:: 5

178 51 6
                                    

"Tanpa kusadari, sebenarnya orang yang membutku hancur adalah diriku sendiri."
-Avin

...The Twins...

Pok, prok, prok.

Suara tepuk tangan segera bersahutan seiring usainya permainan gitar Avin, Cowok itu membungkuk lalu bergerak menuruni panggung.

Malam ini Avin memutuskan untuk pergi mengunjungi kafe dimana ia biasanya pergi jika sedang dalam keadaan kacau.

Tapi siapa sangka kalau keberuntungan sangat berpihak padanya, kebetulan sekali kalau Kafe itu sedang membuka lowongan untuk pekerja pengganti. Melihat posisi yang ditawarkan, Avin dengan cepat melamar lowongan itu.

Yah! Paling tidak, gajinya bisa untuk makan sebulan tanpa meminta uang dari Papa. Walaupun hanya satu minggu itu sudah cukup.

"Avin!" panggil seseorang dari jauh.

Avin menoleh, didapatinya sosok pria paruh baya dengan pakaian rapi, mendekat. Yah, ia adalah Roi, Manager Kafe.

"Penampilan kamu bagus sekali, sangat luar biasa," ucapnya seraya menepuk pundak Avin dengan bangga.

Avin tersenyum, "Bapak terlalu berlebihan,"

"Tidak! Kamu itu memang berbakat, lagu yang kamu bawakan sangat bagus, kamu membuatnya sendiri?"

Avin mengangguk, lagu itu berjudul "Who i am" lagu tanpa lirik yang Avin ciptakan lima tahun lalu.

"Ini gaji kamu, besok jangan lupa datang ya, sampai bertemu lagi Avin," ucapnya lalu melenggang pergi.

Avin mengangguk, pandangannya melihat sekilas punggung Roi yang perlahan menjauh.

"... kamu itu memang berbakat ..."

Avin tersenyum pahit ketika mengingat apa yang dikatakan Manager, dia berbakat. Seandainya Papa mau mengatakan hal itu sekali saja, dia pasti senang.

Tapi ...

Avin menunduk, meremas amplop yang berisi uang ditangannya dengan erat. Sampai kapan dia berharap pengakuan dari seseorang yang tidak berniat mengakuinya? Sampai kapan?

Avin benar-benar lelah hari ini, setelah pulang dari Kafe, dia memutuskan untuk langsung tidur saja, tak mau membuat tubuhnya semakin lelah.

Cowok itu barusaja memasuki rumah, dan Papanya sudah berdiri disana menunggu Avin.

Avin menautkan kedua alisnya, "Papa?"

"Dari mana kamu malam-mapam begini?" tanya Hernawan dengan dingin.

Avin menghela napas, "Avin kerja Pa," jawabnya.

"Omong kosong, jujur sama Papa, kamu dari mana?"

Avin menggepalkan tangannya erat, menundukkan kepala dalam-dalam. Dia harus menjawab bagaimana? Jika Papa tidak percaya padanya, lalu apa jawaban yang harus Avin berikan?

"Kenapa diam? Jawab saya, kamu dari mana?" pria itu meninggikan suaranya hingga menggema diseluruh ruangan.

"Avin kerja Pa, Avin kerja buat kebutuhan Avin sendiri, Avin ... "

"Bohong! Apa semua yang saya berikan ke kamu itu kurang, sampai kamu mau kerja hingga larut malam begini? Jujur ke saya darimana kamu? Balapan? Pergi ke klub iya? Main sam ja ..."

The Twins (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang