Chapter 15

69 9 5
                                    

Aku ingin mengelak. Namun jika sudah Dia yang bertindak, aku bisa apa.

Adam Kadhafi
****

   Gadis itu berhasil membuat otak Adam terus memikirkannya, sedang apa dia? Bagaimana kabarnya? Pertanyaan-pertanyaan itu sering terlintas dipikirannya.

   Adam beristigfar dalam hati, tak seharusnya ia memikirkan sesuatu yang tidak halal untuknya, ia takut Dia sang pemilik rasa, marah padanya.

   Ia teringat ucapan yang sering ia dengar dividio kajian para ustadz-ustadz, halalkan atau tinggalkan. Perkataan itu seakan menyadarkan Adam, akhirnya ia hanya bisa memilih untuk menitipkan gadis itu pada Sang Khalik jika memang berjodoh, dibelahan bumi manapun ia akan pergi, mereka akan tetap bertemu.

Ting!!

  Sebuah pesan singkat terkihat dilayar ponsel Adam

Lean :
Assalamualaikum, kak
InsyaAllah habis kuliah aku mau kunjungin umi Maryam, gkpapa kan?

Adam :
Waalaikumsalam
Umi pasti senang kamu datang

*author : seneng kan lu, Dam. Makasih dulu dong sama author (kena tabok dari readers)

   Dilain tempat Lean segera menyimpan ponselnya saat sang dosen masuk kedalam kelas

" chat siapa tadi? " Raka yang berada disamping Lean merasa penasaran

" gak perlu tau " kata Lean ketus, kemarin ia memang memaafkan Raka namun rasa kesalnya belum hilang

" perlulah!! Aku kan pangeran kamu " Raka berkata dengan percaya diri

" udah deh, mending kamu perhatiin dosen didepan " kata Lean merasa malas menggubris ocehan sahabatnya satu ini

⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐

  Dicintai. Siapa yang tidak ingin terlebih lagi ketika kita juga mencintai seseorang, perasaan yang berbalas itulah harapannya. Namun tidak semua cinta harus memiliki kadang mengikhlaskanlah yang terbaik.

   Memilih siapa yang dicintai sepertinya itu kehendak tuhan. Dan pilihan-Nya pastilah yang terbaik untuk seorang hamba, namun mengapa terkadang perasaan ini mesti jatuh ke orang yang tidak mengharapkan kita? Percayalah, ada hikmah dibalik itu semua

   Gadis itu mengusap air matanya yang jatuh, perasaan ini telah lama ia simpan sendiri, berbalas hanya itu harapannya, tapi seakan takdir tak berpihak padanya

" yaAllah,, kenapa sesakit ini? " rintih gadis itu, mengadu hanya itu yang ia lakukan setiap hari ia selalu meminta dipersatukan dengan lelaki idamannya

Flashback

  Fatimah menghampiri Adam yang sedang duduk dibangku taman pesantren

" Assalamualaikum, ustadz " sapa Fatimah sambil menunduk

" Waalaikumsalam, kenapa? " Adam cukup kenal dengan Fatimah karena ia merupakan salah satu santriwati yang cukup berprestasi

HUWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang