Tandai Typo
Frasya's POV
***
Lagi-lagi aku terbangun dengan nafas terengah-engah ketakutan. Untuk ke sekian kalinya aku bermimpi buruk. Lebih mirip dengan ingatan buruk yang kembali ke alam bawah sadarku sampai terbawa mimpi. Lama-lama aku bisa jadi gila. Kenapa aku tidak bisa benar-benar melupakan kejadian naas itu?
Beberapa hari ini aku kehilangan fokusku. Apalagi aku juga kurang tidur karena sering bermimpi buruk. Aku jadi selalu was-was. Setiap keluar rumah, kepalaku selalu celingukan mencari seseorang yang sampai hari ini belum terlihat. Apa mungkin Soni sudah tahu kalau aku tahu dia menguntitku sehingga dia bersembunyi lebih rapat, sehingga seolah-olah pengungkitan itu tidak pernah terjadi?
Setiap keluar rumah aku sudah seperti artis-artis yang menyembunyikan diri dari kejaran para fans. Aku memakai masker warna gelap, rambutku bersembunyi di dalam bucket hat warna gelap senada. Aku bahkan mengambil jalur bus lebih panjang dari pada biasanya, mampir ke beberapa tempat sebelum aku akhirnya pulang ke rumah. Aku benar-benar takut Soni mengikutiku, menemukanku dan melakukan hal yang sama seperti dulu. Aku merinding bila mengingat kejadian di malam naas itu.
Aku menggelengkan kepalaku mengusir semua bayangan perbuatan Soni di masa lalu dan berjalan lesu menuju loker pegawai.
Barusan aku di usir dari dapur oleh Adnan. Meski Adnan gagal melotot dengan mata sipitnya, tapi wajahnya merah padam, tangannya mengepal menahan marah setelah telunjuknya mampir ke kepalaku, menoyorku beberapa kali sambil mengata-ngataiku.
Bukan sepenuhnya salah Adnan, wajar kalau dia mengusirku dari dapur. Kuakui pekerjaanku tidak ada yang beres. Apalagi malam ini Gazebo cukup ramai, dan dapur menjadi semakin super hectic akibat ketidak fokusanku bekerja.
Tanganku melambat dan tidak efisien. Mejaku kotor dan berantakan. Beberapa kali aku salah memasukkan bumbu sehingga harus mengulang masakan. Aku juga lupa tidak menggunakan air kaldu untuk membuat beberapa masakan, malah menggunakan air biasa.
Dan yang paling parah, aku lupa meletakkan serbet pada tempatnya dan justru meletakkannya di dekat kompor. Akibatnya saat aku memasak menggunakan api besar, kain serbetnya terjilat api. Dan aku baru sadar kalau apinya tidak normal ketika Farid, salah satu commis, berteriak dan segera menghampiriku dengan membawa kain basah lalu menutupi area yang terbakar. Aku hampir menimbulkan kebakaran di dapur.
Setelah itu Adnan mengusirku. Membentak dan mengata-ngataiku dengan pedas. Aku sakit hati tapi aku tidak bisa menyalahkan dirinya sepenuhnya, aku sadar bahwa aku juga salah.
Sejak aku tahu Soni menguntitku, aku benar-benar tidak fokus dalam bekerja, atau hal apapun. Isi kepalaku hanya bagaimana cara menghindarkan diri dari Soni.
Huft... Lagi-lagi aku harus mengusir pikiran tentang Soni dan duduk dengan lesu di bangku kecil yang ada di ruangan. Stres membuatku lelah lahir batin. Aku sadar seharusnya aku tidak boleh seperti ini. Ini sangat tidak baik untuk kesehatanku.
Punggungku tersandar sempurna ke sofa, aku memejamkan mata dan menghela nafas dalam, mencoba mengistirahatkan hati dan pikiran meski sebentar.
Aku melakukan meditasi hati. Well, sebenarnya aku meng-underestimate meditasi ini. Sebelumnya meditasi semacam ini tidak terlalu berpengaruh pada mentalku. Itulah kenapa aku jarang melakukan meditasi ini. Tapi kali ini aku akan mencobanya kembali. Semoga aku tidak lupa caranya.
Meditasi hati adalah salah satu cara meditasi yang aku pelajari untuk menenangkan hati dan pikiran, terutama hati. Hati adalah pusat ketenangan, kedamaian dan perasaan positif. Dengan membuka hati, kita akan bisa tetap merasa tenang, bahagia dan bersyukur dalam hidup. Dan membuka hati sebenarnya sangat mudah dan alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future (?)
RomansaFrasya divonis penyakit yang bisa merenggut masa depannya. Apakah dia mampu meraih cita dan cintanya di saat berlomba dengan waktu dan rasa sakit?