Part 6

28 10 0
                                    

Karena sebuah tindakan bernama peka itu mahal harganya...

Hari ini adalah hari libur, waktunya untuk bermalas malasan. Ponselku berdering, membuat aku terbangun dari posisiku.

Gibran
Hai

Mataku berbulat tak percaya. Gibran menghubungiku sendiri. Ini pertama kalinya mengirimkan kan ku pesan. Rasanya rasanya tak percaya selama aku menunggu hal ini.

Aku
Hai juga!

Gibran
Bisa telpon?

Aku memekik senang mendengar balasan penanya. Benarkah dia ingin meneleponku? Baru saja aku ingin membalas pesannya, dia sudah lebih dulu meneleponku.

"Hai"

"Gue ganggu?"

"Gak, ada apa?"

"Gak ada apa apa. Gue cuman mau cerita, selama ini lo selalu dengerin cerita gue meski baru aja kita saling kenal."

"Boleh,cerita aja "

" Lo lagi suka seseorang?"

"Hah?"

"Lupain aja"

"Iya iya"

"Ada yang mau lo omongin? "

" kan Gibran yang mau cerita. "

" Iya, haha "

" Oh iyh. Puput mau bilang sesuatu. "

" Apa?"

"Ada yang suka Gibran"

"Siapa?"

"Ada lah. Kalau ada yang senang Gibran. Gibran mau apa?"

"Tidak apa apa "

" kenapa?"

"Hak mereka"

"Iya juga sih"

"Gue tutup dulu ya"

"Iya. Bye"

Aku tersenyum baru kali ini aku merasakan begitu bahagia bisa bertelpon dengan Gibran. Tapi aku tidak berfikir untuk bilang bahwa aku menyukainya pada Gibran. Aku takut dia malah menjauh.

Perasaanku saat ini adalah suka, belum menjadi cinta. Aku ingat perkataan Tata yang juga menyukai Gibran. Tapi aku tidak ambil pusing. Aku kira dia hanya bercanda.

Sebenernya aku sangat heran dengan perasaanku. Rasanya aneh sekali. Aku selalu gugup kala aku bertemu atau membalas pesan dengan Gibran.

Aku rasa pertemuanku dengan Gibran adalah hal ya sanga rumit tetapi sangat menyenangkan. Setiap malam aku selalu berbalas pesan, Baik itu tentang hal penting atau tidak . Aku selalu tertawa kala aku membalas pesannya.

Itu hanya awal masih banyak yang terjadi tentang aku dan Gibran. Aku baru kali ini merasakan perasaan yang cukup rumit bagi diriku sendiri.

Aku ingin menuliskan kebahagiaan disini. Aku hanya akan menuliskan beberapa kesedihan supaya kalian tau bagaimana menjadi aku.

Aku tidak tau bagaimana rasanya menjadi Gibran. Aku ingin bertanya,
namun takut. Aku tidak berharap dia tau kalau aku sedang menulis kisanya.

Aku menulis semua yang terjadi secara nyata. Namun, ada beberapa yang aku ubah karena menurutku itu adalah Privasi. Aku tidak menulis dimana letak peristiwa itu, tapi aku akan membuat kalian berimajinasi sendiri.

Dia bukan cinta pertamku. Tapi aku ingin dia selalu menjadi yang pertama. Sejak itu kala aku melihat Gibran. Yang aku pikirkan adalah, bagaimana kalau perasaan ini semakin besar? Satu hal yang aku Takut kan, dia menjauh.

Aku ingin akalian membaca kisahku,tatapi aku tidak ingin memaksa. Aku ingin kisahku menjadi motivasi. Aku ingin kisahku hanya untuk ku dan untuknya.

Jangan bosen bosen yah....

Jangan lupa vote and comen 😊😊😊

Author butuh saran ni.....

                     Semangat

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang