Matahari sudah menyingsing di luar sana. Beberapa orang tampak berlalu lalang sekedar berjalan ringan sambil mengobrol atau jogging kecil menuju taman di ujung jalan. Sedangkan seorang gadis yang semester ini baru memasuki SMA tampak masih meringkuk di kasur bersama bantal dan gulingnya ditutupi selimut tebal. Di sampingnya ada laptop yang mati karena kehabisan baterai. Tak salah tebakannya jika habis karena semalam suntuk digunakan untuk maraton drama yang menampilkan aktor tampan dari Korea Selatan, Ji Changwook.
Zalva namanya, baru mulai masuk SMA tahun ini, belum genap 2 bulan. Ia memilih masuk ke salah satu SMA swasta di Solo karena kebijakan pemerintah yang memaksa siswa berprestasi sepertinya harus mengalah dengan siswa – siswa dengan rumah di depan sekolah untuk bisa bersekolah di SMA negeri favorit impiannya. Tidak tidak- Zalva tidak menyalahkan pemerintah. Nyatanya dengan kebijakan serupa, beberapa negara berhasil memajukan pendidikan di negaranya. Mungkin Indonesia juga bisa. Makanya Zalva baik – baik saja. Walau akhirnya ia juga memilih sekolah swasta.
Zalva sebenarnya adalah siswa yang cukup popular di SMP dulu. Aktif organisasi dan ekstrakulikuler. Cukup mudah untuknya mendapat teman. Namun di SMA ini dia ingin sedikit santai. Ia ingin sedikit menikmati waktunya di kelas sepuluh. Saat masuk pun, Zalva sebenarnya ada di kelas unggulan karena mendaftar melalui jalur ujian prestasi. Namun pada saat itu juga, Zalva langsung datang ke kantor guru untuk meminta pindah ke kelas IPS. Sesuai keinginannya sejak dulu.
Suara dering ponsel sedikit mengusik tidur nyenyak Zalva. Saat melihat nama kakaknya di layar ponsel Zalva hanya menekan tombol merah disana lalu kembali tidur. Tak perlu tunggu lama, ponselnya kembali berdering. Kini bukan hanya di reject, namun Zalva langsung mematikan daya ponselnya. Alfa, kakaknya, memang kurang kerjaan. Kamarnya hanya tepat di samping kamar Zalva namun selalu menelepon untuk sekedar memerintah Zalva melakukan sesuatu atau bahkan hanya untuk mengganggunya. Pagi ini Zalva hanya akan mengabaikannya.
Seperti yang diduga, sekarang ketukan pintu terdengar sebagai ganti dering panggilan masuk. Zalva baru saja ingin mengumpat hingga terdengar suara bundanya di balik pintu. Zalva menjawab panggilan bundanya dengan gumaman –sebentar lagi turun- lalu terdengan suara langkah kaki menjauhi pintu.
Zalva mengucek matanya. Untuk sesaat –mungkin sampai sepuluh menit– ia hanya berdiam menatap langit-langit kamarnya sambil terlentang. Lalu sekarang dengan gerakan –sedikit – kasar, ia menendang-nendangkan kakinya untuk menyibakkan selimut. Setelah berhasil, kini ia berguling hingga ujung kasur lalu dengan gerakan akrobatik ala Zalva, –yang sebenarnya bukan gerakan akrobatik sama sekali, hanya sekedar berguling lalu berdiri – ia berdiri dan berjalan menuju kamar mandi di kamarnya.
Sama halnya dengan cewe-cewek di luar sana. Ritual pagi Zalva setelah bangun tidur adalah membasahi wajahnya terlebih dahulu, lalu menjepit asal rambutnya, mencuci muka dengan segala kekuatan untuk menghilangkan sel-sel kulit mati, menggosok gigi hingga tersedak karena terlalu bersemangat, menggunakan gel-gel skin care pagi, ditambah masker wajah karena mumpung hari libur.
Selesai dengan ritual paginya, Zalva turun ke lantai bawah rumahnya. Ia melihat bundanya sibuk dengan beberapa apel yang telah dikupas. Ia menggumamkan ucapan selamat pagi pada bundanya yang hanya dijawab gumaman juga. Ia hampir saja mencomot potongan apel kalau saja tidak ingat tentang masker kecantikan yang ia gunakan sekarang. Sayangnya ia lupa kalau ia juga akan merusak maskernya dengan meminum susu dingin. Setengah gelas susu sudah tertuang dan Zalva baru tersadar.
"Bende kek nggek ingeten kelew lege peke mesker seh," omel Zalva pada bundanya dengan kumpulan kata tidak jelasnya.
"Lah, Bunda? Yang bego kamu yang disalahin bunda," Zalva kembali mengomel dengan kata yang tak dapat dipahami kecuali dirinya sendiri. "Tadi kamu dicariin Bang Alfa. Mau diajak jogging ke depan, tapi kamunya malah matiin hp katanya," kata bunda sambil menyodorkan potongan apel ke mulut Zalva. Bodohnya Zalva membuka mulutnya dan membuat sheet masknya berantakan. Zalva mencak-mencak sendiri sedangkan bunda menertawakan kebodohan putrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZHALAVA
Teen FictionZalva benci diikuti seperti ini. Namun Alfa, kakaknya, sangat ingin menjaga Zalva selama di SMA. Sayangnya Alfa baru saja lulus saat Zalva masuk SMA. Akhirnya Alfa memberikan perintah kepada adik kelasnya, Ditto, untuk menjaga Zalva selama di sekola...