8

2K 164 69
                                    

Hayy... Gimana kabarnya, sehat??

Maaf banget nih aku baru bisa update sekarang setelah beberapa bulan gak up.

So, jangan khawatir karena dichapter ini aku kasih agak panjang buat ngobatin rasa kangen kalian!!

Selamat membaca!!!

••••••¤¤¤¤¤¤••••••


Dengan muka datarnya Arga melangkah menghampiri Raina. Tak perduli banyak pasang mata yang memandang kearahnya.

Satu pertanyaan yang tersimpan dalam benak Arga. 'Ada hubungan apa adiknya dengan ketua geng yang ada dihadapannya ini?'

Mudah saja untuk mengetahui ketua dari geng motor ini, yaitu jaket yang menjadi ciri khas dengan lambang huruf Z dan tambahan lambang mahkota bagi sang ketua.

"Lo ngapain disini?" pertanyaan itu terlontar dari Angga yang sempat terkejut.

"Belanja buat kebutuhan rumah" jawab Raina.

"Hah! Lo udah berumah tangga?" kaget David.

Fikri yang mendengar pertanyaan konyol itu langsung saja menjewer kuping David. "Emang lo pikir setiap ada yang belanja kebutuhan rumah itu artinya udah nikah gitu?" balik tanya Fikri

"Makanya kuping tuh dibersihin bila perlu sini gue korek pake tombak" ucap Angga yang ikut kesal.

" Ya kan biasanya  kata 'rumah' itu identik dengan kata  'rumah tangga'" jelas David.

"Ye itu sih menurut lo!" Nando pun sama-sama kesalnya dengan Angga.

"Siapa?"Tanya Alfin kepada Raina tapi matanya menatap lurus ke arah mata Arga.

"Hah? Itu cum---" jawaban Raina terpotong oleh perkataan Arga.

"Bukan urusan lo kan siapa gue?" tanya balik Arga dengan sama tajamnya memandang Alfin. Setelah itu, langsung saja Arga mengandeng tangan Raina menuju motor  sport nya yang terparkir didepan supermarket.

Raina hanya menurut dengan apa yang dilakukan oleh Arga. Meninggalkan banyak pertanyaan yang tersimpan dalam benak Alfin, tapi tak mampu untuk dikeluarkan.

Selepas kepergian Raina, Alfin langsung masuk ke supermarket guna membeli minuman untuk menyegarkan pikirannya. Fisiknya lelah, batinnya tak tenang, pikirannya pun penuh dengan hal-hal yang membuat ia merasa pusing. Tapi yang terlihat  hanyalah muka datar dengan pandangan mata yang tajam.

¤¤¤¤¤¤¤¤

Pagi ini, dihari senin yang cerah, SMA Wiladarma seperti biasa mengadakan upacara. Banyak siswa yang tengah bersiap-siap untuk mengikuti upacara sekolah. Memakai topi, membenarkan ikatan dasi, merapihkan baju, bahkan ada yang menyisir rambut agar kelihatan lebih rapi lagi. Tapi tak jarang juga ada yang pergi kekantin sekedar untuk membeli permen karet agar tak merasa bosan saat upacara berlangsung. Itu hanya berlaku untuk siswa kategori pembandel. Yang kebal akan omongan guru.

Petugas upacara sudah bersiap-siap dilapangan. Beberapa siswa pun ada yang sudah menuju kelapangan dan membuat barisan.

"Ehh.. Rain ayo buruan nanti kena hukum lagi, gue mah ogah" ajak Ara seraya menarik lengan Raina.

"Mending kalian duluan aja" perintah Raina.

"Loh kenapa?" tanya Seina yang ikut berhenti melangkah karena terheran dengan Raina.

"Gak pa-pa. Udah kalian duluan aja" Raina yang terus-terusan menyuruh untuk pergi kelapangan, akhirnya mereka menurut apa kata Raina.

Setelah mereka pergi, kini Raina sendiri didepan pintu kelas. Berdiri dengan menggigiti  kuku jari yang merupakan respon dari efek kegelisahannya.

ALRAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang