One-Pot Vegetarian Spaghetti

141 24 4
                                    

Tandai typo

Frasya's POV

***

Ini adalah hari terakhir aku izin sakit, setelah tiga hari beristirahat gara-gara jadi korban tabrak lari malam itu. Karena besok aku sudah masuk kerja, jadi aku berniat membuatkan Adnan sarapan sesuai permintaanya sebagai ucapan terima kasihku, Banana Oatmeal Pancake. Jadi sore ini aku ada di supermarket, sedang berbelanja rolled oatmeal, pisang raja dan juga beberapa kebutuhanku lainnya yang mulai menipis.

"Udah sehat, Sya?" tanya seseorang yang dengan cepat menghampiriku.

"Adnan? Kok disini? Nggak di Gazebo?" aku ganti bertanya.

"Aku sengaja pulang duluan, rencananya malam ini mau jenguk kamu juga. Lagian ini udah sore dan di Gazebo juga nggak ada special occation," Adnan berkata sambil melihatku dari atas ke bawah dan mengernyit.

Adnan melepas jaket hoodie putihnya dan dengan cepat memelukku. Koreksi, aku kira dia hendak memelukku, tapi nyatanya dia hanya mengikatkan jaketnya di pinggulku untuk menutupi kakiku yang hanya memakai hotpants hitam. 

"Lain kali kalo mau keluar bilang dulu mau pake baju apa," ketus Adnan.

"Ngapain?" tanyaku. Lagipula dia siapaku? Kenapa harus lapor?

"Kamu ini nggak pinter milih baju, Sya. Kapan hari acara outdoor pake baju bolong. Sekarang pake celana kependekan. Kamu kalo beli baju gimana sih?" omel Adnan.

"Bajuku kemarin nggak bolong ya!" protesku. 

"Whatever lah," katanya cuek lalu sembarangan mengambil kereta belanjaku dan langsung di dorongnya. Memang sih dia tadi tidak membawa apa-apa, hanya sebungkus spagetti yang sudah ia masukkan juga ke dalam kereta belanjaku. Aku jadi berjalan di sampingnya.

"Wah... ada yang mau nepatin janji," serunya ketika melihat kereta belanjaku yang sudah terisi dengan oatmeal, pisang dan makanan lain.

"Kebetulan besok aku shift pagi. Besok aku bikinin sarapan di Gazebo aja ya?" tawarku.

"Kesiangan kalo mau sarapan di sana. Aku mau sarapan jam tujuh di rumahmu," Adnan menjawab singkat tanpa melihatku sama sekali, matanya sibuk mencari sesuatu.

"Kok gitu?!"

"Ayo cari daging," Adnan mendorong kereta belanjaku lebih cepat, tanpa menghiraukan protesku. "Kamu perlu lebih banyak makan protein. Kulkas kok isinya cuma sayur sama tahu. Pantes aja kamu kurus,"

"Tahu itu protein tinggi ya Ad. Dan itu favoritku!" 

"Pantesan," kali ini Adnan melirikku dengan pandangan meremehkan.

"Hei!" aku mencubit lengannya, tidak suka dengan pandangan remeh yang ia lakukan. 

"Pokoknya malam ini aku mau masak spaghetti bolognese. Jangan protes. Itu bergizi. Kamu ini masih dalam tahap penyembuhan," meski mengaduh karena cubitanku, Adnan tetap saja bersikap tegas.

"Catatan ya, Ad. Aku udah sehat. Dan aku nggak doyan spaghetti bolognese," bantahku. Atau haruskah aku terus terang bilang kalau aku tidak bisa makan daging? Beberapa tahun ini aku berusaha belajar menjadi vegetarian yang baik.

"I forgot, you like tofu," Adnan memutar bola matanya, tapi setelah itu dia tetap saja mengambil daging giling, dan sekarang berjalan cuek menuju rak yang berisi saos.

Aku mengambil daging giling dari kereta dan mengembalikan ke stan daging. "Aku nggak doyan daging, Adnan."

"Frasya, please. This is for your own health. I wanna have a healthy workaholic chef  in my kitchen. Not a skinny malnourished chef who seem to be able to collapse at any time," Adnan menatapku tegas dan kembali memasukkan daging giling ke dalam kereta belanja.

Future (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang