22. WE FORGET ABOUT THE DAY

206 43 38
                                    

Sejak kejadian di Incheon, aku tak sanggup menatap Jaemin, bahkan saat dikantor pun aku selalu menghindarinya.

Rasanya sangat canggung, dan aku merasa bersalah pada Jaehyun, kenapa aku seperti penjahat disini.

Aku melangkahkan kaki kekamar rawat Jaehyun, setidaknya lusa ia akan keluar dari rumah sakit dan dapat beraktivitas seperti biasanya setelah dirawat sebulan.

Aku masuk ke kamar, ku lihat Jaehyun sedang membaca novel klasik diranjangnya. Ia memandangku dengan senyuman terbaiknya, lalu aku duduk di samping ranjangnya.

"Sudah makan?" tanya Jaehyun sambil menutup bukunya, aku mengangguk pelan. "Sini." Jaehyun menarik tanganku, menyuruhku rebah diatas ranjang disampingnya.

Aku lalu menyandarkan kepalaku di bahunya, dan tangannya merangkulku, sesekali mengelus bahuku pelan.

"Hana, kamu tau saat pertama kali kita bertemu didepan toko roti itu, aku benar-benar merasa gugup saat kamu menatapku"

Aku mendongakan kepalaku menatap wajahnya. "Apa kamu—"

Jaehyun mengangguk. "Suka seseorang dari pandangan pertama, seharusnya saat itu aku menanyakan namamu dan nomor ponselmu." Aku tersenyum mendengar ucapan Jaehyun. "Saat kamu tiba-tiba menanyaiku suka hujan atau tidak, aku sedikit kaget sampai aku tak bisa menjawabnya, lalu saat dikafe aku memberanikan diri memghampirimu, tapi aku terlalu bodoh karena tidak menanyakan namamu."

"Wah benar-benar, apa yang terjadi kalau kamu menanyakan nama dan nomor ponselku hmm," balasku.

"Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi seandainya aku lebih berani. Kamu tau saat di halte aku menghampirimu, aku berfikir berkali-kali lipat sebelum melakukannya, aku sangat senang kamu menerima ajakan ku untuk pulang bersama." Aku meraih wajah Jaehyun, menyentuh pipinya lembut. "Jika aku bisa kembali ke masa lalu, aku akan menanyakan namamu dan nomor ponselmu," lirih Jaehyun  "Tidak, saat itu aku akan mengajakmu berkencan," ralatnya.

Aku tertawa lebar, hampir tak percaya jika dulu Jaehyun merasakan hal yang sama denganku.

"Jaehyun, apa kamu pernah kembali ke Busan?" tanyaku.

"Hm, saat ayahku meninggal."
Aku terdiam dan pias saat mendengarnya. Sekarang Jaehyun hidup sendirian. Selama dirumah sakit hanya aku yang berada disisinya. Ia tak memiliki kerabat saka sekali, dan itu membuatku sedih.

Dan faktanya, pria yang kulihat beberapa tahun lalu, memang benar Jaehyun, seandainya Jeno tidak menahanku saat itu, pasti aku bertemu dengannya, mungkin saja keadaannya tak akan seperti ini, kalau saja waktu di Busan aku bisa menghampirinya.

Lalu Jaehyun memeluku erat. "Aku sangat bahagia sekarang," ucap Jaehyun.

"Aku juga."

🍀🍀🍀🍀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🍀🍀🍀🍀

Aku memberanikan diri masuk keruangan Jaemin, ia tampak sibuk membaca lemabaran dokumen.
"Wakil Na," panggilku yang berdiri didepannya, ia langsung menatap.

RAINISM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang