choose to be happy

1.5K 29 1
                                    

hai reeders baru banget update, baru nemu jalan ceritanya lagi, kali ini sosok rafael ditekankan.. gue gak tau neh jalan cerita di chapter ini berkesan atau nggak, yang pasti disimak aja ya makasih yang sudah membaca novel aku dan yang sudah vote juga..harap sabar menunggu kelanjutannya yaa,selamat membaca reeders..

pikiran lara terbayang ketika tahun tahun yang lalu, pada saat keluarganya masih lengkap, ibunya pernah berkata ketika ayahnya terkadang melukai hati ibunya, wanita itu berusaha sabar dan tegar, sorot matanya lembut dengan kasih sayang yang tidak pernah tergantikan. ibu bilang :

"lara, kita tidak akan pernah bisa mengubah masa lalu dan melukis masa depan sesuai keinginan kita, jadi mengapa kita harus membunuh diri sendiri dengan bersedih atas sesuatu yang tidak mungkin kita ubah"

mengingat perkataan ibunya membuat hati lara bangkit, dia tidak ingin terus meratapi nasibnya, jalan ini yang dia pilih, menikah dengan dimas adalah pilihannya, jadi mau tidak mau suka tidak suka dia harus tetap bisa membiasakan dirinya. agar hidupnya lebih bahagia. dia bertekad untuk dapat mencapai kebahagiaanya. entah apa caranya nanti setidaknya dia harus kuat dan sabar.

diseka bulir air mata karena kerinduan dengan keluarganya yang telah lama pergi meninggalkannya. tubuhnya beranjak dari duduk yang membawanya dalam lamunan. lara membasahi tubuhnya dengan pancuran air shower, masih berada di cottage dan malam ini adalah malam terakhir dia menginap. kali ini dia harus lebih ceria, tegar dalam menghadapi berbagai maslah yang pasti bakalan menghampirinya.

"lara sudah selesei kamu mandinya..? sahut dimas dari luar kamar mandi.

"iya tunggu sebentar.."

"kita sudah ditunggu makan malam dengan rafael dan tiara.." sahutnya lagi.

"baiklah.."

lara keluar dari kamar mandi dengan baju santai yang melekat sempurna ditubuhnya, rambut hitamnya dibiarkan tergerai  bergelombang di bahunya.

"yuk kita temuin rafael.." sahut lara mengajak dimas dengan seulas senyum.

"seperti ada yang beda dengan dirimu..?sahut dimas sambil mengernyitkan alisnya. secara yang bersamaan membuat lara memandangi dirinya sendiri. tidak ada yang beda pikirnya.

"aku kenapa? kata lara yang terus memasang senyum diwajahnya.

"apa ini karena rafael..? ucapnya dengan nada mengintimidasi. alisnya semakin bertautan dengan perasaan yang tidak menentu. entah kenapa dia tiba tiba melontarka pertanyaan itu pada lara.

" rafael? kenapa dengannya..kamu ini aneh, ayo kita ke ruang makan..! seru lara sambil menarik tangan dimas dalam genggamannya. dimas hanya menuruti perkataan lara, tetapi pikirannya terus berasumsi dengan sikap lara yang tampak santai dan tenang.

di meja makan sudah ada tiara dan rafael yang sedang menunggu, hari ini kita memesan menu makanan di restoran dekat cottage.

"hai tiara ..raf sudah lama nunggu..? tanya lara dengan mata yang berbinar binar. ya mulai hari ini dia menghilangkan rasa sedih yang terus menyelimutinya. dan dia menerima kenyataan yang ada didepan matanya dengan senang hati.

"lumayan mari kita sudah kelaparan.." ungkap rafael sambil menyantap hidangan di meja makan.

berkali kali dimas memperhatikan lara, sikapnya yang berbeda dengan biasanya. tertawanya renyah, ucapannya terasa lembut menenangkan. kini lara sedang asik mengobrol dengan tiara dan rafael sambil sesekali mengajak dimas berbicara.

malam semakin larut, kami berempat hanyut dengan obrolan yang tidak jelas akan arah obrolannya. berbotol botol wine dengan merk mahal menemani kami. lara melirik dimas yang sudah sempoyongan menenggak wine didalam gelas yang ukurannya kecil.

" gimana malam pertama lu dim sama lara? tanya rafael yang hampir hilang kesadaran. matanya tidak lagi terbuka lebar.

"hah.. malam pertama...huh jangankan malam pertama nyentuh dia aja belom.." sahut dimas jujur keadaanya sudah sangat payah. jadi apa yang dia ucapkan sama sekali tidak disadarinya.

"what...?lara masih virgin.. !! stupid boy..! ejek rafael yang dibarengi tawa oleh tiara. tawa mereka mengahalau ruangn di ruang makan cottage.

"hahaha.. whatever..!! balas dimas sekenanya.

" lara, dimas ternyata kurang jantan yaa..?" bisik tiara yang terdengar ke telinga rafael dan dimas. lara hanya tertawa menanggapi ucapan tiara.
" kurasa dia kelewat malu..." timpal lara yg membuat tiara terkekeh.
" jangan sampai aku mengambil alih lara, dim...!! Canda rafael yang langsung di pelototin dimas.
" kau pikir lara mau sama kamu..?

Ucapan dimas dibarengi tawa yang membuat lara meringis bingung
Percakapan mereka makin lama tidak karuan. Dimas sudah lemas di meja makan dan kemudian Lara dan rafael membopong dimas ke kamarnya untuk segera istirahat. Rafael masih terlihat sadar setelah membantu lara. Dia menggendong tiara dalam pelukannya memindahkan gadis mungil itu ke kamarnya.

Sejenak lara masih membereskan piring dan gelas yang lumayan berantakan di meja makan. Rafael sekarang sudah berdiri menatapnya.
" kamu belum tidur?
Tanya rafael tiba tiba.

" kamu sendiri..?Balas lara kepada rafael. Rafael hanya mengedikkan bahunya saja. matanya masih menatap lara dengan tatapan tidak terbaca.

"Belum bisa"  keluh rafael.Lara hanya terdiam sambil menyibukkan dirinya. Tiba tiba tangan rafael menariknya mengajak lara duduk di pinggir pantai kembali. Menatap laut dengan semilir angin. Lara hanya mengikti rafael tidak berontak sedikit pun.

" laut itu menenangkan aku.." ucap rafael memecahkan keheningan.
" kau suka laut? Aku juga..! Sahut lara sambil tersenyum tipis.

Sepersekian detik sesuatu yang hangat menyentuh bibirnya. Rafael mengecup bibir lara melumatnya tanpa meminta ijin kepada pemiliknya. Lara terlonjak termangu entah apa yang harus dia perbuat. rasanya tenaga yang dia miliki melemah saat itu juga. lara ingin sekali mendorong tubuh rafael untuk menjauh darinya.

"lepaskan aku raf .. tolong jangan begini.." ucap lara yang berusaha melepaskan diri dari rafael, tetapi rafael malah mendekapnya lebih erat.

" kumohon lepaskan aku..! ucap lara lagi yang membuat rafael melepaskan dekapannya. napasnya terengah engah, pikirannya kacau. dia mengelus puncak kepala lara dengan lembut.

"maafkan aku lara.." sahut rafael dengan berbisik. kali ini lara hampir menangis, rafael juga heran apa yang telah dilakukannya terhadap lara. mungkin ini karena pengaruh alkohol tadi tetapi sejujurnya memang dia sudah lama mendambakan wanita didepannya.

seketika itu sebuah hantaman yang keras menimpa wajah rafael hingga dia terbanting. dimas disana dia berdiri, matanya nyalang tangannya terkepal kuat. emosinya seakan meledak tidak tertahan. dimas melayangkan pukulan bertubi tubi kepada rafael yang tidak berdaya dan rafael sama sekali tidak melakukan perlawanan kepada dimas.

"BERENGSEK kau raf.. bisa bisanya kau menyentuh istriku.."

bentak dimas dengan kesal. matanya masih penuh dengan amarah. baginya seakan sudah tak ada kata maaf lagi.

"sudah dim, nanti bisa mati dia.." sahut lara dengan buliran air mata, entah sejak kapan air mata itu sudah mengalir deras di pipinya.

"diam kau.. dia memang pantas mati.." teriak dimas sambil menghantamkan satu pukulan lagi kearah rafael hingga rafael tersungkur lemah.

kemudian dimas menyeret lara dari tempat itu, dia menarik tangan lara dengan kuat tanpa ingin melepaskannya. sekilas lara melihat tiara yang tengah berlari menghampiri rafael yang tergeletak tidak berdaya, tatapan gadis itu heran matanya seakan bertanya kepada lara.

" bereskan barangmu, kita balik malam ini juga.." sahutnya masih dengan marah.

perjalanan menuju pulang terasa sangat lama, apalagi dimas dari tadi hanya terdiam tanpa mengucapkan kata sedikitpun, tatapannya datar tidak terbaca. lara juga tidak ingin membuatnya semakin marah jadi dia memilh diam.

lara memperhatikan arah jalan yang dituju dimas, ini bukan jalan pulang kerumah dimas, yang ditinggali kaira. namun tetap lara tidak bertanya kepada dimas kemana dia akan dibawa pergi.

marriage without loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang