Mentari sudah menampakkan sinarnya. Namun gadis cantik ini masih bergelung dengan selimut. Rasa kantuk menjadikannya tak ingin beranjak dari tempat tidur.
"Raina bangun!!. Udah siang!!". Teriak Lusi --mama Raina-- dari lantai bawah.
Bukannya bangun mendengar teriakan mamanya, Raina justru semakin nyenyak dengan tidurnya.
"Astaga anak ini. Bukannya bangun malah asik tidur, telat baru tau rasa"
"Raina bangun!. Kamu emangnya enggak berangkat sekolah"
"Bentar mah masih pagi" jawabnya sambil menenggelamkan kepalanya ke bantal.
"Oohh ya udah lajutin aja terus, nanti kalo telat jangan salahin mama".
"Jam berapa sih emangnya?"
"Baru jam 06:15 kok, masih pagi. Udah lanjut tidur aja" jawabnya sambil berjalan kearah korden untuk membukanya.
"Ohh baru jam 06:15. Hahh apah?!! Mama kok gak bangunin Raina sih" terkejut dan langsung lari secepatnya menuju kamar mandi. Saking kagetnya sampe menabrak pintu kamar mandi.
Brakk!
"Aduhh! Siapa yang naruh pintu disini sih" dumelnya sambil mengusap-usap jidat yang merah karna menabrak pintiu.
"Emang itu pintu dari dulu udah disitu. Kamunya aja yang engak liat, pake segala nyalahin pintu. Udah cepetan mandi abis itu sarapan" Lusi heran dengan anak satunya yang ini. Selalu aja kebiasaan buruknya enggak pernah hilang. Perasaan dia dulu pas muda enggak pernah bangun kesiangan deh. Kenapa anaknya bisa kaya gini yah? Pasti karena papanya.
Selesai membersihkan diri dan bersiap-siap, ia pun turun kebawah untuk sarapan.
"Pagi pa, ma".
"Pagi sayang" sapa Ardi, papa Raina.
"Pa, ma Raina langsung berangkat yah" pamitnya setelah menghabiskan segelas susu.
"Loh kamu enggak makan dulu?"
"Enggak pa, udah siang takut telat"
"Makanya kalo disuruh bangun tuh bangun".
"Iya-iya. Ya udah Raina berangkat".
Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya Raina segera mengenderai mobilnya menuju sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 06:45, yang artinya lima belas menit lagi gerbang akan ditutup.
Beruntung pagi ini jalanan lumayan sepi. Jadi ia tidak perlu bermacet-macetan ria. Tepat sekali saat ia sudah sampe disekolah gerbang akan ditutup.
"Untung gue udah masuk"
Keadan sekolah hari ini cukup rame, karena bel akan segera berbunyi. Yang menandakan semua siswa sudah berada disekolah. Sebenarnya ada beberapa siswa yang masih dijalan atau masih dirumah, makan dengan santai. Ya, mereka adalah golongan para murid legend. Datang paling akhir dan pulang paling awal.
Brukk!
"Aduhh.." ringisnya sambil mengusap kepalanya yang menambrak benda keras seperti tembok. Tapi gak mungkin kan tiba-tiba ada tembok didepannya.
Saat mendongakkan kepala keatas untuk melihatnya justru malah pemandangan yang indah nampak didepannya. Garis rahang yang tegas, alis tebal, hidung mancung , kulit putih, dan iris mata yang berwarna hijau mampu membuatnya terpesona.
Lamunannya tersadar ketika objek yang dipandang menghilang begitu saja.
"Issh! Siapa sih, dia kok dingin banget kelihatannya" dumelnya sambil melihat punggung seseorang yang ditabrakknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRAIN
Teen FictionAlfin Leonil Makenzi seseorang yang sangat disegani dan ditakuti karena kekejamannya saat mengalahkan musuh bahkan tak segan untuk menghabisinya. Tampang yang tak diragukan lagi bak Dewa Yunani menjadikannya terkenal diseluruh kota Jakarta. Ditamba...