya juga disana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEAN (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang