: : 15

141 25 5
                                    

"Pertemuan itu memberitahu ku segalanya."
_Ruby

...The Twins...

Ada banyak bau obat di tempat yang saat ini ia kunjungi, Ruby dengan pelan mendorong kursi roda mamanya menuju ruang dokter. Seperti biasa kesehatan jiwa mamanya perlu di kontrol setiap bulan.

Wanita paruh baya itu tampak tidak bersemangat dan begitu putus asa.

"Permisi Paman," ucap Ruby seraya mendorong pintu ruangan Dr. Andre.

Melihat Ruby melangkahkan kakinya sambil mendorong sang mama, pria itu menggeleng pasrah.

"Pulang sekolah?" tanya Dr. Andre.

"Iya Paman."

"Gimana Mama kamu?"

"Masih susah makan Paman, dia juga akhir-akhir ini sering melamun," jelas Ruby dengan sedih.

Wajah Andre juga menjadi masam, wanita di depannya benar-benar menyiksa dirinya sendiri. Peristiwa beberapa tahun lalu jelas bukan sesuatu yang bisa di terima oleh Rena. Faktanya bisa membuat wanita periang itu berubah menjadi kesunyian.

Dan keponakan kesayangannya harus menanggung semua akibatnya,

Andre menghela napsnya dalam-dalam. "Biarkan mama kamu disini untuk beberapa hari ya?"

Ruby mengangguk, walaupun ia ragu,  tapi di sini mamanya akan lebih baik.

Di lain tempat, di kediaman keluarga Avin di ruang makan tampak tiga orang sedang menikmati makan siang. Iya, hanya tiga orang.

"Gimana sekolahnya hari ini Van?" Suara bass itu membuat senyuman Evan mengembang.

"Enggak buruk pa, aku juga udah mulai belajar keras buat olimpiade nanti."

"Papa senang mendengarnya, kamu itu pinter seperti papa," ucap pria itu dengan bangga.

"Masa? Mama ingat dulu ada yang minta adik kelas mengerjakan tugas B. Inggrisnya. Siapa ya?" sahut Airin seraya menuangkan air minum ke dalam gelas kedua lelaki itu, matanya sengaja melirik Hernawan dengan jail.

Hernawan hanya tersenyum malu, "Uh mungkin memang aku dulu tidak sepintar Evan, hehe," ucapnya.

Evan dan Airin terkikik mendengar pengakuan itu.

Suasana rumah saat itu terasa begitu nyaman, tidak seperti biasanya yang hanya ada pertengkaran ataupun barang yang jatuh ke lantai karena suatu hal.

Tapi sayangnya tidak semuanya merasa bahagia saat ini. Bagaimanapun seseorang yang sekarang sedang berjalan di lorong Rumah Sakit sambil menggandeng seorang gadis adalah sosok yang selalu jauh dari kebahagiaan.

"Aku udah lama enggak ke Rumah Sakit ini sama kamu Vin," ucap gadis bernama Noya itu sambil memandang sekeliling Rumah Sakit.

Aroma obat di sana menusuk hidung Noya dengan segera.

"Berapa lama ya? Mungkin dua tahun, rasaya kaya dua abad."

Noya tertawa kecil seraya melayangkan cubitannya ke pinggang Avin.

"Eh kebiasaan lo kok gak ilang sih, malah makin ganas, sakit nih!" protes Avin.

"Kamu berlebihan, kalau bener-bener dua abad kita gak mungkin masih di dunia."

Gadis itu tertawa, bukan karen percakapan mereka yang sebenarnya pantas di tertawakan, tapi suasana berjalan dengan orang yang paling ia rindukan adalah hal terindah bagi Noya.

The Twins (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang