1.5

101 20 5
                                    


















Sepulang sekolah, Woobin mengajak Yiren untuk menginap dirumahnya lagi.

Jujur saja pemuda itu masih merasa khawatir. Dia tak bisa membiarkan Yiren sendirian di rumah sedangkan gadis itu masih saja merasa ketakutan.






"Lo udah gapapa?" tanya Woobin.

Yiren yang tengah menonton tv di ruang keluarga Woobin menoleh, kemudian mengangguk. "Gapapa"

"Mama manggil, suruh makan malem dulu"

"Gue makan nanti aja, Bin. Sekarang nggak laper" balas Yiren.

"Mama udah masak banyak, enakan makan rame-rame. Ayo"






Yiren akhirnya mengangguk. Dia bangkit kemudian mengekor Woobin menuju tempat makan.

Ya, harusnya Yiren tahu diri. Tak seharusnya dia menolak kebaikan Woobin dan keluarganya.




























Setelah makan malam selesai, Woobin mengajak Yiren untuk menonton film di ruang tamu. Mumpung besok hari sabtu, bergadang malam inipun tak masalah.

"Nonton apa?"

"Lo mau nonton apa?" tanya Woobin.

Yiren tampak berfikir, kemudian;

"Terserah" katanya.

Woobin terkekeh lalu mengambil laptop diatas meja dan mulai searching film yang akan mereka tonton.

"Gapapa kalo film horror/thriller?" tanya Woobin, Yiren mengangguk.


Akhirnya mereka menonton salah satu Film Horror/thriller barat.

Sepanjang Film keduanya hanya diam, tak ada yang berkomentar pada jalan cerita, suara, atau pengambilan gambar film tersebut. Padahal biasanya mereka senang sekali berkomentar tentang sesuatu. Namun kali ini tampak hening. Mereka seakan terbawa suasana.

Sampai suatu adegan dimana seorang pria membawa pulang mayat perempuan untuk di awetkan, Yiren tak tahan untuk tidak berkomentar.

"Kok mayatnya di awetkan? Di pakein gaun pengantin segala" komentar gadis itu.

"Dia ceritanya punya penyakit Necrophilia. Sukanya sama mayat daripada orang hidup" jelas Woobin. Yiren bergidik ngeri.

"Serem banget dong. Kok ada sih orang yang punya penyakit aneh kayak gitu?"

Woobin lagi-lagi terkekeh melihat tingkah Yiren, "ada, lah. Itu namanya penyakit Psikis. Pasti ada di dunia ini yang punya penyakit itu, walaupun jumlahnya sedikit"

Yiren mengangguk, "pernah denger sih. Tapi gue baru liat ternyata proses pengawetannya begitu. Serem ih"

"Nanti juga lo liat" singkat Woobin.

Kemudian keduanya kembali hanyut dalam alur cerita sampai akhirnya layar laptop menunjukan kata;



The End.
























"Lo suka film begituan ya bin?" tanya Yiren ambigu. Woobin mengerutkan dahi.

"Begituan gimana?"

"Film kayak gitu. Serem sih menurut gue. Aneh pula"

Woobin tertawa, "gatau kenapa bisa suka. Gue suka aja liat adegan bunuh-bunuhan gitu. Seru"

"Dasar psikopat" sergah Yiren membuat Woobin tertawa.

"Emang semua orang yang nonton thriller gini itu psikopat?"

"Nggak sih. Tapi mending nonton drama daripada film begitu"

"Balik lagi aja sama selera masing-masing" kata Woobin. Kemudian pemuda itu beranjak dari sofa.




Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Sudah larut dan sebaiknya Woobin menyuruh Yiren untuk pergi tidur.

"Tidur gih. Udah malem banget"

"Hm, iya" sahut Yiren kemudian dengan malas gadis itu berjalan menuju kamar tamu yang selalu dia pakai jika menginap dirumah Woobin.

"Jangan lupa baca do'a. Mimpiin gue ya" canda Woobin membuat Yiren mendelik sebelum menutup pintu kamar.





"Selamat malam, Wang Yiren"

Annonymous | Seo Woobin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang