Udang Bakar Saus Keju

227 24 4
                                    

Tandai typo ya...

***

Jam setengah delapan pagi aku sudah ada di restoran. Hari ini adalah hari penentuan. Yup, ini sudah lewat dua minggu. Hari ini aku sudah menyiapkan menu andalan yang akan kumasak. Aku sudah tahu akan membuat menu apa. Bagiku sebenarnya bukan menu baru sih, meski aku sendiri tidak bisa memakannya. Terkadang aku memasak menu ini untuk keluargaku di hari-hari spesial. Misalnya ulang tahun ibuku, hari kelulusan program diplomaku, bahkan lebaran. Tapi resep kali ini di sempurnakan dan memang harus sempurna, setidaknya bagiku, dengan tambahan ini dan itu karena menu ini yang menentukan masa depanku di Gazebo.

Beberapa hari di dapur, konsentrasiku penuh dengan belajar bagaimana rupa masakan yang ada di Gazebo ini. Aku termasuk orang yang cekatan dan cepat belajar. Dan lidahku, jangan remehkan ketajaman lidahku. Tapi tenang saja, lidahku hanya tajam untuk merasakan bumbu masakan, bukan tajam dalam berbicara.

Tidak seperti Jarwo yang punya lidah tajam dalam arti yang sesungguhnya. Dua minggu ada di dapur, Jarwo tidak pernah absen mendampratku, kadang bonus lirikan tajam dan meremehkan. Jarwo memperlakukanku seolah-olah aku newbie dalam hal masak-memasak. Bukannya sombong tapi aku pernah jadi sous chef sebelumnya, sesuatu yang belum ia raih, dan itu tidak aku raih dengan duduk manis di dapur.

Bukan berarti aku anti kritik. Aku hanya perlu sedikiiiit waktu untuk membiasakan diri dengan letak dan tatanan dapur, ataupun dengan berbagai menu yang ada di Gazebo.

Tapi jelas sekali dia tidak perduli dan sengaja cari alasan untuk memarahiku. Aku rasa itu menjadi hobi barunya, memarahiku. Jelas sekali Jarwo itu menjadi hobi barunya. Karena setelah memarahiku, wajahnya akan terlihat puas, dan ujung bibirnya akan tertarik ke atas membentuk senyuman sinis dan meremehkan. Aaargh....aku kesal sekali pada orang itu!!

Tapi hari ini akan aku menutup mulutnya dan menghentikan sikap Jarwo dengan membuktikan bahwa aku tidak bisa di remehkan. Aku harap menuku hari ini bisa diakui oleh Adnan.

Karena Gazebo buka jam sepuluh pagi, jam kerja pegawai mulai pada jam sembilan. Tapi hari ini semua staf dapur yang shift pagi sudah lengkap, padahal masih belum jam delapan. Kemarin Adnan bilang mau sarapan di Gazebo yang berarti dia sendiri yang akan mencicipi hasil masakanku.

Hiiii...aku bergidik memikirkan hasilnya nanti. Aku percaya diri dengan menu ayam dan guramenya, karena aku sudah memasaknya berkali-kali selama aku menjadi staf disini, tentu di bawah sumpah serapah dari Jarwo. Tapi bagaimanapun dengan menuku? Aku harap hasilnya tidak mengecewakan.

"Semangat Frasya!" seru Ajeng, CPD pantry section yang giliran piket pagi ini. Dia sangat ramah, dan kami benar-benar cocok. Kami sama-sama tukang ghibah, hehe... Biasanya topik ghibahan kami tidak jauh-jauh dari sifat pemarah Jarwo. Awalnya aku tidak habis pikir bagaimana istrinya bisa tahan pada sifat pemarahnya itu. Tapi pikiranku disangkal oleh Ajeng. Katanya Jarwo itu susis, alias suami takut istri. Karena ternyata istri Jarwo meski secara perawakan mungil, tapi cerewet bin bawel minta ampun.

Atau tentang kegenitan Pak Juanda kepada semua pegawai wanita berparas bening yang bekerja di Gazebo, padahal bapak berkumis itu mempunyai istri yang cantik dan tiga orang anak lucu. Dan sumpah Pak Juanda beberapa kali mengedipkan matanya genit ke arahku. Walau aku balas dengan tatapan mata tajam dan acungan pisau, tapi sepertinya bapak berkumis itu tidak kapok dan tetap mengulang kedipan matanya yang menjijikkan itu di beberapa kesempatan lain.

Ugh..ingin rasanya kumis kebanggaannya yang seperti Pak Raden itu aku cabut satu persatu lalu kujadikan hiasan dinding di rumah. Lumayan buat menakut-nakuti kecoa. Tapi jangan ah, Blue bisa sawan kalau terus-terusan melihat kumis seram itu. 

Future (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang