BAGIAN 14 - Sebuah Surat Singkat

1.7K 114 6
                                    

Alifa terbangun dari tidur. Hal pertama yang dilihat olehnya adalah Farah dan Ning Aisyah yang tengah duduk di kursi plastik tepat disampingnya.

"Ehh mbak udah bangun," sambut Farah sambik bangkit dari duduk.

"Mbak mau makan? aku ambilin ya," tawar Ning Aisyah.

"Ehm, kayaknya nggak deh nanti aja," jawab Alifa.

"Oh iya mbak, tadi aku sama Ning Aisyah beresin mejanya mbak terus kita nemu ini," ucap Farah seraya menyodorkan sebuah amplop berwarna putih polos.

"Apa ini?" tanya Alifa penuh heran, manik matanya tak lepas dari amplop itu.

"Kurang tau juga mbak, tapi kayaknya surat deh," jawab Ning Aisyah.

"Surat? Dari siapa?" tanya Alifa lagi.

"Nggak tau mbak, mungkin aja dari mama nya mbak," ucap Farah mengira-ngira.

"Far, Ning, boleh keluar bentar nggak?" tanya Alifa dan dituruti oleh mereka.

Alasannya menyuruh keduanya keluar dari kamar adalah agar isi surat itu menjadi rahasia, hanya Alifa dan Allah yang tahu. Alifa membuka surat itu perlahan, benar saja itu dari mama.

Dari:Mama
Untuk:Alifa Wahiyyatus Syahida

Alifa....
Sekali lagi mama bilang, mama sama papa masukin kamu ke pesantren bukan karena mama udah nggak sanggup ngurusin kamu lagi, tapi mama mau kamu jadi anak lebih baik lagi dan nggak kayak preman.

Mama harap kamu bisa berubah disana jadi anak baik kayak kakakmu dan mama harap kamu disana nggak nyusahin kyai kamu dengan sifat kamu yang kayak preman itu

Emangnya kamu nggak iri sama kakak kamu? dia cantik, baik, nggak pernah ngelawan, dan nurut juga nggak kayak kamu yang sebaliknya.

Jujur mama agak kecewa sama sikap kamu, mama sedih karena kamu jadi seorang gadis preman

Ingat ya, mama sama papa bakalan jarang jenguk kamu ke pesantren karena mama mau tenangin pikiran setelah sekian lama pusing dengan semua ulah kamu yang suka bikin onar, nggak disekolah, dirumah, diluar

hahh pokoknya kamu suka bikin onar

Menurut mama cuman itu yang mama sampaikan

Jakarta, 29-04-2020
Ttd,
Mama

Sebuah surat singkat yang berhasil melepas air mata Alifa dan merobek hatinya.

"Apakah aku ini masih dianggap anak? atau hanya dianggap pembuat onar? atau sebuah sampah?" lirih Alifa.

"Kenapa mama mengirim kan surat ini kalau hanya ingin melukai hatiku, meneteskan air mataku dan menanam benci didalam hati?"

"Dan bahkan mereka masih mengagungkan kak Laila disaat aku telah dibuang!"

Alifa terus menggerutu mengeluarkan semua unek-unek nya. Ia menghapus air mata yang keluar secara kasar sambil meremas surat yang kini tengah ia pegang.

Sakit. Itulah satu kata yang mampu menjabarkan bagaimana dirinya saat ini. Kemarin ia sakit secara batin, kini ia sakit secara perasaan. Perih dan hancur saat melihat orang yang ia masih sayangi mengatakan seperti itu, memang tidak secara langsung tapi mampu menusuk.

Alifa Story [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang