Chapter 19

59 8 1
                                    

Kenapa harus meminta menunggumu, jika tempat kembalimu bukan diriku

Aileen Amirah
***

Lean tersenyum melihat penampilannya hari ini dicermin, kemarin Fatimah memberi kabar jika Adam sudah ada dirumah

Tidak ada jadwal kuliah, Lean berniat member surprise ke Adam, Lean mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota yang agak padat

Gadis itu singgah ke toko kue, berniat membeli kue kesukaan Umi Maryam, Lean tersenyum melihat kantong plastik dikursi samping kemudi

Lean mengernyit heran melihat rumah Umi Maryam yang ramai, tidak ada orang yang ia kenal. Dengan pelan Lean melangkah kearah rumah itu, ia dapat mendengar dengan jelas percakapan orang-orang didalam

" jadi pernikahan Adam akan dilaksanankan bulan depan? " kata seorang wanita yang duduk di depan Umi Maryam

" iya, calon menantuku cantik loh? "

Lean merasa heran, pernikahan? Bulan depan? Kenapa Adam tidak memberitahu dirinya. Mungkin dia mau ngasih kejutan, tiba-tiba datang ngelamar, pikir Lean

Lean bertambah heran melihat perempuan bercadar yang duduk disamping Umi Maryam, siapa itu?
baru kali ini ia melihat perempuan itu. Tidak ingin penasaran lebih lama, Lean berniat mengucap salam namun kenyataan seakan menyayat hatinya

" besok kamu fitting baju bareng Adam ya, nak " kata Umi Maryam ke wanita bercadar itu, berhasil membuat Lean terdiam dengan berbagai pertanyaan dikepalanya

Masih terlalu kaget hingga membuat kerja otak Lean melambat, gadis itu masih terdiam dengan pandangan yang mulai kabur, hingga suara Umi Maryam membuatnya tersadar

" Lean? Kok diam disitu, nak. Masuk sini " panggil Umi Maryam sadar akan kehadiran Lean

Gadis itu masih terdiam, seseorang tolong jelaskan apa yang terjadi saat ini. Inikah akhir penantiannya?

" kok diam, masuk nak " dengan langkah gontai Lean berjalan masuk, duduk disamping Umi Maryam karena permintaan Wanita paruh baya itu

" kenalin namanya Zahra " Umi Maryam memperkenalkan perempuan bercadar itu pada Lean

" calon istrinya Adam " seperti ada bebatuan yang menimpa dirinya. Sakit, kenapa penantiannya harus berakhir seperti ini.

Mata Lean nampak berkaca-kaca, air mata itu sudah siap dijatuhkan bersamaan dengan rasa sakit yang memenuhi relung hatinya. Sekuat tenaga Lean menahannya, ia tidak ingin terlihat lemah. Saat tidak ada yang memperhatikannya diam-diam Lean menghapus air matanya

" oiya Umi, ini Lean bawain kue kesukaan Umi " kata Lean memperlihatkan kantong plastik yang ia bawa

" wahh,, makasih sayang. Gimana kuliah kamu? " tanya Umi Maryam

" Alhamdulillah lancar Umi " kata Lean berusaha tersenyum, jujur sangat susah rasanya harus tersenyum disaat hati tersakiti

" oiya, kak Zahra ketemu kak Adam dimana? " Lean merutuki dirinya bertanya seperti itu yang akan membuat dirinya bertambah sakit

" aku sama Mas Adam udah temenan dari kecil " kata Zahra dengan tatapan teduhnya

" mereka sudah dijodohkan dari kecil, cocokkan mereka " tanya Umi Maryam ke Lean

HUWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang