1.4

88 16 2
                                    


























—aAAAAAAAAAAAAAAKK









Yiren menjerit kuat sampai tubuh gadis itu terjungkal dari bangkunya. Telak mendapat perhatian seisi kelas.

Aisha refleks menghampiri Yiren yang kini memeluk lututnya di pojokan kelas. Gadis itu tampak ketakutan dan tubuhnya bergetar hebat.

"Yi, lo kenapa?!"

"Yiren!" teriak Woobin, kemudian pemuda itu berlutut didepan si gadis yang terlihat ketakutan setengah mati.

"Lo kenapa? Hm? Ada apa?" tanya Woobin. Raut pemuda itu menunjukan kalau dia tengah khawatir sekarang.

Woobin menangkup wajah Yiren, memaksanya mendongkak dan menatapnya. Kemudian pemuda itu mengelus wajah Yiren yang sudah basah oleh air mata dengan ibu jarinya.

Seluruh menghuni kelas berkerumun disekitar tiga orang itu sambil berbisik-bisik penasaran.

"Hei, lihat gue. Jangan nangis. Lo kenapa, hm?"

Yiren masih menangis. Bahkan isakannya lebih keras.



"Sha, Yiren kenapa?" tanya Woobin ke Aisha. Yang ditanya menggeleng dengan raut wajah sama khawatirnya.

"Gue gatau. Pas Yiren buka tasnya dia langsung ngejerit"

Woobin mengangguk mengerti. Kemudian pemuda itu menatap salah satu temannya yang ikut berkerumun.

"Seong, tolong cek isi tas Yiren"

Pemuda yang dipanggil Yunseong itu mengangguk dan membelah kerumunan untuk mengecek isi tas Yiren.

"Udah, jangan nangis. Apapun yang lo liat, lupain" ujar Woobin. "Jangan nangis lagi"

Woobin menarik tubuh Yiren kedalam pelukan. Mengusap surai panjang itu, berharap Yiren bisa lebih tenang.

"Gak ada apa-apa. Lo gak liat apa-apa. Lupain" ujar Woobin lirih.







Tanpa di perintah, teman-teman sekelasnya yang tadi berkerumun mulai kembali ke tempatnya masing-masing walau dengan seribu pertanyaan di benak mereka.

Untung saja kelas sedang kosong. Jadi mereka tak perlu risau masalah ini terdengar oleh guru. Namun tak menutup kemungkinan juga kelas lain ada yang tau kemudian berita kejadian ini menyebar.





Disaat itu Yunseong kembali setelah mengecek isi tas Yiren.

Pemuda Hwang itu membungkuk kemudian membisikkan sesuatu pada Woobin;


























































"Bin. Ada bangkai tikus, tanpa kepala"
















🖇


















Seakan belum puas membuat Yiren menderita, si 'pengirim surat' malah berbuat hal di luar perkiraan mereka.

Yiren bahkan tak tau apa salahnya sampai ada orang yang berniat jahat padanya.

Ntahlah, atau memang orang itu punya dendam tersendiri pada Yiren sampai membuatnya begitu sengsara hari ini?











"Beneran gamau pulang?"

Yiren menghela nafasnya kemudian menggeleng kaku.

Tangisnya memang sudah berhenti, tapi gadis itu masih merasa Syok. Ia takut dengan darah, dan baru saja gadis itu melihat hewan yang paling dia benci mati berlumuran darah—didalam tasnya.

"Di rumah sendirian. Gue takut ..."

"Di uks? Gue anter ke uks"

Yiren kembali menggeleng, "gue disini aja"

"beneran?"

Yiren mengangguk.

"Yaudah. Lagian isi tas lo udah aman. Udah gue buang sekalian sama buku-buku lo yang kena noda darah"

"Makasih, bin"

Woobin tersenyum, kemudian mengusap kepala Yiren. "Gue balik ke bangku gue ya. Panggil gue aja kalo ada apa-apa"

Lagi-lagi Yiren hanya mengangguk.





Selepas kepergian Woobin, Notif ponsel Yiren berbunyi. Dan lagi-lagi pesan dari nomor tanpa nama.


















































Unknown

| thanks, Yiren
| berkat ketakutan lo gue bahagia
| tunggu ya, nanti ada lagi

Annonymous | Seo Woobin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang