BAGIAN 50 - Difitnah Korban Fitnah

1.2K 78 8
                                    

Jika takdir sesulit ini, maka izinkan aku menjadi bintang diantara matahari. Memang tak nampak, tapi mampu menemani.

***

Suara gemericik air menghasilkan suara yang menenangkan jiwa, ditambah semilir angin yang menghasilkan efek sejuk. Suasana ini, suasana yang disukai Alifa. Ia merasa lebih nyaman menghafal dengan suasana setenang ini. Apalagi di waktu hujan, selain suara rintik juga ada aroma tanah basah yang begitu khas.

Alifa mengakhiri hafalannya dengan bacaan hamdalah lalu beranjak untuk menyimpan al-quran kecil favoritnya. Ia mempunyai tempat khusus di kamar untuk al-quran kecil kesukaan dirinya. Terbuat dari kayu, namun mampu Alifa modifikasi menjadi terkesan aesthetic.

Usai menyimpan, indra pendengar Alifa menangkap suara kedua sahabatnya. Benar saja, Farah dan Ning Aisyah tengah bercanda ria di kursi memanjang di depan kamarnya. Ia tersenyum sejenak, lalu berjalan menghampiri keduanya.

Alifa mengucapkan salam lalu duduk tepat disamping Ning Aisyah. Ada yang aneh, iya memang ada. Aura yang dipancarkan keduanya terkesan berbeda, terutama Ning Aisyah. Sikap pun berubah, biasanya Alifa akan disambut tapi ini malah didiamkam seolah ia tak dianggap.

"Kalian lagi ngob-"

"Kepo!" potong cepat Ning Aisyah dengan nada ketus penuh benci.

Alifa mengernyit, sebenarnya ia sangat kaget dengan sikap Ning Aisyah tapi tetap saja Alifa berusaha positif thingking terlebih dahulu.

"Oh iya mbak Al, ini aku kembalikan. Makasih sebelumnya udah ngasi ini," ucap Ning Aisyah seraya memberikan gelang yang pernah Alifa hadiahkan kepada Ning Aisyah.

"Kenapa dikembalikan Ning? Udah nggak muat?" tanya Alifa yang masih bingung dengan perubahan Ning Aisyah kepadanya. Nada bicara dan sikap berubah seketika padahal tadi baik-baik saja.

"Masih muat sih, tapi aku nggak sudi aja terima ini dari orang kayak mbak!" ketus Ning Aisyah dengan raut wajah kebencian. Alifa semakin penasaran, apa dia berbuat salah?

"Aku minta maaf kalau perbuatan aku ada yang menyakiti Ning," ujar Alifa.

"Oh tentu saja ada!" ucap Ning Aisyah penuh penekanan. Ada apa sebenarnya?

"Kesalahan apa itu Ning?" tanya Alifa lagi karena sejujurnya ia bingung. Sebelum ia hafalan, hubungan baik-baik saja. Berjalan lancar seperti biasa.

"Makanya ngaca dong!" ketus Ning Aisyah lalu pergi meninggalkan Alifa, tak lupa ia menarik tangan Farah untuk pergi bersamanya.

Alifa mematung ditempat. Ini terlalu cepat. Mengapa secepat itu berubah? Apa salahnya? Banyak sekali pertanyaan yang Alifa lontarkan pada dirinya sendiri hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk mengejar Ning Aisyah.

Langkah kaki ia buat secepat mungkin agar tak kehilangan jejak. Sampai di dua belokan, Alifa celingak-celinguk mencari Ning Aisyah agar bisa ia kejar dan ikuti. Tak ditemukan. Cara terakhir adalah insting, Alifa belok ke arah kanan sesuai apa yang ia rasakan sebab sudah kehilangan jejak.

Alifa tersenyum puas saat melihat punggung yang ia yakini itu Ning Aisyah. "Ning, tunggu aku!" panggilnya.

Ning Aisyah menoleh bersama dengan Farah lalu berlari kencang saat tahu itu Alifa. Tak ingin ketinggalan, Alifa pun turut berlari mengejar Ning Aisyah. Hingga sampailah mereka pada taman bagian belakang pondok. Suasana yang bagus karena cukup sepi.

Alifa Story [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang