Wonton Soup

139 29 8
                                    

Tandai typo

Frasya's POV

***

Kepalaku terasa nyeri, badanku juga. Aku melihat sekelilingku. Banyak orang hilir mudik, yang kemudian aku kenali dari seragamnya sebagai perawat dan dokter. Pasti aku sedang di rumah sakit.

"Kamu di IGD, Sya," Adnan berdiri di sampingku, menjawab pikiranku. Wajahnya terlihat khawatir.

Aku menggerakkan kakiku sedikit, dan mendesis menahan sakit.

"Istirahat dulu. Kamu masih belum fit," Adnan menghentikan gerakan kakiku. "Tadi kamu ketabrak motor. Maaf, aku fokus sama kamu jadi nggak bisa ngejar pelakunya, dia langsung ngebut pergi ninggalin kamu pingsan di pinggir jalan. Jadi aku langsung bawa kamu ke RS."

"Makasih, chef," ucapku lirih.

"Maaf," Adnan menyugar rambutnya yang biasanya klimis, tapi kali ini sudah tidak lagi. Rambutnya acak-acakan tapi anehnya itu membuatnya tampak dewasa dan menarik.

"Kenapa?"

"Gara-gara aku, kamu ditabrak motor," ucapnya. "Pasti kamu kebanyakan pikiran sampai nggak perhatiin jalan. Aku udah ngejar kamu, manggil kamu, tapi kamu nggak denger."

Aku menggeleng. Bukan salahnya, aku yang terlalu sibuk dengan pikiranku sehingga tidak memperhatikan jalan.

"Saya mau pulang," kataku mencoba bangkit sambil menahan sakit kepala dan nyeri di beberapa tempat di tubuhku.

"Nggak boleh, kamu baru saja sadar. Sya, kamu ini pingsan hampir tiga jam!" cegah Adnan.

"Saya mau pulang," ulangku sambil menatapku Adnan dengan tajam.

"Kamu boleh pulang, kalau dokter bilang kamu boleh pulang," tegas Adnan dengan tatapan yang tidak kalah tajam.

"Saya mau pulang. Saya benci rumah sakit," jelasku. Aku akan kembali kesini kalau memang harus kembali, tapi tidak saat ini.

"My answer is still the same,"

"Suster," panggilku. Seorang wanita muda berjalan ke arah kami. "Saya mau pulang."

Satu jam kemudian aku sudah ada di mobil Adnan. Pria itu kembali mengantarku pulang setelah pertengkaran kami di depan IGD yang akhirnya membuat satpam mengusir kami.

Aku ngotot ingin pulang sendiri, sedangkan Adnan ngotot ingin mengantarkanku pulang dengan alasan aku masih belum benar-benar sehat, apalagi ini sudah hampir jam tiga dini hari dan tidak ada kendaraan umum yang beroperasi.

"Mas, tolong bawa pacarnya pulang. Kalau mau bertengkar di rumah aja, jangan di rumah sakit," kata pak satpam saat mengusir kami dari IGD.

Di mobil, sesekali aku melirik Adnan yang fokus menyetir. Raut wajahnya terlihat lelah. Tentu saja, pasti dia belum istirahat dari tadi karena menungguiku di IGD. Terbersit rasa bersalah di sudut hatiku.

Malam ini Adnan sudah menolongku dari Soni, dia juga yang menolongku saat kecelakaan tadi. Dia orang yang baik. Aku akan benar-benar membuatkannya sarapan besok pagi sebagai rasa terima kasih.

"Udah sampe nih. Yuk, turun," kata Adnan sambil melepaskan sabuk pengamannya lalu keluar mobil. Aku masih bengong ketika Adnan membukakan pintuku.

"Ayo turun," katanya lagi.

"Anda tidak pulang chef?" tanyaku.

"Aku akan pulang setelah memastikan kamu benar-benar masuk apartemenmu. Frasya, tolong jangan membantah, kamu habis kecelakaan dan kita berdua sama-sama lelah," pintanya.

Future (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang