0.9

120 20 2
                                    













"Mau kemana Bin?"

Woobin yang tengah mengemasi barang-barangnya kedalam tas menoleh, mendapati Wang Yiren sedang berdiri di sampingnya.

"Kerumah Hyunjin. Eh lo pulang sendiri gapapa kan?" tanya Woobin, Yiren mengangguk.

"Gapapa, santai"

Woobin tersenyum, kemudian meraih jaket Denim yang menggantung di kursinya dan menyampirkan asal pada bahu kanannya.

"Tapi lo gak nginep kan di rumah Hyunjin?"

"Kayaknya nggak. Kenapa?"

"Soalnya gue malem ini mau nginep di rumah lo"

Woobin mengerutkan dahi. Tumben sekali seorang Wang Yiren punya inisiatif sendiri untuk menginap. Padahal biasanya meskipun dipaksa Yiren kekeuh tak mau.

"Tumben. Kenapa nih?" tanya Woobin.

"Parno gue dirumah sendirian"

"Ada apa lagi sekarang, Yi?"

Yiren menggeleng, "nanti aja gue cerita pas lo udah pulang. Sana pergi nanti temen-temen lo nungguin"

"Yaudah nanti ya. Beneran cerita lo!" sergah Woobin membuat si gadis berdecak.

"Iya iya. Lo jangan banyak tingkah. Tangan lo masih sakit"

Fyi, sampai saat ini lengan kiri Woobin belum juga sembuh. Walaupun keadaannya berangsur-angsur mulai membaik, tapi pemuda itu selalu mengeluh kesusahan berbuat sesuatu. Dia juga bilang sedikit risih dengan Arm sling yang setiap hari ia pakai.

Woobin mencebik, "gue tau" katanya. "Yaudah gue duluan. Lo juga langsung pulang, jangan kelayapan"

"Iya bawel. Sono pergi"




Woobin mengangguk. Tak lupa untuk mengusak puncak rambut Yiren sampai berantakan. Kemudian pemuda Seo itu tertawa gemas.













"Lix, ayo!"

Yiren refleks menoleh saat Woobin memanggil Felix.

Pemuda itu tampak menunggu Woobin di ambang pintu.

Kemudian pandangan gadis itu tak sengaja bertemu dengan manik dingin Felix. Pemuda itu tampak serius menatap Yiren, seperti biasa.

Ah, sekarang Yiren mulai sedikit tak nyaman berada di sekitaran pemuda itu. Walaupun dugaannya mungkin saja tak benar, tapi apa salahnya kalau Yiren bersikap waspada?

Kenyataan belum terungkap.

Dan bagaimana jika itu semua memang ulah Felix?







Yiren menggeleng ribut. Tak mau memikirkan lebih jauh. Untuk sekarang dia hanya perlu waspada dan berhati-hati.

Menyadari kelas sudah lumayan sepi, gadis Wang memilih untuk segera bergegas pulang.









🖇

















Unknown

|mau main sesuatu gak?

bnyk bct lo, Felix|

|kasar, hm
|btw gpp klo lo pnggl gue felix
|dngn snng hti gue terima

lo kan emang felix|
gaush macem2|
brnti gangguin gue, sialan|

|gbsa. gue udh kecanduan gangguin lo
|ah btw mlm ini lo gak dirumh ya?
|kesepian dong gue

mksud lo?|

|gue snng lo di rumh lo Yi
|gue jd gk kesepian

bkn urusan gue|

|btw lo msh inget kan tanggal yg selalu gue tulis di surat?
|setau gue Wang Yiren itu cewe pinter yg gampang apal sesuatu
|jd gue yakin lo ingt

g|

|0325. Klo lo lupa
|see ya, Wang Reni













Yiren membelalakan kedua bola matanya.

Wang Reni adalah nama panggilan masa kecilnya. Tak ada yang tahu selain orang tua, dan orang-orang terdekatnya.

Bagaimana dia bisa tau?








Gadis itu membaca ulang chatnya dengan si 'pengirim surat'. Kalau di lihat-lihat, berasa ada yang janggal.

Maksudnya, hubungannya Yiren tak dirumah dengan dia yang kesepian apa?

Yang ada juga dia yang kesepian karna selalu sendirian di rumah.









Atau ...



























Selama ini orang itu ada didalam rumahnya, jadi dia bilang kesepian kalau Yiren tak dirumah?

Yiren menggeleng ribut. Berusaha menyingkirkan spekulasi negatif yang singgah di kepalanya.

Mana mungkin orang itu sampai berani diam di rumahnya?

Lagipula setiap hari Yiren selalu memeriksa setiap sudut rumahnya, dan tidak ada hal-hal yang sekiranya mencurigakan.

Ck, Wang Yiren. Bagaimana bisa kamu berfikir hal yang mustahil seperti itu?


















































































Tapi bagaimana jika pemikiran negatifnya itu benar?

Annonymous | Seo Woobin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang