Chapter 25

64 10 2
                                    


Pergi dan Mengikhlaskan
adalah hal yang susah untuk
kulakukan. Tapi demi bahagiamu,
aku akan berusaha..

Ayunindia Aileen Amirah
***

Dari balik kaca Lean memandang dengan getir tubuh yang terbaring di brankar pesakitan itu, mata pemuda itu masih terpejam hanya suara dari mesin EKG yang mengisi ruangan itu

Sakit rasanya melihat orang yang kita cintai sedang berjuang mempertahankan hidupnya, setelah operasi semalam Adam dinyatakan koma, entah kapan pemuda itu akan tersadar, Lean membuka pintu ruangan Adam wanita itu mendudukkan dirinya tak jauh dari brankar Adam. Umi Maryam dan Ustadz Arif tadi pamit pulang sebentar

Lean hanya diam memandang Adam yang sedang nyenyak dalam tidur panjangnya, air mata ia biarkan mengalir dari mata hitam legam milik gadis itu. Saat ini ia hanya ingin menemani pemuda itu, tidak peduli dengan status Adam yang akan menjadi milik orang lain, izinkan Lean untuk bertindak egois kali ini

" Assalamualaikum, Kak " kata Lean getir

" Kak Adam kalau udah bosen tidur bangun yah, banyak orang yang nungguin disini " kata Lean

" aku pengen cerita, mumpung ada waktu. Kak Adam tau gak sih, pertama kali ngeliat kamu tuh aku kesel banget, iya sih waktu itu aku udah keterlaluan banget marah-marah ke bapak itu "

" tapi kamu tau gak sih, aku orangnya benci banget dinasehatin. Trus aku gak suka disalahin, emang sifat cewek kali yah pengennya selalu benar, hehehe " Lean terkekeh sembari menghapus air matanya

" tapi disaat bersamaan kamu berhasil buat aku suka, kamu tuh ganteng tapi sayang,,, cueknya selangit " Lean menertawai dirinya bisa-bisanya ia berbicara jujur saat kondisi Adam tengah koma

" terus kamu inget gak pas kamu ngomong aku gak penting,, waktu pertama kali kita ketemu dipesantren,aku rasanya tuh sakiiit banget,, coba deh kamu ngasih aku penyambutan yang baik ikhlas aku, mondok waktu itu "

" terus,, aku nggak nyangka ternyata perasaan aku berbalas..kamu ternyata juga punya perasaan yang sama ke aku " lirih Lean, ia selalu menjadi sensitive jika membahas tentang mereka

Seseorang yang berniat masuk kedalam ruangan Adam terpaksa terhenti didekat pintu tatkala melihat Lean yang menunduk sambil mengusap air matanya

" kamu inget kan, buku Fatimah Az Zahra yang kamu kasi ke aku? Pas baca itu aku bertekad mau belajar menjadi seperti beliau, aku pengen dibimbing menjadi wanita sholehah, aku selalu berdoa supaya nanti,, pria yang akan terus menggenggam tanganku itu kamu, Adam Khadafi "

Seseorang yang sedari tadi mendengar itu rasanya juga ikut merasakan sakit. Masih inginkah ia bertahan? Ia tau, rasa cinta Adam dan Lean begitu besar. Tegakah ia menjadi pemisah keduanya? Padahal keduanya sama-sama memiliki ikatan rasa yang kuat. Sanggupkah ia melepaskan? Padahal apa yang ia tunggu sebentar lagi akan menjadi miliknya

Perlahan Zahra mundur meninggalkan ruang inap Adam, tak sanggup rasanya berlama-lama disana. Tadi ia berniat menjaga Adam, namun ternyata seseorang telah lebih dulu berada disana dan mungkin memang orang itu yang dibutuhkan oleh Adam

Langkah kakinya membawanya ke taman rumah sakit, ia mendudukkan dirinya dibangku taman. Bahunya bergetar, ia menangis.

Zahra sadar selama ini Adam tidak bahagia jika bersamanya, Adam memang ingin belajar mencintainya namun perasaan tidak bisa dipaksa. Selama ini ia hanya menjadi penghalang bagi Adam dan Lean

Zahra mengernyit saat seseorang memberikan sapu tangan putih, ia mendongak menatap heran kepada pria yang berjas dokter dihadapannya

" nih, buat lap air mata kamu " kata dokter itu, tangan Zahra terulur mengambil sapu tangan itu kemudian melap air matanya

HUWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang