Anila masih menunggu semuanya kembali. Ia mulai merasakan hal yang aneh. Ibunya terus menenangkan pikiran Anila. Semoga semuanya baik-baik saja.
Ada suara berisik dari lorong rumah sakit. Anila terbangun dari lamunannya. Ibunya berusaha menenangkan Anila.
"Bu, aku mau keluar," pinta Anila.
"Baiklah," ucapnya.
Ibu Anila menuntunnya dan membawanya keluar. Ternyata di sana ada Larisa yang sedang dibawa oleh dokter untuk segera ke UGD.
"Dione! Tunggu!"
"Ada apa Nil? Aku buru-buru," tanya Dione.
"Raka mana?"
Dione dan Deimos saling pandang, mereka tak menyadari hal tersebut.
"Anala?" tanya ibu Anila.
Benar juga, Anala dan Raka menghilang. Perasaan aneh selama ini yang Anila rasakan memang benar. Kembarannya berusaha menjauhkan Raka darinya.
Tapi, siapa dalang dibalik semua ini?
Dione dan Deimos mulai cemas, mereka tak mengetahui bahwa Raka dan Anala hilang.
Anila berlari dan mencabut selang infus dari tangannya.
"Cepat, kejar Anila!" titah ibunya.
Deimos dan Dione berlari secepat mungkin, mereka kehilangan jejak Anila saat itu juga.
Dikabarkan seorang pasien rumah sakit tewas tertabrak oleh truk yang melaju kencang. Wanita tersebut sedang di bawa oleh ambulance menuju rumah sakit terdekat.
Ibu Anila terjatuh dan tak sadarkan diri. Ia tercengang dengan berita yang ada di televisi.
Sementara itu, di lain tempat, Anala baru sempat terbangun. Ia meringis kesakitan, tak lama setelah itu, dia menemukan sebuah surat untuk Anila.
Ia merobek surat itu dan membuangnya dengan jauh. Di depannya kini ada Marisa. Dengan tatapan sinisnya dia tertawa.
"Ayahmu telah tiada An! Saudara kembarmu juga telah kami bawa. Ibumu jadi gila saat ini! Kau tahu, dendam ini sangatlah besar!"
"Sebenarnya apa yang kau inginkan hah!? Kau membully semua orang saat di sekolah! Tiba-tiba punya dendam dengan orang sepertiku? Apa kau gila?!"
"Ya! Aku gila! Aku gila karena semua lelaki mengejarmu!"
Anala tak habis pikir, ternyata Marisa hanya sedang mempermainkannya. Ayahnya telah tiada, ia sangat merasa bersalah kepada ibu dan saudara kandungnya.
"Cukup! Akan ku laporkan kau pada polisi!"
"Hhahaha, tidak semudah itu! Tangkap dia!"
Anala berlari secepat mungkin, ia merasa ketakutan kalau mereka akan membunuhnya juga.
Peluru ditembakkan dan mengenai pohon yang berada di depan Anala. Kini ia tak ada jalan keluar. Semuanya telah sirna. Ia telah kalah.
Banyak korban atas kejadian itu, ayah Anila telah ditemukan tewas. Bagas dan Larisa masih belum sadar. Raka hilang dan Anala entah ada di mana dia.
Sementara Anila, ibunya hanya bisa menangis melihat jasad yang diduga anaknya itu. Tubuhnya hancur.
Beberapa tahun kemudian ....
"An, maaf ya, selama kita selalu bersama waktu sekolah aku agak nyebelin," ucap Deimos.
Ia menyimpan bunga di atas batu nisan yang bertuliskan Anila Resya Atika. Deimos pergi dan memegang tangan putri kecilnya. Istrinya telah menunggu di mobil dan melambaikan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ketika kita jatuh dan diam [Revisi]
Ficção AdolescenteJatuh lalu diam akankah ia bungkam? Memiliki masa lalu kelam bukanlah hal yang biasa. Dengan kehilangan sosok pahlawan dalam hidupnya, kini ia harus menelan pahit kembali. Sahabat yang selama ini bersamanya, kini membencinya dan membuatnya bungkam...