Tandai typo yah...Adnan's POV
Jujur pertama kali melihat Frasya aku tidak suka. Mana ada orang yang datang pertama kali untuk pekerjaan hanya menggunakan blouse putih dengan garis vertikal hitam dilapisi blazer biru navy, dengan bawahan celana jeans. Dan sepatu kets putih. Jeans dan sepatu kets!
For me, it's a big no!
Kalau bukan karena Bram yang membawanya kesini dan mengenalkannya, aku pasti sudah menolaknya. Aku tidak habis pikir dengan Bram. Mentang-mentang dia owner-nya Gazebo, dia jadi seenaknya mengenalkan orang untuk jadi chef disini. Apalagi untuk menggantikanku sebagai executive chef. Hell no!
Ilmu pengawuran dari mana itu?
Tapi karena aku tidak enak dengan Bram, akhirnya aku menerima Frasya. Hanya sebagai commis. Aku bahkan memberinya semacam tes dan masa percobaan agar dia gagal, sehingga aku punya alasan yang terlihat profesional untuk membuat Frasya tidak bisa bekerja di Gazebo.
Dan secara tidak langsung Jarwo membantuku. Jarwo membuat Frasya seperti ada di Hell's kitchen dengan memberi tekanan di sana sini. Kadang aku melihat Jarwo sengaja mencari-cari kesalahan Frasya agar bisa membentak wanita itu. Awalnya aku mengira sikap Jarwo pasti akan membuat Frasya tidak betah bekerja di Gazebo. Belakangan aku sadar kalau aku salah. Sikap keras Jarwo tidak mempan pada Frasya.
Jelas sekali manajemen stres Frasya sangat baik. Dia tetap tenang, memperhatikan arahan (omelan keras) dari Jarwo dan mempertahankan gaya memasaknya yang fokus dan cekatan.
Dan tadi pagi aku benar-benar mengubah pandanganku tentang Frasya.
Tadi pagi adalah pagi penentuan tes abal-abal yang aku berikan pada Frasya. Aku menyuruhnya membuat dua menu khas Gazebo dan satu menu original, yang aku yakin dia pasti tidak bisa. Tapi sekali lagi aku salah.
Seperti biasa aku melihatnya bekerja dengan fokus, sigap dan cekatan. Well prepared, well organized, rapi dan efisien, seperti biasanya. Dan sepertinya Frasya tidak peduli dengan tatapan semua orang yang ada di dapur. Aku kira dia akan merasa terintimidasi dengan kehadiranku di dapur untuk memperhatikan caranya bekerja. Tapi lagi-lagi aku salah. Frasya tidak peduli itu. Dia hanya fokus memasak.
Dan hasilnya diluar dugaanku. Frasya berhasil melewati tes abal-abal yang aku berikan. Dan sekarang aku baru yakin kalau pilihan Bram membawanya kesini bukanlah kesalahan dan pastinya bukan keputusan yang diambil tanpa pertimbangan.
Kuakui udang bakar saus keju buatannya enak. Sangat enak. Udang pancet yang besar, berair, dan manis dengan rasa krim kental dari keju dan aroma panggang yang luar biasa. Lalu cara membakar udang dengan menggunakan salamander, membuat keju meleleh dan merekat sempurna pada daging udang. Rasa gurih dari keju berpadu apik dengan daging lembut dari udang. Ada sedikit sentilan rasa manis dari kesegaran udang pacet.
Mungkin aku akan mempertimbangkan untuk menambahkannya di menu baru.
Dan disinilah aku sekarang. Menikmati udang bakar saus keju dan potato wedges. Sangat Enak. Aku akan benar-benar mempertimbangkan untuk menjadikannya kedua makanan ini sebagai menu baru di Gazebo.
Diam-diam aku memperhatikan jendela ruanganku. Lebih tepatnya memperhatikan apa yang ada di luar jendela. Frasya. Wanita itu sedang tertawa dengan ceria bersama Ajeng. Frasya terlihat manis dengan senyumnya. Dan aku betah berlama-lama melihatnya tersenyum. Frasya memang manis, ceria dan cepat sekali beradaptasi dengan lingkungan baru. Mungkin karena dia orangnya supel.
Entah sudah berapa lama hal ini menjadi kebiasaanku, memperhatikannya diam-diam dari jendela. Untung saja jendela ruanganku adalah one way mirror, terlihat transparan di satu sisi, tetapi terlihat seperti cermin di sisi lainnya. Jadi hanya aku saja yang bisa melihat keluar. Melihat Frasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future (?)
Любовные романыFrasya divonis penyakit yang bisa merenggut masa depannya. Apakah dia mampu meraih cita dan cintanya di saat berlomba dengan waktu dan rasa sakit?