Tandai typo
Frasya's POV
***
Aku terbangun ketika merasakan ada sensasi geli dan sedikit sakit di ujung jempol kiriku. Dengan ujung mata yang masih berat terbuka, aku melihat Blue bermain dengan jempolku dengan menggigitinya. Pantas saja agak sakit. Tumben Blue keluar kandang, sepertinya semalam aku lupa menutup pintu kandangnya.
Aroma khas cendana yang halus dan bergamot yang memudar menyegarkan indera penciumanku. Wanginya ingin membuatku kembali bersandar pada guling. Tapi aroma sarung bantal dan spreiku tidak seperti ini. Ini apa?
Kupaksakan mataku benar-benar terbuka dan akhirnya aku menyadari bahwa Adnan di samping kananku. Maksudku aku di sampingnya, bersandar nyaman di dadanya dengan kaki meringkuk. Tidak, tidak hanya itu, aku bahkan memeluknya.
Oh.. tidak!
Aku panik dan berjingkat menjauh dari sisinya. Blue yang masih menggigit jempolku ikut kaget, terpental dan jatuh di meja lalu mencicit kesakitan.
Perlahan Adnan membuka matanya dan membenarkan posisi duduknya yang sudah setengah melorot di sofa akibat tidur. Dan sialnya pria itu tetap terlihat tampan dengan wajah bangun tidurnya.
"Akhirnya kamu bangun juga," kata Adnan sambil ngulet. "Ya ampun, badanku capek banget. Kamu itu kalo udah tidur, susah banget di bangunin. Aku sampe nggak bisa gerak. Mana bajuku jadi ada bekas ilernya."
Aku kaget dan langsung memperhatikan kaos yang sedang dipakainya, benar-benar memperhatikan dengan seksama dan mencari jika ada noda yang membekas.
"Nggak ada kok!" Adnan sontak terbahak melihatku kebingungan.
"Ish.. nggak lucu!" aku berdiri dan segera berlari ke kamar mandi, malu. Dari kamar mandi aku masih mendengar Adnan tertawa terbahak-bahak.
Sialaaaaan....!!!!
Ingatan terakhirku adalah kami sedang menonton film Inception, film Leonardo Dicaprio yang sudah lama ingin kuselesaikan. Semalam Adnan melihat tumpukan koleksi filmku yang ada di rak tivi, akhirnya kami berdua menontonnya karena Adnan juga belum pernah menontonnya meski banyak orang yang merekomendasikan film itu.
Aku tidak pernah benar-benar bisa selesai menonton Inception, karena aku pasti tertidur bahkan sebelum sampai setengah film. Sepertinya tadi malam aku juga tidak bisa selesai menontonnya. Dan yang lebih sial lagi, aku malah tertidur di sofa, di pelukan Adnan.
Aku cek bajuku, masih lengkap. Seingatku tadi baju Adnan juga masih lengkap. Dan tidak ada bekas air liur. Kesimpulanku, kami hanya tidur, tidak lebih. Tapi tetap saja itu memalukan. Bagaimana bisa aku bertemu dengannya setelah ini?
Kenapa semalam dia tidak pulang saja? Kenapa malah tidur di sini? Kenapa aku malah ketiduran? Kenapa aku setuju menonton film yang jelas-jelas tidak bisa menonton tanpa tertidur? Kenapa dia tidak langsung pulang setelah makan malam? Kenapa aku gampang sekali tergoda untuk membuatkannya makan malam hanya karena dia membayari semua barang belanjaan?
Ya ampun Caca, padahal selama ini kamu sangat menjaga jarak dengan laki-laki, padahal selama ini kamu menjaga agar hatimu tidak goyah, padahal selama ini...
Aaaargh... Sial!
Aku memulai perang batin dengan diriku sendiri.
Ini memalukan sekali. Rasanya aku ingin menjerit di dalam bak mandi yang penuh dengan air. Tapi sayangnya kamar mandiku pakai shower demi penghematan ruang dan air. Jadi aku tidak menjerit sesukaku, aku hanya bisa merasakan air mengucur deras dan mendinginkan pikiranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future (?)
RomanceFrasya divonis penyakit yang bisa merenggut masa depannya. Apakah dia mampu meraih cita dan cintanya di saat berlomba dengan waktu dan rasa sakit?