1.3

88 16 0
                                    


























"Bin, gue salah apa sih sampe ada orang yang mau jahatin gue kayak gini?"

Woobin yang tengah memanaskan vespa matic-nya menoleh pada Yiren yang terlihat murung pagi ini.

"Kenapa?"

Gadis itu menghela nafas. Tanpa menjawab, dia menggeleng.

"Lo belum cerita soal kemarin. Kenapa lo tiba-tiba pulang duluan? Chat gue gak lo bales padahal lo baca. Telfon gue juga gak lo angkat"

"Gue pusing bin. Kemaren rasanya males ngapa-ngapain. Bahkan sekedar cek hp. Maapin" gadis itu menekuk wajahnya. Jelas sekali kalau pagi inipun mood gadis itu sedang buruk.

Woobin menghela nafas kemudian mengelus pipi tirus Yiren dengan ibu jarinya, "gapapa lo gamau cerita sekarang. Gue tunggu sampe mood lo bagus"

Yiren mengangguk.

"Ayo naik"

Kemudian si gadis naik ke boncengan motor Woobin sebelum pemuda itu melajukan motornya menuju sekolah.














🖇



















Hari ini sama sialnya seperti kemarin.

Lebih sial malah.

Ntahlah, mungkin apa yang Yiren alami hari ini ulah si 'pengirim surat' seperti kemarin.

Pasalnya, sudah tiga kali gadis itu mengalami kesialan hari ini.

Mulai dari tertimpa bola basket—yang jelas-jelas Yiren sedang berjalan sendirian dikoridor. Tak mungkin ada yang bermain basket di koridor.

Dilanjut dengan dirinya yang terkunci di toilet. Untung saja saat itu seorang kakak kelas bernama Sihyeon dengan berbaik hati mau menolong Yiren. Kalau tidak mungkin saat ini Yiren masih terjebak di sana.

Terakhir, saat dirinya makan dengan Aisha dan Heejin di kantin. Tiba-tiba saja ada yang melempar mangkuk baksonya dengan bola kasti. Akibatnya mangkuk bakso yang Yiren pesan pecah, bersamaan dengan baskonya yang tumpah.






























"Nih es krim. Udah ah jangan murung terus"

Woobin datang dengan dua Es krim cone ditangannya. Salah satu di tempelkan pada pipi Yiren. Membuat sensasi dingin langsung terasa oleh gadis itu.

"Lo tau bin, kemarin gak kalah sial sama hari ini"

Woobin menoleh, kemudian mengerutkan dahi.

Woobin tau masalah gadis itu hari ini, karna Yiren sendiri yang cerita semuanya.

"Kemarin kenapa?" tanya pemuda Seo.

"Gue nyaris ketimpa pot tembikar"

—sukses membuat Woobin terbelakak kaget.

"Serius?"

"ngapain gue boong?"

"Siapa yang—jangan bilang si pengirim surat?" tebak Woobin. Tapi nyatanya tebakannya benar, Yiren mengangguk lesu.

"Gue gatau gimana kalo Felix gak nyelametin gue waktu itu"

Woobin menyerit, "Felix?"

"Iya. Dia nyelametin gue. Kalo nggak mungkin gue udah—"

Ucapan Yiren terpotong karna tiba-tiba Woobin menjejelkan eskrim coklat kedalam mulutnya.

"Jangan ngomong macem-macem. Syukur Felix nyelametin lo kan?"

Yiren menatap Woobin tajam, kemudian lanjut memakan es krimnya.

Annonymous | Seo Woobin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang