Pulang dari makam, semua orang yang udah ada di rumah dibuat bingung sama sikap Irene yang marah-marah gitu. Selesai taruh
Nam Hyun di kamar, Seulgi milih gabung temen-temennya di ruang tengah."Habis darimana Gi?" tanya Wendy pindah channel TV.
"Temenin Kak Irene ke makam ayahnya."
"Jadi yang diberita kemarin beneran Ayahnya Kak Irene?" Lisa penasaran.
Seulgi cuma ngangguk aja. Pikirannya dari tadi dipenuhin sama adegan di makam.
"Btw, cewek yang jadi tersangkanya itu gimana?" tanya Rose nyemilin Pringles hasil dari nyolong di kamar Seulgi.
"Eh, itukan Pringles gue!"
Rose nyengir doang. Kali ini Seulgi gak debat, dengus doang sambil sandaran punggung di sofa.
"Kak Irene belum liat sih cewek itu." Seulgi jawab pertanyaan Rose yang sempet kepotong tadi.
"Lah, terus kenapa dia marah-marah? Gue kira Kak Irene marah gara-gara habis ketemuan sama cewek itu." Lisa ngernyit heran.
Seulgi gak respon apapun. Ragu mau cerita tentang kejadian di makam tadi. Wendy yang sadar langsung desak Seulgi paksa cerita.
"Bukan karena cewek itu. Kak Irene marah gara-gara Ibunya."
"Mereka ketemu di makam tadi?"
Seulgi ngangguk. Lalu cerita semuanya, dimana Irene direndahin sampe ditampar adeknya sendiri. Sampe Seulgi jelasin masa lalu Irene yang kelam banget. Mereka berenam kaget dengernya. Bisa-bisanya Ibu sendiri bilang gitu ke anaknya.
"Kurang ajar banget." Di sini malah Joy yang emosi. Ya dia gak terima aja temen baiknya digituin.
"Tapi, kenapa si cewek itu bunuh Ayahnya Kak Irene?" tanya Jisoo yang buat mereka semua mikir.
Seulgi sama Wendy saling pandang seolah tuker pikiran masing-masing.
"Menurut gue ini ada hubungannya sama Nam Hyun, mungkin," ucap Jennie sepemikiran sama Wendy dan Seulgi.
"Tau lah gue pusing!" Lisa teriak frustasi, ya padahal dari tadi dia gak mikir serius-serius amat
"Loh, ini Yeri mana? Belum balik?" tanya Seulgi. Biasanya Yeri gak bisa lama-lama jauhan dari mereka, tapi ini sampe udah sore belum balik juga. Padahal tadi bilangnya cuma sampe siang aja di rumah, terus balik disini.
"Yeri pulang. Tadi barang-barangnya udah diberesin," jawab Rose lurusin kaki ke meja.
"Kenapa? Kok tiba-tiba?"
"Katanya ada urusan keluarga yang penting banget. Muka dia tadi keliatan murung gitu, mungkin keluarganya ada yang sakit," jelas Joy deskripsiin raut wajah Yeri tadi.
"Oh ya, keluarga Yeri itu kayak gimana sih? Gue gak pernah liat ortunya."
Ucapan Rose itu lagi-lagi bikin semua mikir. Selama bertahun-tahun mereka temenan, gak ada yang tau gimana rupa orangtua Yeri atau gimana kondisi keluarganya. Yeri emang paling tertutup kalo masalah keluarga, gak ada dari mereka yang pernah denger Yeri cerita keluarganya.
"Setau gue orangtua dia di luar negeri," ucap Jennie yang emang rumahnya lumayan deket sama Yeri.
"Lah terus dia di rumah sendiri?" Wendy heran, masa Yeri yang masih kecil begitu dibiarin hidup sendiri.
Jennie angkat bahu, "Gue gak tau. Eh, tapi gue pernah liat ada cewek sih keluar dari rumahnya. Tapi gue gak tau itu siapanya."
Mereka cuma angguk-angguk doang dan diem, sibuk sama kegiatan masing-masing.
—o0o—
Wendy masuk ke kamar Irene pelan-pelan. Liat cewek itu lagi baca-baca dokumen dari amplop yang tadi diterima. Posisinya belakangin Wendy. Ada Nam Hyun juga yang masih tidur anteng banget.
"Kak," panggil Wendy, buat Irene reflek noleh.
"Apaan?"
"Soal Ayah lo, gue ikut berduka."
Irene senyum sendu sambil ngangguk.
"Btw, urusan sama cewe yang bunuh Ayah lo gimana?"
Irene balik fokus lagi bolak-balik kertas dokumen di tangan. Wendy yang penasaran ngintip dikit. "Apaan tuh?"
Fokus ke Wendy lagi, Irene sembunyiin dokumen itu. Lepas kacamata bacanya sambil hela napas.
"Gue pikir, semua ini ada hubungannya sama Nam Hyun."
Irene sama Wendy lirik Nam Hyun yang masih pules tidur. Ngerasa miris anak sekecil ini harus punya masalah seberat ini.
"Tapi kak, menurut gue ini juga ada hubungannya juga sama Yeri," ucap Wendy bikin Irene ngernyit gak ngerti.
Yeri bahkan gak tau apa-apa mungkin tentang ini semua. Ya selama ini kan tuh bocah santuy-santuy aja. Jadi Irene pikir aneh aja tiba-tiba Wendy sangkut pautin sama Yeri.
"Kenapa jadi Yeri deh?" Irene terkekeh kecil sambil geleng-geleng.
"Emm, menurut gue ini ada hubungannya sama Yeri. Anak itu tadi beresin barang-barangnya dan pulang loh, gue rasa ada yang gak beres."
"Serius pulang?!" Irene mendadak jadi super panik. Keinget ucapan ibunya di makam tadi, Irene rasa ini bukan saat yang tepat kalo temen-temennya pada ngejauh dari dia.
"Goblok banget malah pulang sih! Lo telepon dia suruh balik sekarang!"
"Gue udah coba telepon tadi, hp nya gak aktif."
Irene makin gusar. Akhirnya dia coba telepon sendiri. Dan hasilnya sama, gak diangkat.
"Emang kenapa sih kak? Ya biarin lah dia pulang, mungkin ada urusan penting."
"Ck, denger ya. Sebelum ini semua kelar, kalian gak boleh jauh-jauh dari gue."
👶
Irene ditemenin Jennie akhirnya nekat pergi ke rumah Yeri. Irene bener-bener khawatir aja, bahkan di rumah Irene sewain body guard buat jaga temen-temennya, dan mereka Irene larang buat keluar dulu. Itu bikin semuanya pada bingung dan kepo kenapa Irene sampe segininya. Ya tapi Irene bodo amat dan tinggalin mereka.
"Ini rumahnya Yeri," ucap Jennie sambil berhentiin mobil di depan salah satu rumah yang keliatan kosong.
"Lo serius?" tanya Irene gak yakin, rumah itu keliatan banget gak keurus.
"Gak, gue bohong."
Irene gak cengengesan kali ini. Dia langsung turun mobil dan tekan tombol bel di samping gerbang rumah Yeri yang ketutup.
Pencetan pertama gak ada respon apapun. Pencetan kedua juga sama. Sampe pencetan ketujuh, gak ada tanda-tanda Yeri keluar rumah.
Sampe akhirnya ada tetangga yang ngerasa keganggu keluar dan samperin Irene.
"Cari siapa mbak?" tanya si tetangga.
"Yang punya rumah ini kemana ya, Yeri?"
"Oh Yeri. Tadi siang dia dijemput ortunya, dari yang saya denger sih mereka mau pindah ke Jerman."
Irene kaget, perasaannya gak enak banget. Tapi dia cuma ngangguk dan senyum aja. Habis ucapin terima kasih Irene balik ke mobil.
"Gimana kak?" tanya Jennie sambil injak gas.
"Yeri pindah ke Jerman."
"What? Serius?"
"Gak, gue bohong," jawab Irene balikin ucapan Jennie tadi.
Habis itu cuma hening aja.
"Jen," panggil Irene gak tenang. Jennie noleh dan angkat sebelah alis.
"Gue gak mau kehilangan kalian."
Karena banyak yg minta double up, ya udah deh, nih kukasih. Kalo ada typo bilang aja ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby | BlackVelvet ✓
FanfictionApa jadinya kalo sembilan cewek tukang bacot ngerawat bayi yang ditelantarkan? Cover by: @InaGaemGyu