0.8

110 23 4
                                    





Yiren tersentak kaget saat tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal seseorang.

Saat gadis itu menoleh, dia mendapati Felix menatapnya dengan raut wajah terlampau serius.

"Kita perlu bicara" ujar Felix. Jujur saja suara berat dan rendahnya membuat tengkuk Yiren merinding.

"Apa? Bicara apa?"

"Soal kemarin ... Lo salah faham"

Yiren berdecak, "salah faham lo bilang? Mungkin kalau gue taunya dari orang lain, gue bisa percaya kalau itu cuma salah faham. Tapi gue liat sama mata kepala gue sendiri. Lo berdiri depan loker gue, terus masukin selembar surat. Salah faham dari mananya?"

Pemuda Lee menghela nafas, "iya. Gue ngaku kalau kemarin gue masukin selembar surat kedalam loker lo, tapi itu pertama kali gue kasih lo surat, Yi. Sebelum-sebelumnya gak pernah" jelas Felix.

Kedua manik Yiren memicing. Menatap tajam pemuda yang lebih tinggi darinya itu.

"Kok lo tau gue sering dapet surat?"

Felix kikuk, "ya ... Gue tau"

"Jelas lo tau. Orang yang selama ini ngasih gue surat itu elo" sergah Si gadis, membuat Felix menghela nafasnya lagi.

"Gu—"

"Udahlah, gue males ngomong sama lo. Jangan deket-deket gue" ujar Yiren ketus. Kemudian gadis itu melenggang pergi meninggalkan Felix yang berdebat dengan pemikirannya sendiri.









🖇











Yiren menghela nafas dalam-dalam.

Hari ini seharusnya dia ikut pelajaran olahraga dan tes untuk pengambilan nilai. Tapi tiba-tiba kepalanya terasa berat dan pusing. Mau tak mau gadis itu memilih beristirahat di UKS.

Percakapan singkatnya dengan Felix tadi pagi sungguh menguras banyak emosinya.

Kalau saja tak terjadi apa-apa pada Woobin, mungkin Yiren tak akan semarah ini. Dia bisa selesaikan masalah ini dengan kepala dingin—itupun kalau benar Felix yang melakukan semuanya.

Tapi berhubung sekarang Felix menjadi tersangka utama, gadis itu jadi merasa marah padanya.

Orang itu bukan hanya mengganggunya dan membuatnya risih setiap hari. Tapi juga sampai nekat mencelakai Woobin.

Tentu saja Yiren marah.




















"Yiren, udah enakan?"

Yiren menoleh, mendapati Heejin —temannya yang kebetulan saat ini ditugaskan menjaga UKS— tengah meracik obat untuknya.

"Lumayan. Gak separah tadi" balas Yiren, Heejin tersenyum.

"Bagus deh. Abis ini minum obatnya ya"

Yiren hanya mengangguk.


"Btw kok lo bisa sakit gini?" tanya Heejin.

"Ya bisa lah, namanya juga manusia"

Heejin tertawa, "bukan gitu. Maksudnya kok tiba-tiba sakit? Tadi pagi kayaknya fine-fine aja"

"Gatau. Kayaknya karna belom makan apa-apa dari pagi deh"

Heejin mendengus, "kebiasaan lo tuh. Walaupun dirumah sendirian, sempetin sarapan, Yi. Lo gini jadi keliatan gak keurus tau gak?"

"Enak aja!" sergah Yiren.

Heejin menggelengkan kepala tak habis fikir. Kemudian bangkit dari duduknya untuk mengambilkan Yiren sebungkus roti yang disediakan di UKS.














Setelah makan roti dan minum obat, Yiren memilih rebahan sambil bermain ponsel.

Ketika itu, satu notif muncul di bar notifikasi ponselnya.

































Unknown

|kasian Felix jd kambing hitam

|tp gpp deh, gue jd lebih leluasa ngelakuin
rencana selanjutnya

|see u Wang Yiren cantik

|jngn abaikan gue lagi ya

|atau kejadian yg sm kyk Woobin bakal
kejadian pula sama lo

Annonymous | Seo Woobin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang