"Larisa, bangun!"
Raka dengan sigap membawa minyak kayu putih dan membawa segelas air hangat.
"Permisi!"
"Tolong, jangan berkerumun!" titah Bagas kepada Anila dan Dione.
Mereka dengan sigap mengobati Larisa. "Apa dia sudah makan?" tanya Raka.
Anila menggeleng, "Tadi, dia ke kantin mau beli makanan. Tapi, malah dihukum sama Dione."
"Kalian berantem?" tanya Bagas.
Dione hanya mengangguk kecil.
Bagas tertawa, ia menepuk-nepuk bahu Dione. Seakan-akan dunia sedang memihaknya. Intinya, Bagas sangat bahagia.
Raka memukul kepala Bagas, sungguh sahabat yang bodoh. Sepupunya sedang pingsan, ia malah tertawa.
"Ya udah, kalian kumpulan aja dulu. Larisa aman ditanganku."
Anila cemberut, ia merasa tak percaya hari ini kepadanya. Raka melihat ekspresi Anila. Sepertinya, Anila merasa mulai tak percaya kepada Raka.
Raka tersenyum dan menunduk.
"Sudahlah, percayakan saja. Dia sepupuku, kalau dia ada apa-apa, nanti aku yang antar pulang ke rumah."
"Ya sudah, tolong ucapkan kata maaf dariku untuknya," lirih Dione.
Anila mengerjap, ia tak percaya kata-kata yang dikeluarkan oleh Dione. Bagas juga merasa terkesima, mulutnya terbuka lebar.
"Biasa aja kali! Gue ikhlas bego, ngomongnya!" sentak Dione.
Bagas tertawa terbahak-bahak, Anila hanya menggelengkan kepalanya.
"Ya sudah, yuk kita ke sanggar!" ajak Anila ke Dione.
Ia mengangguk dan menuruti ucapan Anila. Sebenarnya, Dione sangat mengkhawatirkan Larisa. Ini semua salahnya. Dione terus menyalahkan dirinya. Saat kumpulan berlangsung, ia kurang konsentrasi. Ia dimarahi terus oleh dewan ambalan.
"Dione?" tanya Deimos.
Ia mengerjap dan melihat ke arah Deimos. Deimos hanya tersenyum, sepertinya temannya sedang punya masalah besar.
"Jangan tanya apapun, ini semua salahku."
Deimos hampir saja tertawa, namun ia masih bisa menahannya.
"Ku? Sejak kapan?"
"Tadi!" geram Dione.
Anila menyela pembicaraan mereka berdua.
"Stt...! Diam!" bisik Anila.
Mereka berdua langsung terdiam. Banyak kelelahan hari ini. Mereka membahas tentang materi untuk dipersiapkan besok.
Pukul 17:00 kegiatan ekstrakurikuler telah selesai. Saatnya anak-anak organisasi pulang ke rumahnya masing-masing.
Anila masih mengkhawatirkan Larisa, apakah ia sudah pulang atau belum.
"Eh, Nil, Larisa udah pulang belum ya?" tanya Dione.
Ternyata pemikiran Dione sama dengannya. Ia juga sama sangat mengkhawatirkan Larisa.
Raka menjaganya atau tidak ya? gumam Anila.
Saat Anila, Dione, dan Deimos berjalan bersama ke gerbang sekolah, mereka mendapati Raka sedang berjalan bersama Bagas.
"Raka!" teriak Anila dan Dione.
Raka langsung menengok ke sumber suara. Dione dan Anila berlari meninggalkan Deimos.
KAMU SEDANG MEMBACA
ketika kita jatuh dan diam [Revisi]
Novela JuvenilJatuh lalu diam akankah ia bungkam? Memiliki masa lalu kelam bukanlah hal yang biasa. Dengan kehilangan sosok pahlawan dalam hidupnya, kini ia harus menelan pahit kembali. Sahabat yang selama ini bersamanya, kini membencinya dan membuatnya bungkam...