: : 8

167 48 12
                                    

"Gue bahkan benci diri gue sendiri"
~Avin~

...The Twins...

Evan nampak mondar mandir di ruang tengah, sesekali melihat kearah jam dinding diruangan itu dengan panik.

"Sial!" umpatnya saat menyadari jarum jam sudah menunjukkan pukul 5 lewat 30 menit. Tapi kembarannya itu belum juga sampai dirumah.

Salah jika kalian mengira kalau Evan khawatir dengan Avin. Dia hanya tidak mau Avin bertengkar dengan Papanya.

Surat peringatan dari sekolah tadi sudah pasti akan memancing kemarahan Hernawan, lalu ditambah masalah Avin yang tidak segera pulang ke rumah. Pria itu pasti akan memarahi Avin 2 kali lipat. Dan jujur saja, itu membuat Evan semakin kesal dengan Avin.

Evan cepat-cepat meraih poselnya yang ada di atas meja makan. Mencari nomor Avin lalu mengirimkan sebuah pesan padanya.

Evan
Lo dimana ?

5 menit berlalu dan masih belum ada jawaban dari Avin. Evan mengacak rambutnya frustasi. Sebentar lagi papa dan mamanya pasti pulang dan Avin malah tidak menjawab pesannya.

"Lo dimana sih Vin?" keluh Evan sambil terus menghubungi saudaranya, tapi masih belum ada jawaban.

"Haiisshhh...kemana sih dia?" Evan meletakkan poselnya dengan kasar lalu berjalan menuju pintu. Ya, sepertinya sebuah mobil baru saja memasuki halaman rumah mereka.

Evan menelan ludah susah payah. Pintu dibuka dan akhirnya dua orang tua itupun masuk dengan disambut oleh senyuman dari anak tersayangnya.

***

Avin yang tengah asik mendengar curhatan Enggar tentang mantannya, melirik benda pipih di tangannya yang menyala.

Apa itu? Tumben sekali Evan menanyakan keberadaannya, apakah Avin tidak salah baca? Avin membuka pesan itu dan membalasnya.

Evan
Lo dimana?

Avin
Peduli apa lo ?

Avin tersenyum senang, mungkin kembarannya sekarang sedang mengutuknya dengan sumpah serapah dari rumah.

Diteguknya air mineral yang tadi ia beli saat perjalanan ke Kafe. Beda dengan Enggar dan Dariel yang sedang menikmati secangkir kopi panas. Avin tidak pernah minum kopi.

"Mantan lo namanya Shella?" tanya Dariel antusias.

"Iya. Gue biasanya manggil dia Cellmut" Ekpresi Enggar dengan malu-malu.

Dan dengan polosnya Dariel bertanya "Marmut?"

"Lo nggak pernah punya panggilan sayang ya ?, Cellmut itu maksudnya Cella imut." jawab Enggar sedikit kesal.

Dariel menggaruk tengkuknya yang gatal, "Gue dengernya marmut, bukan Cellmut"

"Lo masih muda aja udah budeg, gimana kalo tua?" ucap Enggar, memasukkan kentang goreng ke mulutnya.

"Namanya juga nggak denger. Lagian lo ngoceh udah nggak ada titik komanya, kek jalur kereta yang lancar jaya tanpa hambatan. Coba aja kalo lo ngomongnya kek yang ono noh," cerocos Dariel sambil menunjuk kearah Avin dengan dagunya. Sementara Avin membalasnya dengan tatapan tajam.

"Lo bakal ngerti?" tanya Enggar penasaran.

"Bakal gue bogem." Jawab Dariel sambil tertawa lepas. Tidak peduli dengan ekspresi kedua sahabatnya yang sama-sama datar.

The Twins (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang