1.7

79 15 0
                                    




















Sudah beberapa hari sejak mamanya mengirim pesan kalau beliau akan pulang besok—waktu itu.

Namun pada akhirnya janji hanyalah sebatas untaian kata yang dengan mudah orang tuanya kirimkan lewat pesan teks.

Kadang Yiren merasa sedikit kecewa, karna dari banyaknya janji yang selalu mereka ucapkan, hanya sedikit yang benar-benar ditepati.

Yiren hanya ingin kedua orang tuanya pulang—walau hanya sebentar. Saat ini dirinya benar-benar takut ditinggal sendirian, apalagi dengan kejadian-kejadian janggal yang akhir-akhir ini dia alami.
















Biasanya selalu tak seperti ini. Yiren tak pernah mempermasalahkan orang tuanya pergi untuk waktu yang lama—bahkan terkadang gadis itu merasa senang kalau ditinggal sendirian dirumah.










Namun kali ini situasinya berbeda. Gadis itu sedang merasa tak baik-baik saja.
























Unknown

| mau bermain apa hr ini?











Gadis Wang menghela nafas. Membanting ponselnya asal keatas kasur—tanpa membalas pesan tak jelas yang selalu orang itu kirimkan— kemudian merebahkan tubuhnya.

Sebenarnya akhir-akhir ini dia benci sendirian dirumah. Apalagi sekarang Woobin tak ada dirumahnya.

Gadis itu merasa sungkan untuk menelfon Woobin. Karna fikirnya nanti dia menganggu waktu Woobin bersama keluarganya.










Notif ponsel gadis itu berbunyi lagi.









Unknown

| lo lupa kejadian Woobin wkt itu?
| gue blng jngn abaikan gue!
| lo mau bkn gue mrh?






Lagi-lagi Yiren hanya membaca tanpa membalas.

Lagipula apa untungnya meladeni orang yang sudah bikin hidup kita susah?

Yiren pikir tak ada.

























Gadis itu mulai memejamkan matanya. Perlahan, kesadarannya mulai menipis karna dia benar-benar mengantuk—sebelum suara pecahan keras menarik kembali kesadarannya.

Yiren refleks terduduk dengan kesadaran penuh.

Gadis itu terbelalak melihat batu berukuran lumayan besar berbalut kertas yang diikat oleh karet baru saja menembus kaca jendelanya. Juga serpihan kaca yang kini memenuhi lantai kamar gadis Wang.




"Apa-apaan?!" seru gadis itu. Kemudian tungkainya berjalan hati-hati menuju jendela—takut-takut serpihan kaca itu mengenai telapak kakinya.

"Siapa disana?!" teriak Yiren, menatap keluar jendela yang menyuguhkan taman kecil milik keluarganya.


























Tidak ada siapa-siapa disana.



Yiren meneguk ludah kemudian meraih batu berukuran dua kepalan tangan dan membuka kertas yang dia yakini sebagai surat misterius.
























—I'm bored. Let's play a game, Wang Yiren—







Gadis itu terbelalak, menutup mulut dengan telapak tangan.

Bukan terkejut dengan apa yang baru saja dia baca. Namun terkejut saat menyadari tulisan pada kertas itu menggunakan darah kental yang masih menguarkan bau amis.

Tubuh Yiren terasa kaku, perutnya mual dan kedua tungkainya terasa lemas.

Gadis itu membiarkan kertasnya jatuh, bersamaan dengan dirinya yang terduduk kemudian ...
























Menangis.

Annonymous | Seo Woobin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang