H.O.P.E (Hold on, pain ends)

1.6K 29 1
                                    

Sepercik air membasuh wajahnya lara, kini dia membiarkan air terus mengalir ke pipinya. Hampir satu jam dia menangis di kamar, dia juga bingung mengapa harus menangis saat dimas meninggalkannya. Tubuhnya merasa bosan ketika berada dikamar cottage. Dimas juga tidak kembali sejak kejadian tadi. Perlahan lara keluar dari kamarnya, melongok ke arah teras didepan cottage yang dia tempati.

“lara kesini..” seru tiara dengan wajah sumringah dia melambaikan tangannya kepada lara, mengajak lara untuk segera bergabung. Disana sudah ada rafael dan juga dimas mereka sedang sibuk memanggang daging barbeque. Dimas hanya melihat sekilas kepada lara dan tersenyum tipis.

“apa yang bisa aku bantu..” tanya lara basa basi kepada rafael dan tiara yang sibuk mengipas.

“kamu potong potong sayuran saja..” sahut tiara santai.

Bagi lara tiara cukup baik dan ramah terhadapnya begitu juga rafael yang selalu tampil ramah dan lembut.

“apa kamu baik baik saja? Tanya rafael tiba tiba dengan nada berbisik. Lara menatap rafael sebentar lalu tersenyum.

“aku baik rafael..”

“kalau ada yang mau kau ceritakan bisa padaku..” ucap rafael sambil mengerlingkan matanya ke lara. Percakapan mereka tidak terdengar oleh tiara dan dimas. Dimas tampak datar datar saja seperti tidak ada yang terjadi.

“ sudah matang..” seru tiara dia menghidangkan makanannya dia atas meja, rafael duduk disebelah tiara, sesekali lara menatap mereka, rafael terlihat sangat memanjakan tiara bersikap lembut sesuai karakternya, tetapi laki laki yang sudah berstatus suami dia hanya acuh, dengan santai dimas menyantap makanannya tanpa melihat ke arah lara yang berada disampingnya.

Kadang lara tidak dapat membaca pikirannya dimas, bisa sangat baik atau bisa sangat acuh dan tidak peduli. Memang baru beberapa hari saja dia menyandang status istri dimas. Tapi lara rasanya ingin menyerah seperti sekian abad.

Setelah makan malam, lara memutuskan untuk berada di dalam cottage saja. Rafael sudah sejak tadi masuk kedalam kamar yang sama bersama tiara. Entah apa yang sedang dilakukannya saat ini, mungkin mereka sedang bersenang senang. Dimas akhirnya masuk ke dalam kamar. Lara tengah duduk di sofa sambil menyalakan televisi.

“belum tidur..” tanya dimas kepada lara.

“belum..” jawab lara tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi. Dimas duduk dihadapan lara sambil mengusap rambut lara lembut, tatapanya teduh ketika menatap bola mata istrinya itu.

" maafkan aku" ucapnya dengan frustasi. Lara berusaha menahan gejolak dihatinya.

" kenapa selalu minta maaf" tanya lara parau.

" aku mengecewakanmu.. Seharusnya ini hari yang membahagiakan.." sahut dimas yang terus menatap lara.

" mengapa tidak kamu ambil apa yang sudah hak kamu dim..?

" saat ini belum bisa..sebaiknya kita tidur.." jawaban dimas sama sekali tidak membuat lara puas. Dimas langsung berbaring tidur disebelah lara. Matanya mulai terpejam mengacuhkan lara yang terus terdiam dengan tidak tenang. Perlahan napas dimas mulai teratur dan dia sudah terlelap.

Menit ke menit jam ke jam, mata lara tidak juga terpejam yang ada hanya deruan perutnya yang lapar. Perlahan dia bangkit menuju pintu kamar cottage, mencari sesuatu yang bisa dimakan saat ini. Lara berjinjit pelan, dia tidak ingin dimas terbangun.

Langkah kakinya menuju pantry dicottage, wajahnya berbinar ketika menemukan 1 tabung ice cream ukuran sedang dan bahan dasar pembuat spaghetty.

" sedang apa kamu disini" suara seseorang membuat lara terlonjak hampir berteriak. Dia menelengkan wajahnya.

marriage without loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang