Diruangan kantor milik dimas yang memiliki disain klasik dengan sentuhan warna putih gading membuat siapa pun yang memasukinya akan terkagum kagum dengan kenyamanan ruangan miliknya. Dimas melirik sebuah amplop yang diberikan kaira tiga hari yang lalu, amplop yang berisi tiket honeymoon untuk mereka berdua. Sejak kejadian lara yang tengah menangis didepannya ada perasaan yang benar benar bersalah pada diri dimas. Kenapa dengan cerobohnya dia meminta lara untuk menjadi istrinya hanya karena kaira terus mendesaknya. Lara wanita yang baik walaupun lara tidak termasuk ke dalam kriteria dimas setidaknya lara dapat menjadi istri yang menyenangkan bagi dimas.
"tok..tok.." ketukan pintu membuat dimas terhenyak membuyarkan lamunannya. Kemudian rafael muncul dari balik pintu.
"boleh aku masuk.." sahut rafael sambil duduk di sofa panjang di ruangan dimas.
"akhh kebetulan kamu datang aku ingin meminta saran darimu.." seru dimas yang langsung menghampiri rafael.
Alis rafael mngernyit heran.
"ada apa, apakah ini mengenai lara? Tanya rafael dengan santai.
"sepertinya kamu bisa membaca pikiranku.."sahut dimas sambil terkekeh. Dimas menuangkan sebotol wine untuk mereka berdua. Lalu dimas memberikan tiket honeymoonnya kepada rafael untuk dilihat.
"tiket..? ucap rafael bingung.
"itu yang berikan mom, tiket honeymoon kita..! jelas dimas sambil menghela napas panjang.
"lalu? Tanya rafael lagi, tatapannya penuh selidik.
"aku belum ada waktu untuk mengajaknya, menurutmu bagaimana..?
"oh c'mon jangan teralu memikirkan pekerjaan terus, sekarang kau pria beristri dim.. dirumah ada seseorang yang tengah menunggumu untuk pulang.."
sahut rafael seolah menyadarkan dan mengingatkan dimas kalau dia sudah memiliki istri yang akan selalu menungu perhatian darinya.
" tapi pekerjaanku banyak sekali rafael.." keluh dimas sambil meneguk sedikit wine dalam gelas yang berukuran kecil.
"bukankah ada beni, menurutku dia bisa diandalkan.."
"yup.. tapi.." ucapan dimas menggantung dia berusaha berfikir akan berbagai kemungkinan. Dia memang bisa saja dengan mudah pergi namun perusahan akhir akhir ini sedang menurun untuk nilai pendapatannya.
"dimas... jangan sampai istrimu pergi dengan pria lain karena dia bosan.." sahut rafael sampai tertawa dan wajah dimas setengah melotot kepada rafael dan kemudian dia tertawa.
"baiklah nanti akan kupikirkan lagi"
Setelah beberapa lama mereka berbicara rafael pamit untuk pergi karena ada kepentingan lain. Sepeninggalan rafael dimas sangat memikirkan pendapat rafael kepadanya.
****
malam hampir larut ketika dimas tiba dirumahnya. Jam hampir menunjukkan tengah malam. Dimas melihat lara yang sudah tertidur di atas kasurnya, Dengan perlahan dia mendekati lara yang sedang terlelap. Dimas mengelus pipi lara lembut dan dia menggeliat di atas kasur menyadari keberadaan dimas.
"kamu sudah pulang dim..? tanya lara dengan gumaman, dirinya berusaha beranjak dari tidurnya.
"iya aku baru pulang.." ucap dimas sambil mencium puncak kepala lara.
"mau kubuatkan teh atau susu hangat.." sahut lara lagi.
"tidak perlu.. kau tidur saja, sebentar lagi aku juga akan tidur.."
dimas melepas baju kerjanya dan kemudian berbaring di sebelah lara. Tatapannya masih menatap wajah wanita disebelahnya yang sudah kembali terlelap. Dengan hati hati dimas memeluk pinggang lara merengkuhnya dalam pelukan dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
marriage without love
Romancepernikahan yang di jalani lara tanpa saling mencintai..membuatnya tidak yakin. dimas yang arogan dan tampan atau rafael dengan hati bak malaikat