2.0

160 17 5
                                    































Tau apa yang membuat Yiren sangat senang semalam?

Karna orang tuanya akan pulang hari ini. Semalam mamanya berjanji akan pulang, katanya pekerjaan disana sudah selesai dan mereka sangat rindu putri semata wayang mereka.

Dan tau apa yang membuat rasa senang Yiren lenyap dalam sekejap, bergantikan dengan kesedihan yang mendalam?






Polisi baru saja menelfonnya dan memberitahu kalau kedua orang tuanya mengalami kecelakaan saat perjalanan pulang.

Bagai ditimpa ribuan ton besi, gadis Wang terduduk lesu dengan air mata yang mulai tumpah.








Sekarang apalagi, tuhan? Tak cukupkah derita yang Yiren terima selama ini?

Padahal Yiren sangat menantikan kepulangan kedua orang tuanya. Namun kenapa ini bisa sampai terjadi?













Didalam kamarnya, Yiren menangis meraung-raung sambil sesekali berteriak. Kedua kakinya menendang-nendang angin didepannya.

Dadanya sesak dan sakit sekali.


























"Yiren!"

Dengan wajah banjir air mata, gadis itu mendongkak, mendapati Woobin berdiri di ambang pintu kamarnya.

Ah, teriakkannya bahkan sampai terdengar pemuda itu saking kencangnya.

"Woobin! ..." lirih si gadis. Dengan sigap Woobin berlari mendekat kemudian membawa tubuh itu kedalam pelukan.

"Lo kenapa?" tanya Woobin.

"Mama sama papa, bin ..." lirih Yiren, masih dengan isakkan yang senantiasa mengiringi deru nafasnya.

"Kenapa? Mereka kenapa?"

"K-kecelakaan"

Woobin terbelalak. Tampak sekali kalau pemuda itu sangat terkejut. Pantas saja Yiren menangis begitu kencang sampai terdengar ke dalam rumahnya.

"Maksud lo, orang tua lo kecelakaan?"

Dalam dekapan Yiren mengangguk. "Mereka aturan udah sampe sekarang. Bin gue takut ..."

"Stt, udah gausah nangis. Jangan takut, gue disini. Sekarang orang tua lo mungkin lagi di tanganin dokter. Lo berdoa aja ya" ujar Woobin. Tangannya mengelus puncak surat si gadis.

"Anterin gue ke mereka bin, please ..." lirih Yiren. Woobin dengan cepat mengiyakan.

Pemuda itu mencengkram halus kedua bahu Yiren, memaksa gadis itu menatap kearahnya.

"Gue bakal antar. Tapi janji, lo gak nangis lagi. Jangan jadi gadis cengeng, lo harus kuat" ucap Woobin meyakinkan.

Yiren mengangguk ragu kemudian menghapus jejak air mata di wajahnya dengan punggung tangan.

Melihatnya Woobin tersenyum. Kemudian pemuda itu menarik pelan pergelangan tangan Yiren. Tak perduli kalau kini keduanya masih mengenakan piyama bekas semalam.










🖇














"Operasinya masih belum selesai" Buka Yiren.

Terhitung sudah sekitar empat jam berlalu setelah mereka melesat dari rumah menuju rumah sakit.

Syukurlah orang tua Yiren masih mempunyai besar kemungkinan untuk bertahan. Walau sampai saat ini operasi itu masih belum memunculkan tanda-tanda selesai.

"Gue takut banget Bin"

"Gue ngerti perasaan lo. Tapi lebih baik sekarang lo berdoa. Orang tua lo didalam sana lagi berjuang"

Yiren mengangguk. Kemudian gadis itu menunduk, merapat kedua telapak tangannya dan merapatkan doa dalam hati.

Sampai lewat setengah jam, tapi masih belum ada tanda-tanda dokter keluar.

Isak tangis Yiren mulai memelan, namun tak benar-benar berhenti. Hatinya gusar menunggu para dokter yang tengah menangani orang tuanya.

Woobin menghela nafas, kemudian mengelus surai gadis. Tak ayal, hatinya juga terasa sakit melihat Yiren sebegitu hancur. Yiren adalah sahabatnya, bahkan Woobin sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau ia akan melindungi Yiren, apapun yang terjadi.

Tapi, sepertinya Woobin tak bisa menepati janjinya sendiri. Ia tak mampu melindungi gadis itu.

Kemudian, suara pintu terbuka membuat keduanya tersentak. Mereka spontan berdiri menghampiri begitu salah satu dokter yang masih mengenakan perlengkapan operasi keluar ruangan.

"G-Gimana orang tua saya?" tanya Yiren penuh kecemasan.

Dokter itu tersenyum, "kami berhasil, kalian tak usah terlalu khawatir"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Annonymous | Seo Woobin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang