Untuk apa bertahan
jika yang kau dapatkan
bukan kebahagiaan***
Judika - Tak mungkin bersama
Play on mulmed yah,, biar feelnya dapet:')
Sudah terhitung tujuh hari Adam koma, sampai hari ini ia belum ada tanda-tanda akan sadar. Hidupnya hanya bergantung pada alat-alat kesehatan yang melekat pada tubuhnya
Semenjak hari itupun Lean sudah tak pernah muncul lagi di rumah sakit, gadis itu benar-benar pergi dari hidup Adam. Zahra tersenyum getir, seharusnya hari ini adalah hari dimana Adam akan mempersunting dirinya, ya pernikahannya dan Adam diundur atau bahkan tidak akan pernah terjadi
Umi Maryam dengan telaten mengusap wajah Adam dengan kain yang telah ia basahi, Ustadz Arif melantunkan ayat suci Al-Qur'an dengan khusyuk disamping brankar putranya
" kapan mata kamu terbuka nak " kata Umi Maryam kembali merasa sedih, ibu mana yang tega melihat anaknya seperti ini
" jangan tinggalin Umi, nak. Umi gak sanggup,, hikss" Umi Maryam mulai terisak, menyadari istrinya menangis Ustadz Arif mengakhiri bacaan al-Qur'annya
" sudah Umi, kita harus kuat supaya Adam juga kuat " kata Ustadz Arif mengusap bahu istrinya
" sampai kapan Adam harus seperti ini, Bi. Sudah cukup putra kita menderita,,," isak Umi Maryam
" kita berdoa saja Umi, serahkan semuanya pada Yang Maha Kuasa " kata Ustadz Arif
****
Sebelum memasuki mobil Lean kembali berbalik memandangi bangunan rumahnya, berat rasanya meninggalkan tempat kelahirannya ini
" oii!! Jangan diliatin terus ntar kamu gak kuat lagi " kata Raka bercanda menghampiri Lean setelah membantu memasukkan koper gadis itu kedalan bagasi mobil
" berat yah,, hufftt " kata Lean menghela nafas pelan
" udah,, lu kuat kok " " yuk,, gue anter ke bandara " kata Raka membuat Lean menoleh lalu tersenyum kearah pemuda itu
Sepanjang perjalanan Lean fokus memandang kearah luar jendela, merekam apa yang ia lihat dalam ingatannya. Nanti dia akan sangat merindukan kota kelahirannya ini, ngomong-ngomong orang tua Lean, mereka sudah berangkat lebih dulu kesana tiga hari yang lalu
Raka membantu membawakan koper Lean masuk kedalam bandara, Raka memandang sahabatnya ini dengan tatapan sendu, mungkin begini juga yang dirasakan oleh Lean saat dirinya pindah ke luar negri.
" janji sama aku,, kamu bakal balik dengan kondisi yang lebih baik. Gak ada lagi Ale' yang nangis karena cowok itu,, oke? " kata Raka serius
" hahahaa,, ayaye captaint " kata Lean dengan posisi hormat membuat Raka tertawa kemudian mengacak jilbab Lean pelan
" disini kamu baik-baik,, kuliah yang bener,,jaga kesehatan kamu " pesan Lean berat rasanya harus meninggalkan pemuda ini, tanpa bisa dicegah air mata gadis itu terjatuh
" heyy,, jangan nangis,,ntar deh pas liburan aku jalan-jalan ke Paris nengokin kamu " kata Raka mata pemuda itu juga sudah berkaca-kaca
KAMU SEDANG MEMBACA
HUWA
Teen FictionMenceritakan tentang hijrahnya seorang bad girl yang dipaksa oleh anak pemilik pondok untuk menetap di Pesantren. Tentang sebuah penantian dan pengorbanan yang entah akan berakhir dengan tangis atau mungkin dengan tawa.