[23]

4.2K 544 76
                                    

Krystal yang lagi enak-enakan tidur harus kebangun gara-gara suara hp nya yang berdering gak mau berhenti. Dia besok mau balik ke Jerman jadi harus butuh tidur cukup. Awalnya sih kesel, tapi mendadak jadi seneng macem dapet hadiah waktu tau yang telepon si pacar kesayangan.

Krystal lirik jam, udah jam sebelas malem. Berharap Tiffany yang marahin dia karena kelupaan jemput.

"Iya halo?"

"Kamu di rumah?"

"Iya. Maaf kak aku ketiduran tadi."

Krystal balik rebahan di ranjang yang empuk. Kedip-kedipin matanya yang tinggal lima watt, denger suara lembut Tiffany bikin tambah ngantuk parah.

"Kenapa kak?" Krystal tanya karena Tiffany gak ngomong apa-apa lagi. "Kakak udah di rumah kan?"

"Aku mau ngomong."

"Ya ini udah ngomong sayang," gemas Krystal. Tapi kayaknya Tiffany lagi serius banget, dia gak ketawa denger ucapan Krystal barusan.

"Oh iya kak, aku besok harus balik ke Jerman. Kakak gakpapa kan aku tinggalin?"

"Kita putus."

Deg.

Jantung Krystal berasa ditusuk.

Putus?

P.U.T.U.S?

Krystal langsung bangkit dari rebahan. Ketawa paksa, mikir Tiffany lagi bercanda. Tapi dari nada bicaranya barusan, Krystal gak yakin Tiffany lagi bercanda. Ayolah, mereka baru jadian juga hari ini.

"S-serius? Jangan bercanda deh kak." Krystal masih cengengesan.

"Serius. Kita putus."

Krystal diem sebentar, ucapan Tiffany muter-muter di otaknya. "Kenapa?"

"Gak ada alesan."

Krystal mau nangis aja rasanya, berasa dipermainkan Tiffany. Padahal Krystal berharap banget sama Tiffany. Sekarang liat kenyataannya berasa dikhianati dia.

"Terus kenapa tadi diterima kalo ujung-ujungnya cuma mau begini?" tanya Krystal pelan, air matanya hampir jatuh.

"Pelampiasan aja," jawab Tiffany enteng sambil dengus kasar.

Mereka diem beberapa saat. Krystal masih gak percaya. Dia paling gak suka tipe orang yang kayak gini.

"Keparat lo!" umpat Krystal. Lalu matiin telepon gitu aja.

Di sisi lain Tiffany udah nangis diem-diem. Sumpah, dia gak bakal mau ngelakuin itu kalo bukan keadaan yang maksa. Ya, dia gak mau Krystal ikut keseret masalahnya.

Tiffany usap kasar air mata, dia harus gerak cepet karena polisi mungkin lagi kejar dia. Buru-buru masukkin barang yang penting aja ke dalem tas. Lalu gendong Stephanie dan keluar rumah.

Gak ada yang bisa tolongin Tiffany sekarang. Sebelum telepon Krystal tadi dia udah telepon temen-temennya cari pertolongan. Begitu denger cerita Tiffany mereka langsung nolak. Dan gobloknya Tiffany malah putusin Krystal padahal cuma dia satu-satunya yang bisa tolongin. Tapi Tiffany juga gak mau Krystal terlibat urusannya.

"Mama, dingiiiin," gumam Stephanie yang udah setengah tidur di gendongan.

Tiffany senyum. Lalu peluk Stephanie erat. "Udah hangat?"

Stephanie ngangguk sebelum bener-bener tenggelam dimimpi.

💎💎

Udah seminggu Tiffany pindah-pindah tempat istirahat. Udah seminggu pula polisi makin gencar cariin dia. Bahkan muka Tiffany muncul di berita dengan status sebagai pembunuh CEO Kwon Group yang jelas-jelas gak dia lakuin.

Marah? Jelas. Tapi Tiffany gak bisa berbuat apapun.

Subuh-subuh, Tiffany sama Stephanie duduk di taman yang sepi. Tiffany gak bisa lagi nyewa penginapan atau apapun itu. Uang sih ada, tapi kemanapun Tiffany pergi pasti polisi ngikutin. Beberapa kali Tiffany hampir ketangkep, tapi karena 'the power of emak-emak' gak tau gimana dia bisa lolos dengan mudah.

Sekarang Tiffany rasa dia gak bisa terus-terusan kabur bawa Stephanie. Temen-temennya emang bangsat semua gak mau nolongin padahal Tiffany banyak bantu mereka waktu kesusahan.

Subuh-subuh itu, Tiffany ambil keputusan yang sebenernya berat untuk dia terima sendiri.

Ya, dia ninggalin Stephanie yang lagi tidur di taman itu. Setelah pelan-pelan kasih berlembar-lembar kain biar gak kedinginan, habis itu dimasukin kardus kayak barang mau dijual. Alasan kenapa gak milih di masukin panti asuhan aja karena Tiffany takut orang-orang disana sakitin Stephanie atau justru Stephanie gak jerawat dengan baik dan asal-asalan aja.

Tiffany gak langsung pergi gitu aja, dia nunggu sampe ada yang nemuin Stephanie.

Gak begitu lama ada cewek lewat. Tiffany makin serius perhatiin. Awalnya cewek itu cuma duduk diem di kursi taman yang bawahnya ada Stephanie lagi tidur.

Cewek itu mulai kebingungan waktu denger suara tangisan. Tiffany tepuk jidat sendiri liat betapa gobloknya cewek itu cariin muter-muter padahal asal tangisan ada di bawah kursi yang dia dudukin. Tiffany kaget waktu cewek itu jalan ke arahnya. Kelabakan Tiffany sembunyi sampe manjat pohon. Tambah dugun-dugun lagi waktu cewek itu liat ke atas dan hampir temuin keberadaan Tiffany.

Tiffany turun pelan-pelan tanpa suara setelah cewek itu pergi, lalu ngintip lagi. Cewek itu berhasil temuin Stephanie. Tiffany lega sekaligus khawatir, lega Stephanie ada yang nemuin dan khawatir cewek itu jahat.

💎💎

"Akhirnya."

Tiffany hela napas panjang. Posisi lagi ada di depan rumah cewek yang ngambil Stephanie. Setelah susah-susah cari info alamat rumah cewek itu, akhirnya Tiffany nemuin.

Pengen banget masuk liat kondisi Stephanie, tapi dia cuma orang asing disini. Jadi Tiffany cuma bisa pantau rumah cewek itu aja.

Keasikan celingak-celinguk, Tiffany kaget waktu ada suara motor ngedeket. Mau kabur tapi udah terlanjur ketauan. Ya udah Tiffany akting biasa-biasa aja waktu cewek yang naik motor itu mulai tanya-tanya.

"Mbak, nyari Kak Irene?"

Tiffany diem sebentar. Tebak nama cewek yang ambil Stephanie itu namanya Irene. Bingung mau jawab apa, Tiffany kasih eye smile andalan. Yang bener aja bikin cewek rambut blonde di depannya bengong.

"Mbak itu mukanya bisa cantik-eh, maksudnya mbak ini cari Kak Irene?"

Tiffany nyaris ketawa denger ucapan cewek itu. Mana mukanya polos-polos goblok lagi, Tiffany berasa ngomong sama anak kecil polos.

"E-enggak sih. Tapi btw, yang punya rumah ini punya bayi ya?" pancing Tiffany mastiin Stephanie masih ada sama Irene.

Si cewek blonde ngangguk. "Kak Irene punya, tapi bukan anak kandung sih."

Tiffany hela napas lega. "Makasih ya. Bye!"

Tiffany buru-buru pergi. Sampe di belokan gang yang lumayan sepi, tiba-tiba ada yang geret tangannya dari belakang dan kunci pepetin badannya ke tembok rumah kosong, lalu Tiffany ngerasa tangannya dipasangin borgol. Beberapa laki-laki berseragam polisi keluar dari persembunyiannya sambil nodongin pistol ke arah Tiffany.

"Tiffany Hwang, anda ditangkap!"

Sial!

Baby | BlackVelvet ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang