"Sekian lama, akhirnya kita bertemu juga." Aku sempat berhenti melangkah, menoleh ke belakang. Ternyata tidak ada siapa-siapa. "Mungkin, perasaanku saja."
"Nil, kamu gak apa-apa kan?"
Aku menggeleng dan tersenyum. "Bukannya berterimakasih atau apa, eh malah mendorong kamu. Emang ya, manusia gak punya akhlak emang kaya gitu! So-so an pake jas OSIS lagi! Kalau dia yang ikutan lomba debat itu, aku langsung mendiskualifikasinya!"
"Udahlah, aku gak apa-apa kok. Emang dia bukan anggota OSIS ya? Setahu aku dia ikutan OSIS tahun lalu."
"Iya, dia emang ikutan LDKS tapi gak lulus. Emang ya, gak tahu malu banget!"
Aku hanya tersenyum menanggapi kemarahan Larisa. Sudah ku duga dia pasti akan ikut lomba itu, kenapa juga aku memikirkannya. "Tapi, tadi ada yang membantu dia juga kok selain aku. Tapi, aku gak tahu dia siapa."
"Dia sepupuku."
Aku terkejut, "Kamu punya sepupu Ris?" ia mengangguk pelan. "Kelas berapa emangnya? Kok aku belum pernah melihat dia?"
Larisa merasa ada yang aneh denganku. Aku menutup mulutku dengan sedikit terkejut. "Kok jadi banyak ngomong gini sih? Apa jangan-jangan, kamu suka sama dia?"
"Apaan sih, jangan aneh-aneh Ris!"
Aku segera berjalan cepat menuju sanggar. Mempersiapkan segalanya untuk lomba ini, cukup menguras tenaga.
"Nanti kalau mau nomor handphone nya, tinggal kasih tahu aku aja ya, Nil!" teriak Larisa.
Aku hanya menggelengkan kepala dan tersenyum sendiri. Benar juga ucapannya, aku sedikit banyak bicara hari ini. Tetapi, saat tadi menolong Miranda ada sesuatu yang aneh dari lelaki itu. Dia terlihat dingin. Namun, aku seperti pernah menemuinya tapi entah di mana.
Lomba debat kali ini sangat meriah, dengan antusiasnya para peserta, membuat lomba menjadi semakin panas. Banyak yang mendukung organisasi pramuka, karena di sinilah mereka dapat mengetahui kedisiplinan pada diri seseorang. Banyak juga yang menjelekkan atau bahkan membenci organisasi ini. Namun, pandangan tiap orang juga berbeda.
Debat berlangsung cukup lama, dari sekian banyak organisasi yang mengikuti lomba tersebut kini telah di tentukan finalnya. Tiap organisasi yang mendapat poin paling banyak akan menjadi peserta final.
"Semoga aja kita masuk ya," Deimos menyemangati."Untuk setiap peserta lomba debat, diharapkan memasuki area lapangan. Kali ini, kita telah mendapatkan peserta semi finalnya . Di sini, ada enam organisasi yang memasuki babak semi final, diantaranya drum band, PMR, rohis, teater, english club, dan yang terakhir adalah pramuka."
Aku bersorak gembira begitu juga dengan Deimos dan Dione. Akhirnya, aku bisa juga bersaing dengannya. Tapi, yang berada di ujung itu siapa ya, sepertinya aku kurang mengenalnya. Aku bertanya pada Deimos, ia pun tak mengetahuinya. Saat lelaki itu maju ke depan untuk menjadi peserta lomba semi final perwakilan dari organisasi PMR, aku mengenalinya. Ternyata, dia aktif berorganisasi juga ternyata. PMR saat ini melawan peserta lomba debat dari organisasi teater, kali ini PMR pun memenangkan lombanya.
Untuk peserta yang kedua adalah rohis melawan english club, "Ini kesempatan terbesar untuk mengalahkannya," gumamku. Sudah pasti juga, pramuka akan melawan peserta dari organisasi drum band. Kali ini aku akan menunjukkan padanya, bahwa aku dapat berbicara dengan lantang. Alhasil, rohis lah yang dapat maju ke babak selanjutnya. Saat ini, giliranku untuk melawannya. Ia tersenyum sinis melihatku, aku tak menghiraukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ketika kita jatuh dan diam [Revisi]
Ficção AdolescenteJatuh lalu diam akankah ia bungkam? Memiliki masa lalu kelam bukanlah hal yang biasa. Dengan kehilangan sosok pahlawan dalam hidupnya, kini ia harus menelan pahit kembali. Sahabat yang selama ini bersamanya, kini membencinya dan membuatnya bungkam...