Kalau Saujeno; adalah seratus persen kebalikannya Senandika.
Ceria, penuh energi. Tampan dan tinggi. Jago basket dan mahir genjreng gitar. Wah, pokoknya banyak poin plusnya, termasuk kelebihannya yang memiliki rahang tegas dan hidung mancung bak perosotan.
Itu kata Bayu, sih.
Tapi, yang namanya manusia pasti punya kekurangan. Hal tersebut berlaku juga pada Saujeno—tentu saja, karena dia masih termasuk manusia, bukan keturunan setengah dewa atau semacamnya.
Kekurangannya yang kesatu, dia playboy. Alias tukang kerdus, demikian Bayu menyebutnya.
Mulutnya licin kayak belut, kata-katanya semanis madu—apalagi kalau lagi menggoda cewek-cewek cantik incarannya. Udah pasti gak cuma satu-dua yang kena jebakan mulut mautnya. Dari kelas sepuluh, terhitung sudah ada tiga belas yang jadi korban. Semuanya gak ada yang tahan lebih dari satu bulan. Paling mentok tiga puluh tiga hari, itu pun udah makan hati banget si cewek korban perasaan karena ternyata Saujeno gak deketin satu orang doang.
Makanya, soal remuknya hati Senandika, Bayu mempercayakan sepenuhnya pada sobat karib bermulut kardusnya itu. Karena ia tahu, sobatnya itu benar-benar jago soal menerbangkan hati lalu membantingnya jatuh hingga berkeping-keping.
Saujeno itu anaknya pintar, tapi semena-mena. Gak kayak kakaknya, Danarendra, yang pintar dan berprestasi juga patuh pada orang tua.
Danarendra itu bagai emas dalam keluarga, makanya Saujeno suka kesal kalo orang tuanya udah mulai banding-bandingin dia sama kakaknya yang selalu lebih dalam segala hal.
Saujeno itu sebenarnya pintar, cuma malas aja. Begitu kata Danar. Meskipun demikian, Saujeno tetap sayang sama kakak semata wayangnya itu, kok.
Kembali lagi ke topik, selain semena-mena, kekurangannya yang kedua : bandel.
Hobi dia balapan dan kadang ngerokok ikut-ikut Bayu. Pernah sekali ketahuan sama Danar, alhasil dia dijemput pulang saat itu juga dengan motor matic berstiker Snorlax milik kakaknya itu, buat seluruh tempat tongkrongan terpingkal-pingkal melihatnya begitu tunduk dan penurut di depan Danar.
Selama jalan pulang, Saujeno hanya bisa merengut mendengarkan ceramah Danar yang seakan tak ada habisnya. Ia menyerocos hingga dibukakan pintu gerbang oleh mama yang serta merta lanjut menceramahinya di ruang keluarga.
Tapi Saujeno gak pernah kapok, sampai ketika sepupunya yang tinggal persis di samping rumahnya—Haedar namanya—tertangkap basah hendak pergi balapan oleh ayah Saujeno.
Sayangnya hari itu, Saujeno udah cabut duluan ke arena, dan waktu Haedar menghubungi sepupunya itu, ponselnya gak aktif. Dengan panik ia menelepon Bayu yang lalu memberitahunya bahwa Saujeno sedang balapan putaran ketiga dan akhirnya ketahuan lah oleh ayahnya yang tiba tepat setelah Saujeno menghentikan Rebecca di garis finish.
Saujeno kena tampar di tempat, disaksikan secara langsung oleh puluhan pasang mata di arena balap. Setelahnya, ayah langsung menyuruh anak buahnya untuk mengamankan Rebecca hingga waktu yang tak ditentukan, lalu menyeret Saujeno pulang.
Dan lagi, Saujeno tidak merasa kapok sedikitpun. Meskipun Rebecca diamankan, dia masih aja pergi ke arena balap nebeng Bayu karena setelah kejadian ditampar ayah di arena, Saujeno betulan mengibarkan bendera perang pada sepupunya itu.
Rebecca entah diamankan dimana. Saujeno rindu banget sama motor kesayangan yang ia beli dengan jerih payahnya sendiri itu. Ia disuruh berjanji tidak akan lagi pergi balapan hingga kedepannya dan janji akan menggunakan Rebecca sebaik-baiknya.
Tapi tetap aja, yang namanya Saujeno, keras kepala anaknya. Kalo kata Haedar; "Batu lo, jing!"
Iya, anaknya emang suka ngegas. Harap maklum, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika - [nomin]
Hayran KurguTentang asa akan perasaan, soal penyesalan yang datang belakangan, dan penantian yang tak pernah terlupakan. "Saya gak akan pernah berhenti mencoba. Kamu boleh ragu sama saya, kamu boleh tidak membenarkan tindakan saya. Tapi satu yang tidak boleh k...